"Belum 5 Detik", Bolehkah Anak Konsumsi Makanan yang Sudah Jatuh?
Kalau belum lima detik seringkali dianggap masih bersih dan layak dimakan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu pernyataan terbesar yang banyak diajarkan oleh orangtua atau bahkan lingkungan terdekat anak adalah bahwa ada "aturan 5 detik" dalam makanan apa pun yang dijatuhkan ke lantai.
Ini berarti bahwa jika anak menjatuhkan sepotong makanan ke lantai, ia memiliki waktu lima detik untuk mengambilnya dan memakannya. Idenya adalah waktu ini tidak cukup bagi kuman atau kotoran untuk masuk ke dalam makanan, sehingga “aman” jika dimakan.
Kata "belum 5 detik" ini kerap menjadi taktik yang mungkin digunakan banyak orangtua jika anak menjatuhkan sesuatu ke lantai, terutama camilan, untuk membuat anaknya merasa lebih baik dan kemudian membiarkan anak untuk memakannya.
Namun, apakah "belum 5 detik" ini sesungguhnya aman?
Bahkan malah ada istilah "belum 5 menit" ya Ma.
Apakah ini aman atau itu semua hanya mitos? Yuk cari tahu informasi seputar bolehkah anak konsumsi makanan yang sudah jatuh, yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
1. Penelitian tentang "aturan 5 detik"
Yup, ada penelitian yang dilakukan tentang hal ini dan studi tersebut bukan hanya tentang apakah makanan itu penuh dengan kuman setelah beberapa detik berada di lantai.
Dilansir dari Science Friday, ada penelitian untuk melihat perilaku manusia dalam hal "aturan 5 detik" dan siapa yang lebih mungkin untuk mengambil makanan dari lantai dan memakannya.
Studi tersebut menemukan bahwa perempuan lebih cenderung mengikuti "aturan 5 detik" daripada laki-laki, tetapi ini semua tergantung pada apa yang dijatuhkan di lantai.
Jika seorang anak menjatuhkan permen atau cokelat ke lantai, ia cenderung mengikuti aturan ini, namun berbeda halnya jika ia menjatuhkan sepotong brokoli atau wortel jatuh ke lantai.
2. "Belum 5 detik" adalah mitos, dan ini cukup mengancam kesehatan anak
Dilansir dari Huffington Post, jawaban singkat dari pernyataan "belum 5 detik" ini adalah mitos. Ketika makanan dijatuhkan ke lantai, makanan dapat menyerap kontaminan apa pun begitu menyentuh tanah. Namun, yang penting adalah jenis lantainya dan jenis makanannya.
Artinya, makanan yang memiliki kelembapan lebih, seperti stroberi, akan menyerap lebih banyak bakteri daripada biskuit. Lantai yang memiliki karpet juga menyimpan lebih banyak bakteri daripada lantai kayu keras.
Pada akhirnya, apa pun yang jatuh ke tanah kemungkinan besar mengandung bakteri, dan itu cukup mengancam kesehatan anak.
3. Penelitian mengatakan bahwa bakteri tetap bisa berpindah walaupun jumlahnya berbeda
Sebuah penelitian dalam Applied and Environmental Microbiology Journal di tahun 2016, memeriksa tentang apakah durasi waktu makanan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, dapat memengaruhi perpindahan bakteri ke makanan atau tidak.
Makanan yang diuji dalam studi yaitu semangka, roti, roti dengan mentega, dan permen karet. Seluruh makanan dijatuhkan pada permukaan baja tahan karat, ubin, kayu, dan karpet yang terkontaminasi bakteri selama kurang dari 1 detik, 5 detik, 30 detik, dan 300 detik.
Hasilnya, bakteri paling banyak berpindah pada semangka, namun hanya sedikit bakteri yang terdapat di permen karet.
Studi tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap kondisi selalu ada beberapa percobaan perpindahan bakteri.
Sehingga tidak ada waktu yang aman, di mana tidak adanya perpindahan bakteri, baik dalam waktu singkat maupun lama, karena bakteri tetap bisa berpindah, walaupun jumlahnya berbeda.
4. Lalu, bolehkah anak mengonsumsi makanan yang jatuh?
Dilansir dari Healthline, "belum 5 detik" masih mungkin tetap menjadi pilihan pribadi. Hal ini tidak bisa dijadikan sebagai “aturan”, karena setiap permukaan lantai tidak dibuat sama rata.
Seorang Mama mungkin akan membiarkan anak-anaknya mengonsumsi makanan dari lantai di rumah yang bersih dan selalu di-pel, namun Mama pasti tidak ingin anak mengikuti saran tersebut jika permen lolipop anak jatuh ke aspal atau daerah berbatuan.
Namun dilansir dari Barkeley Public Health and Wellness Publications, perlu diingat bahwa mengonsumsi makanan yang telah jatuh, berisiko terkena bakteri seperti Escherichia coli (E-Coli) dan Salmonella.
Kedua bakteri ini dapat menyebabkan beberapa gejala penyakit yang mengganggu aktivitas dan terkadang bisa mematikan. Misalnya, diare dan infeksi saluran pencernaan.
Dari informasi di atas, kini Mama mengetahui bahwa tetap ada risiko yang ditimbulkan ketika anak mengonsumsi makanan yang sudah jatuh. Untuk itu sebaiknya, hindarilah kebiasaan ini pada anak.
Karena dalam suatu kondisi, anak mungkin tidak menyadari bahwa adanya kuman berbahaya yang terdapat pada permukaan di mana ia menjatuhkan makanan, yang bisa menyebabkan penyakit. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, bukan?
Baca juga:
- Apakah Anak yang Sering Makan Permen Bisa Terkena Diabetes?
- 5 Makanan yang Meningkatkan Kesehatan Pencernaan Anak
- 8 Makanan yang Meningkatkan Kesehatan Mental Anak