5 Cara Menanamkan Sikap Inklusif pada Anak Sejak Usia Muda
Inklusif membuat anak mampu beradaptasi dengan budaya baru dan menghargai perbedaan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Meskipun mengajarkan inklusivitas pada anak bukanlah hal baru, tak sedikit orangtua yang lupa mengajarkan anak keterampilan sosial berikut ini. Inklusif sendiri penting untuk diajarkan karena dapat menanamkan pada anak sikap kebersamaan, meskipun mengakui adanya perbedaan.
Hal ini pun penting untuk diajarkan pada anak-anak Indonesia, yang memiliki beragam suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya, agar ia tumbuh menjadi masyarakat Indonesia yang memahami indahnya perbedaan, toleransi, empati, dan kasih sayang antar sesama.
Lantas bagaimana cara untuk menanamkan sikap poisitif ini pada anak?
Kali ini Popmama.com telah merangkum, 5 cara menanamkan sikap inklusif pada anak sejak usia muda yang dapat Mama ajarkan di rumah. Yuk simak beberapa tipsnya!
1. Jadilah panutan yang memberikan contoh baik
Orangtua dapat berbicara tentang apa artinya menjadi inklusif dan mengapa menjadi inklusif itu penting dari poin A sampai Z. Namun, jika orangtua tidak mempraktekkan apa yang mereka ajarkan, anak-anak juga tidak akan melakukannya.
Dilansir dari VeryWell Family, anak-anak terus-menerus memerhatikan bagaimana orangtua mereka menangani situasi. Karena itu, penting untuk selalu menjadi panutan yang baik untuk mata kecil mereka. Bahkan ini juga berarti ketika melakukan kesalahan, orangtua harus mengakuinya dan meminta maaf.
Jika stres atau frustrasi, temukan cara-cara produktif untuk mengatasi emosi. Dan ketika berbicara tentang orang lain, pastikan untuk menggunakan bahasa hormat dan hindari memberi label atau memberikan stereotip, sehingga anak-anak dapat belajar melakukan hal yang sama.
Selain menjelaskan mengapa menjadi inklusif terhadap orang lain itu penting, mencontohkan perilaku-perilaku tersebut akan menunjukkan pentingnya bersikap baik dan berbelas kasih kepada orang lain.
2. Tanamkan anak nilai-nilai empati untuk orang lain
Ketika anak-anak diajari untuk berempati terhadap orang lain, ia dapat memahami dengan kemampuan terbaiknya berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri bagaimana rasanya menjadi orang lain.
Dan ketika ini terjadi, anak dapat melihat dengan lebih baik mengapa orang lain mungkin memiliki sudut pandang yang berbeda dan dapat menghargai perbedaan tersebut sebagai hasilnya. Dilansir dari Good Start Early Learning, ketika anak-anak belajar empati, mereka secara otomatis lebih menerima orang lain.
Ini membantu membangun hubungan yang lebih kuat dan tahan lama dengan orang lain, dan mengurangi konflik dengan orang lain.
Meskipun konflik tak dapat dihindari, anak dapat belajar untuk melakukan percakapan yang tenang dan cerdas, sehingga mampu berbicara satu sama lain dengan hormat.
3. Secara terbuka mendiskusikan perbedaan yang anak lihat pada orang lain
Daripada menanamkan pernyataan bahwa setiap orang adalah sama, anak-anak harus diberi kesempatan untuk mengakui bahwa setiap orang berbeda, sambil mendidik mereka tentang mengapa keunikan setiap individu harus dihormati dan dihargai.
Dengan mengajarkan anak-anak untuk secara terbuka mendiskusikan perbedaan yang mereka lihat pada orang lain dan menghargai mereka, tak akan menghapus ras, jenis kelamin, dan budaya yang telah orangtua tanamkan pada anak sebelumnya. Sebaliknya, mereka dapat menambah wawasan anak.
Dengan demikian, mengekspos anak-anak ke acara budaya, mengunjungi museum, dan sejenisnya akan membantu mereka menghargai perbedaan dan memahami bahwa keunikan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali.
4. Penting juga untuk mendiskusikan persamaan diantara masyarakat
Meskipun baik untuk mendiskusikan perbedaan yang dimiliki orang-masyarakat, mendiskusikan persamaan juga penting untuk membantu anak belajar tentang inklusivitas.
Dilansir dari US News & World Report, ketika anak-anak menunjukkan perbedaan antara mereka dan anak lain, pada saat yang sama, mendiskusikan kesamaan yang mereka miliki juga penting.
Ini mengajarkan pada anak bahwa akan selalu ada perbedaan di antara orang-orang, tetapi ketika kesamaan dapat ditemukan, di situlah lebih banyak empati dan juga penerimaan yang dapat dirasakan untuk orang lain.
5. Bersikaplah terbuka terhadap pertanyaan yang mungkin dimiliki anak-anak
Anak-anak tentu akan memiliki pertanyaan tentang perbedaan yang mereka lihat di masyarakat. Dan inilah kewajiban orangtua untuk menangani pertanyaan-pertanyaan itu secara terbuka dan jujur, jika ingin membesarkan anak-anak yang inklusif.
Dilansir dari KidsHealth, ketika anak diajari bahwa ia boleh membicarakan perbedaan yang dilihat, ia tidak tumbuh dengan perasaan bahwa subjek itu tabu.
Sementara beberapa pertanyaan mungkin membuat orangtua merasa tidak nyaman, atau sulit dibicarakan dalam istilah yang sederhana, penting untuk tetap pertahankan jawaban yang sesuai dengan usia, dan selalu beri tahu anak bahwa ada pintu terbuka untuk pertanyaan apa pun yang mungkin ia miliki.
Nah itulah beberapa cara untuk menanamkan sikap inklusif pada anak sejak usia muda. Mengajarkan inklusif dapat membuat mata anak terbuka pada keindahan warna-warni dunia. Bahwa perbedaan antar sesama bukan seharusnya menjadi masalah, namun harus dihargai dan dihormati karena memiliki keunikannya masing-masing.