7 Hal yang Tak Boleh Dilakukan saat Mengasuh Anak Laki-Laki
Anak laki-laki yang sudah besar masih memerlukan pelukan dari orangtuanya lho!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Meskipun tidak ada yang namanya "pengasuhan yang sempurna", ada hal-hal tertentu yang perlu diingat orangtua ketika membesarkan anak laki-laki agar tumbuh menjadi anak laki-laki yang bijaksana dan sopan.
Namun, tak dapat dipungkiri lagi bahwa mengasuh anak adalah tugas yang sulit bagi para orangtua. Bahkan orangtua yang paling berniat baik pun dapat membuat beberapa kesalahan.
Beberapa kesalahan ini meskipun seringkali dianggap biasa-biasa saja, ternyata bisa berdampak bagi anak dan bagaimana ia melihat dunia di sekitarnya.
Untuk membantu para orangtua agar terhindar dari kesalahan saat membesarkan anak laki-laki, berikut ini Popmama.com telah merangkum, hal yang tak boleh dilakukan saat mengasuh anak laki-laki. Yuk simak informasinya di bawah ini, Ma!
1. Mengatakan bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis
Salah satu hal pertama yang perlu diajarkan kepada anak laki-laki, adalah bahwa menangis dan mengekspresikan emosinya itu sesuatu yang wajar.
Sebagai orangtua, Mama harus meyakinkan anak bahwa menangis adalah bagian dari perasaan manusia dan kemudian melanjutkan untuk mengajari anak bagaimana cara mengekspresikan diri, terutama ketika mengalami kesedihan atau kekecewaaan.
Menjelaskan pada anak pentingnya berhubungan dengan emosi adalah langkah pertama dalam membesarkan anak laki-laki yang berempati dan peka pada sesama.
Tak lama kemudian Mama mungkin akan merasa bahagia dengan kenyataan bahwa anak mampu memahami emosi Mama dan tidak bergeming dari air mata.
2. Memberi label "penakut" pada anak
"Anak laki-laki tidak boleh takut!"
"Kok anak laki-laki penakut sih?"
Jika sering mengatakan hal ini pada anak, Mama mungkin harus mengubah pendekatan ini. Sama seperti menangis, takut juga bentuk emosi yang wajar dirasakan oleh siapa pun termasuk anak laki-laki.
Takut bukan berarti anak lemah atau pengecut, namun ini dirasakannya karena ia memiliki pengalaman yang kurang dalam sesuatu yang ditakutinya tersebut. Sehingga, berhentilah sejenak sebelum Mama memberi tahu anak bahwa laki-laki sejati tidak boleh merasa takut.
Sebaliknya katakan kepadanya bahwa keberanian bukanlah karena tidak pernah merasa takut. Melainkan, keberanian adalah bentuk menghadapi tantangan hidup secara langsung, meskipun merasa takut.
3. Berhenti memberikan pelukan pada anak setelah ia besar
Seiring bertambahnya usia anak laki-laki, orangtua secara tidak sadar sering berhenti memberikannya pelukan hangat yang mencerminkan cinta dan kasih sayang. Perilaku ini juga diperkuat ketika remaja mulai suka memisahkan diri dari orangtuanya.
Jangan ragu untuk mengajarinya apa itu sentuhan manusia sebagai bentuk dari bahasa cinta atau love language. Berikan pelukan sesering mungkin pada anak mama untuk meyakinkannya akan cinta orangtua, bahkan setelah mereka mencapai pubertas.
Jika anak menolak atau tidak suka mendapatkan perhatian seperti ini, sentuhan juga bisa ditunjukkan dengan cara lain, seperti melakukan tos, tepukkan di bahu, hingga mengelus kepala.
4. Tidak membiarkan anak laki-laki melakukan pekerjaan rumah tangga
Ini sangat penting jika Mama juga memiliki anak perempuan di rumah. Sangat penting bagi Mama untuk melibatkan anak laki-laki dalam pekerjaan rumah tangga dan memberinya tanggung jawab yang sama seperti anak perempuan dalam menjalankan rumah.
Mulai dari membersihkan piring hingga memasak makanan, anak laki-laki mama juga perlu belajar sejak dini bahwa bukan hanya tugas perempuan untuk menjaga dan menjalankan rumah.
Mengajarkan keterampilan ini sejak muda, juga mengajarkan anak laki-laki untuk lebih bertanggung jawab dan mandiri, yang ia butuhkan ketika usia sekolah hingga berkarier nanti.
5. Tidak mengajarkan anak "sentuhan yang baik" dan "sentuhan yang buruk"
Tahukah Mama, bahwa faktanya saat ini anak laki-laki juga dapat dilecehkan secara seksual? Sehingga, penting bagi orangtua untuk mengajari anak laki-laki perbedaan antara 'sentuhan yang baik' dan 'sentuhan yang buruk'.
Maka sangat penting bagi Mama untuk membuat anak merasa nyaman dan aman, dalam mengomunikasikan perasaan terdalamnya kepada Mama.
Hindari juga memaksa anak untuk memeluk atau mencium seseorang, jika ia tidak nyaman melakukannya, meskipun pada saudara kandung atau sepupu.
Mengajarkan anak laki-laki tentang persetujuan dan penolakkan sejak dini sangat penting dalam mencegah situasi yang tidak diinginkan dalam hidupnya di masa depan.
6. Memaksakan anak laki-laki untuk berpikir seperti orangtuanya
Anak laki-laki mungkin berpikir seperti orangtuanya, tetapi juga mungkin tidak. Pikiran anak laki-laki berbeda dari anak perempuan, begitu pun sebaliknya. Sehingga setiap anak akan menghadapi masalah dari sudut yang berbeda.
Dan begitu anak mencapai masa remaja awal, ia telah menemukan berbagai pengalaman dalam hidupnya. Sehingga, ia mungkin mempelajarinya dan akan menjadi lebih berhati-hati dalam mengungkapkan perasaannya atau bagaimana berperilaku.
Maka dari itu, izinkan anak laki-laki mama untuk mengambil pendekatan berbeda dalam hidup, entah itu menemukan cara baru untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya atau memilih olahraga yang ingin dimainkan.
7. Menganggap bahwa perilaku buruk adalah hal biasa bagi anak laki-laki
Tentu saja, anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Tapi, itu bukan izin baginya untuk bertindak tidak sopan atau tidak bertanggung jawab. Berkelahi dan perilaku buruk lainnya bukanlah standar seorang anak laki-laki.
Jadi penting bagi Mama untuk memberi tahu anak laki-lakinya, bahwa orangtua mengharapkan ia bertindak seperti laki-laki bijaksana dan terhormat.
Ingatlah bahwa "anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki" berasal dari gagasan yang salah tentang apa itu kedewasaan sejati. Selain itu, temukan contoh kejantanan sejati yang tidak harus menunjukkan perilaku negatif dan beri tahu padanya.
Nah itulah 7 hal yang tak boleh dilakukan saat mengasuh anak laki-laki. Terkadang, lingkungan sosial mendikte bagaimana anak-anak dari jenis kelamin yang berbeda harus berperilaku, hobi apa yang harus dimiliki, dan bahkan bagaimana perasaannya.
Pada kenyataannya, beberapa aturan ini mengakibatkan toxic masculinity, yang merupakan gagasan bahwa laki-laki harus bertindak keras dan menghindari menunjukkan semua emosi. Akhirnya, ini dapat membahayakan kesehatan mental anak dan dapat berdampak serius bagi masyarakat sosial.
Baca juga:
- 5 Toxic Masculinity yang Harus Orangtua Hindari pada Remaja Laki-Laki
- 5 Manfaat Baik Anak Laki-Laki Dekat dengan Mamanya, Lebih Berempati
- 11 Kegiatan yang Mempererat Bonding Papa dan Anak Laki-Laki