10 Cara Pengasuhan Positif untuk Meningkatkan Disiplin pada Anak
Mengajarkan anak disiplin dengan cara yang positif
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjadi orangtua bukanlah tugas yang mudah, di mana setiap orangtua memiliki tanggung jawab dalam menjaga, merawat, serta mendidik agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan membanggakan keluarga.
Mama dan Papa mungkin akan menemukan berbagai rintangan dalam menghadapi perilaku dan karakteristik anak. Teknik pengasuhan yang positif perlu dikembangkan dengan baik, agar anak bisa mendisiplinkan anak tanpa harus menyakiti mental dan fisiknya.
Kali ini Popmama.com akan membahas 10 teknik pengasuhan positif untuk meningkatkan disiplin anak yang perlu Mama ketahui.
Strategi disiplin yang paling efektif adalah strategi yang secara proaktif, di mana perlu mempersiapkan anak dengan baik. Sehingga orangtua tidak harus menanggapi secara reaktif.
1. Tawarkan pilihan
Hal pertama Mama lakukan ketika mendisiplinkan anak adalah menawarkan pilihan. Ketika anak diminta untuk memilih, ia akan memiliki sebuah “kekuatan” yang pada akhirnya membuat anak harus bertanggung jawab pada pilihan yang ia buat.
“Menawarkan pilihan juga memberi anak lebih banyak kendali atas keputusannya tentang perilaku diri sendiri,” menurut Shareen Ratnani yang merupakan seorang pendidik anak usia dini, pelatih parenting, dan pelatih guru.
Ketika menawarkan pilihan, Mama dapat memberikan penawaran yang sederhana seperti “pakaian yang kamu digunakan? Baju yang merah atau kuning?, atau Mama juga bisa memberikan pilihan seperti “bagaimana kamu akan mengerjakan PR? Di kamar atau di ruang belajar?”, dan lain-lain.
Shareen juga menambahkan, memberikan anak pertanyaan sederhana sehari-hari seperti ini dapat membantu anak memiliki kekuatan dan kepercayaan diri.
Namun perlu diingat bahwa berikan pilihan yang sedikit dan Mama tidak masalah dengan pilihan tersebut. Memberikan pilihan dapat mencegah negosiasi dan membuat anak tak memiliki kesulitan dalam meningkatkan kekuatannya.
2. Tunjukkan dan ceritakan
Dalam seminarnya, Shareen juga mengatakan jangan khawatir jika anak tidak akan mendengarkan Mama, namun khawatir jika anak selalu memerhatikan Mama. Bukan rahasia umum lagi jika anak belajar dari lingkungan terdekatnya, termasuk orang tua.
Menurut Shareen, Mirror Neuron atau neuron cermin (mencerminkan gerakan orang lain) sangat berdampak besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dari itu, anak dapat mencerminkan orangtua, sehingga berperilakulah seperti bagaimana Mama ingin anak berperilaku.
Ketika Mama sedang marah, stres, kesal pada orang lain berhati-hatilah, dan atur diri sendiri agar mampu mengendalikan perasaan yang sedang dialami. Hal ini Mama bisa tunjukkan dan ceritakan pada anak bahwa setiap masalah memiliki jalan keluarnya jika diatasi dengan tenang.
3. Saling terhubung untuk mengoreksi
Ketika anak-anak merasa sangat terhubung dengan Mama seperti merasa dicintai, dihargai, dan dipahami, anak hanya lebih terbuka terhadap pengaruh dari Mama. Di saat anak merasa stres dan Mama memintanya melakukan sesuatu, anak mungkin tidak langsung menuruti Mama.
“Jika anak mengalami tantrum, dan Mama berusaha untuk mendiamkan anak mungkin itu tidak berhasil karena otak untuk berpikir rasional tidak bisa bekerja, namun otak yang mengatur emosi sehingga tidak membiarkan anak untuk berpikir jernih,” ujar Shareen.
Hal pertama yang perlu Mama lakukan adalah terhubung dengan anak, setelah itu mulai koreksi anak. Ada beberapa cara yang bisa Mama lakukan.
Cara termudahnya adalah pahami kondisi anak. Jika anak mama menangis Mama bisa mengatakan “Mama tahu kamu sedih/marah/kesal,” hindari mengatakan “Jangan menangis!” atau “Jangan cengeng,”.
Karena hal tersebut tidak mengajarkan anak untuk mengatur emosinya. Jelaskan apa yang Mama lihat, berikan informasi, berikan penawaran, jelaskan apa yang Mama rasakan.
Misalnya, “Mama melihat ada kulit pisang di lantai, kamu atau orang lain di rumah bisa terjatuh jika menginjaknya, kamu mau membuang kulit pisang ini di tempat sampah luar atau di dapur? Mama akan kecewa jika melihat kulit pisang ada di lantai,”
Setelah itu, jika terjadi situasi serupa, Mama hanya tinggal memberikan kata singkat seperti, “ada kulit pisang yang jatuh”. Selain itu berikan sentuhan fisik secara lembut, karena dapat menunjukkan rasa kasih sayang Mama pada anak serta memudahkan saling terhubung satu sama lain.
4. Ajarkan anak untuk mengatur emosi
Ketika anak merasa marah, Mama dapat mengatakan pada anak “tidak apa-apa jika kamu marah,” atau “tidak apa-apa jika kamu khawatir,” tetapi sebaiknya juga ajarkan anak tentang bagaimana cara mengaturnya.
“seperti tidak apa-apa jika anak marah, namun tidak baik jika ia memukul, bukan? Jadi kita harus mengajarkan anak beberapa. Terkadang, Mama tidak harus memberikan solusi pada segala hal, namun Mama harus mendengarkan anak lebih banyak,” ujar Shareena.
Selain itu Shareena juga menyarankan agar Mama bisa “memberikan nama” pada setiap emosi yang anak rasakan. Seperti ketika anak sulit menemukan potongan puzzle yang tepat, maka emosi yang anak rasakan adalah frustasi.
Anak perlu tahu apa nama emosi yang ia rasakan, sehingga ia bisa meregulasi emosinya ketika merasakan sesuatu.
5. Gunakan "I-messages"
I-message ini diambil dari kosakata bahasa Inggris yang berarti “aku” atau “saya”. Menurut Shareena, menggunakan kata “I”, tidak menunjukkan maksud untuk menyalahkan anak, membuat anak malu, dan tidak menyakiti anak.
Seperti “Mama merasa sedih jika kamu tidak merapihkan kembali mainanmu,” berbeda ketika menggunakan kata “you” atau “kamu” seperti “Kamu sangat berantakan”
Sebuah i-message memberi tahu seorang anak bagaimana perasaan Mama tentang perilakunya dengan sikap hormat.
6. Gunakan bahasa positif
Menggunakan sekitar 5 kata dengan kata yang positif di kalimatnya dapat berguna bagi anak yang masih kecil, ketika ia lebih mudah menerima kalimat yang pendek. Menggunakan kata negatif seperti “jangan” seringkali justru membuat anak melakukan tindakan sebaliknya.
Shareen memberikan contoh seperti “jika kamu belum menghabiskan makan siangmu, kita tidak akan pergi ke taman,”. Untuk menjadi kalimat yang positif, Mama bisa mengubahnya menjadi “Semakin cepat kamu menghabiskan makan siangmu, kita akan lebih cepat ke taman,”.
7. Beri tahu anak apa yang diizinkan atau diperbolehkan
Ketika Mama menggunakan pernyataan yang dapat diperbolehkan, sebagai gantinya Mama perlu memberi tahu anak apa yang akan diizinkan daripada mencoba memberi tahunya apa yang harus dilakukan.
Seperti daripada Mama mengatakan “Jangan berbicara dengan Mama dengan nada berbicara seperti itu!”, sebaliknya ucapkan kalimat sepeti “Mama akan mendengarkanmu jika kamu berbicara setenang Mama,”
Ketika Mama berusaha menyampaikan apa yang ingin anak lakukan, Mama juga bisa memberikan “imbalan” seperti “Kamu akan mendapatkan eskrim setelah kamu merapihkan kamar tidurmu”
8. Terapkan konsekuensi
konsekuensi alami dan logis dari tindakan. Ada dua konsekuensi yang bisa diberikan pada anak. Yaitu konsekuensi natural dan konsekuensi logika.
Konsekuensi natural adalah membiarkan anak untuk memahami dan mengalami situasi natural dari perilakunya. Seperti ketika anak melemparkan dan merusak mainannya, maka anak tidak bisa memainkannya lagi
Sedangkan konsekuensi logika diatur oleh orangtua dan harus mengikuti perilaku anak, seperti tidak memiliki pakaian bersih untuk digunakan merupakan konsekuensi logika dari tidak meletakkan baju di keranjang pakaian kotor.
Dalam mengatur konsekuensi logika ini, Mama harus mencari titik hubungan antara sebab-akibat yang terjadi dan ingatlah untuk tetap mendidik anak. Hindari seperti, “karena kamu tidak meletakkan baju di keranjang pakaian kotor, maka kamu tidak boleh bermain”
9. Berikan penguatan yang positif
Penguatan sikap positif dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak, seperti memberikan apresiasi ketika anak berbicara dengan baik dan lancar, bisa membantu Mama, dan lain-lain.
Mama perlu memberikan penguatan sikap positif dengan spesifik, misalnya seperti “Mama bangga denganmu karena kamu telah membantu Mama membuat roti lapis,”.
Penguatan sikap positif juga dapat dilakukan dengan melakukan high five atau tos, memberikan apresiasi, memberikan pelukan atau tepukan di bahu, tepuk tangan, dan menyatakan kebanggaan Mama pada anak.
10. Konsistensi: bersikap baik namun juga tegas
Dalam menerapkan konsistensi atas aturan yang telah dibuat, Shareena memberikan beberapa tips dalam konsistensi agar bisa bersikap baik pada anak namun juga tegas, yaitu:
- Tegas dan katakan yang Mama maksud
- Dalam waktu yang bersamaan, katakan dengan perlahan
- Buat kontak mata saat berbicara
- Buat aturan jadwal tetap konsisten
- Sampaikan pada anak tentang perubahan apapun
- Tetap konsisten
Konsisten dalam rutinitas sehari-hari memberikan batasan bagi anak untuk membantu mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam otaknya dan mendapatkan pemahaman tentang bagaimana dunia bekerja.
Nah itulah beberapa strategi yang bisa Mama lakukan dalam pengasuhan positif untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini.
Seperti yang Mama tahu, anak belajar sejak usia dini, apa yang ia lihat dan rasakan bisa menjadi pembelajarannya hingga dewasa. Lakukan strategi disiplin di atas agar anak bisa tumbuh secara positif baik mental maupun fisiknya.
Baca juga:
- 5 Tanda Anak Perlu Dilatih untuk Disiplin dan Cara Melakukannya
- Harus Tega, Ini 5 Tips Mendisiplinkan Anak Berperasaan Sensitif
- Mengajar Disiplin vs Memberi Hukuman, Mama Harus Tahu Perbedaannya!