Kenali Sindrom Tourette (TICS), Penyakit yang Mengganggu Saraf Anak
Menyebabkan anak tiba-tiba bergerak dan bersuara secara berulang
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama pernah melihat anak tiba-tiba melakukan gerak yang cepat atau ucapan yang berulang-ulang? Jika pernah, mungkin anak mengalami sindrom Tourette atau tics, gerakan ini umumnya sering memengaruhi bagian kelompak mata atau wajah seseorang.
Tics adalah gerakan otot yang cepat dan berulang yang mengakibatkan sentakan atau suara tubuh yang tiba-tiba dan sulit dikendalikan, gerakan ini juga bisa terjadi di mana saja di tubuh seperti wajah, tangan dan kaki.
Sindrom ini cukup umum di masa kanak-kanak, dan biasanya pertama kali muncul sekitar usia 5-10 tahun, dan bisa berlanjut hingga masa dewasa.
Tics biasanya tidak serius dan biasanya membaik seiring waktu. Tapi mereka bisa membuat anak lelah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Untuk mengetahuinya lebih lanjut, kali ini Popmama.com telah menyiapkan informasi selengkapnya di bawah ini:
Sindrom Tourette (TICS)
Sindrom Tourette (TICS) adalah yang dialami banyak orang, salah satunya yang membuatnya viral adalah karena tersebarnya video Billie Eilish di media sosial. Video dokumentasi ketika ia di belakang stage hendak di make up sebelum tampil memperlihatkan dirinya sedang bersiap-siap.
Beberapa tim ada di dekat Billie, namun ketika sedang di make up beberapa kali Billie bergerak seperti tidak dapat mengontrol tubuhnya sendiri. Ia menggerakan kepalanya, bola matanya ke arah yang sama sekali tidak ia rencanakan.
Billie hanya bergerak begitu saja mengikuti perintah otaknya.
Ia bahkan mengaku pernah memecahkan kaca karena memegang dan menggigitnya, ia hanya berusaha menghentikan gerakan dari Sindrom Tourette (TICS) yang dialaminya.
Ia sungguh berjuang keras menjalani hal tersebut.
1. Apa itu Sindrom Tourette yang menyebabkan penderitanya mengalami gerakan atau suara yang berulang kali
Sindrom Tourette adalah suatu kondisi sistem saraf, sindrom ini menyebabkan penderitanya mengalami tics. Tics merupakan kedutan, gerakan, atau suara tiba-tiba yang dilakukan secara berulang kali. Anak yang menderita tics tidak dapat menghentikan tubuhnya sendiri.
Misalnya, anak mungkin berkedip terus menerus. Atau, anak mungkin membuat suara mendengus. Mengalami tics sedikit seperti mengalami cegukan. Meskipun anak mungkin tidak ingin cegukan, tubuh anak tetap melakukannya.
Terkadang anak bisa menahan diri untuk tidak melakukan gerakan dalam sementara waktu, tetapi itu sulit. Sindrom ini lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan, dan biasanya tidak bertahan lebih dari satu tahun dengan muncul berbagai macam perilaku.
2. Sindrom Tourette dapat mengakibatkana 2 tipe tics yaitu Motor Tics dan Vocal Tics
Motor Tics
Motor Tics adalah gerakan tubuh yang berulang. Contoh gerakan motorik termasuk berkedip, mengangkat bahu, atau menyentakkan lengan.
Vocal Tics
Vocal Tics adalah membuat suara yang berulang. Contoh vokal tics termasuk bersenandung, berdehem, atau meneriakkan kata atau frasa.
Tics bisa sederhana atau kompleks, yang dinamakan simple tics dan complex tics:
Simple Tics
Simple Tics hanya melibatkan beberapa bagian otot tubuh dalam jumlah yang terbatas. Contoh Motor tics sederhana termasuk menyipitkan mata, menggeleng, mengangguk, atau mengendus. Sedangkan pada Vocal Tics contohnya seperti batuk, berdeham, dan membuat suara menyerupai binatang.
Complex Tics
Complex Tics biasanya melibatkan beberapa bagian tubuh yang berbeda dan dapat memiliki pola. Contoh Motor Tics yang kompleks adalah menganggukkan kepala sambil menyentakkan lengan, lalu melompat. Sedangkan Vocal Tics contohnya seperti mengulang perkataan sendiri (palilalia) atau perkataan orang lain (echophenomena), dan mengucapkan kata-kata kasar dan vulgar (koprolalia).
3. Gejala biasanya dimulai saat anak berusia 5 hingga 10 tahun
Gejala utama sindrom Tourette adalah tics. Gejala biasanya dimulai saat anak berusia 5 hingga 10 tahun. Gejala pertama yang sering muncul adalah motor tics yang terjadi di daerah kepala dan leher. Tics biasanya lebih buruk pada saat anak stres, kelelahan, terlalu semangat, dan saat senang.
Tics cenderung meningkat ketika anak sedang tenang atau fokus pada suatu aktivitas. Jenis tics dan intensitas anak mengalami tics dapat berubah banyak dari waktu ke waktu. Meski gejalanya mungkin muncul, hilang, dan muncul kembali, kondisi ini tergolong kronis.
Dalam kebanyakan kasus, tics menurun selama masa remaja dan awal masa dewasa, dan terkadang hilang seluruhnya. Namun, banyak orang dengan sindrom Tourette mengalami tics hingga dewasa dan, dalam beberapa kasus, tics dapat menjadi lebih buruk selama masa dewasa.
4. Belum ada penyebab pasti tentang sindrom Tourette pada anak
Sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut tentang penyebab pasti sindrom Tourette. Namun terdapat sejumlah dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
Sistem saraf otak
Beberapa studi menunjukkan anak dengan sindrom Tourette memiliki kecacatan pada struktur, fungsi, atau pada zat kimia otak yang menghantarkan impuls saraf atau neurotransmitter, termasuk serotonin dan dopamin.
Genetik
Pada beberapa kasus, kelainan gen yang diwarisi oleh orangtua anak, diduga sebagai penyebab sindrom Tourette.
Lingkungan
Gangguan yang dialami Mama selama kehamilan dan kelahiran, diduga menjadi pemicu sindrom Tourette pada anak. Gangguan ini bisa berupa stres yang dialami pada masa kehamilan atau pada proses kelahiran yang berlangsung lama.
Kondisi fisik anak saat lahir diduga juga berdampak pada kemunculan sindrom ini, misalnya berat badan di bawah normal. Selain itu infeksi kuman Streptococcus pada anak diduga terkait dengan terjadinya sindrom Tourette.
5. Faktor risiko yang menyebabkan anak terserang sindrom Tourette
Walaupun penyebab pasti sindrom Tourette belum diketahui, namun ada sejumlah faktor risiko yang bisa menyebabkan anak terserang sindrom Tourette, yaitu:
Jenis kelamin
Anak laki-laki 3-5 kali berisiko lebih tinggi mengalami kondisi sindrom Tourette dibandingkan anak perempuan.
Riwayat keluarga
Anak yang memiliki anggota keluarga penderita sindrom Tourette atau gangguan tic lainnya, lebih berisiko mengalami sindrom Tourette.
6. Diagnosis sindrom Tourette dengan melihat gejala dan gangguan tic lainnya
Tidak ada tes tunggal, seperti tes darah, untuk mendiagnosis sindrom Tourette. Ahli kesehatan melihat dari gejala anak untuk mendiagnosis sindrom Tourette dan gangguan tic lainnya.
Gangguan tics bisa berbeda satu sama lain dalam hal jenis tics yang ada (motorik atau vokal, atau kombinasi keduanya), dan berapa lama gejala tersebut berlangsung.
Sindrom Tourette juga dapat didiagnosis jika anak telah mengalami gejala tic setidaknya selama satu tahun.
7. Perawatan terapi hanya dibutuhkan jika tics lebih parah dan memengaruhi aktivitas anak
Perawatan tidak selalu diperlukan jika tics ringan dan tidak menyebabkan masalah lain. Perawatan yang paling efektif adalah dengan membantu diri sendiri, seperti menghindari stres atau kelelahan. Namun, jika tics lebih parah dan memengaruhi aktivitas sehari-hari anak, terapi dapat membantu mengurangi frekuensi tics:
Terapi utama untuk tics adalah:
Habit Reversal Therapy atau terapi pembalikan kebiasaan: bertujuan untuk membantu anak mempelajari gerakan yang disengaja yang "berlawanan" dengan tics, sehingga tics tidak dapat terjadi pada saat yang bersamaan.
Comprehensive behavioural intervention for tics (CBiT) - seperangkat teknik perilaku untuk membantu mempelajari keterampilan untuk mengurangi tics
Exposure with response prevention(ERP) - ini bertujuan untuk membantu anak terbiasa dengan sensasi tidak menyenangkan yang sering dirasakan sebelum tics, yang dapat menghentikan tic terjadi.
Ada juga obat-obatan yang dapat membantu mengurangi tics. Ini dapat digunakan bersamaan dengan terapi psikologis atau setelah mencoba terapi ketika tidak berhasil.
8. Bentuk dukungan yang bisa diberikan untuk anak penderita sindrom Tourette
Anak yang menderita sindrom Tourette ini biasanya kesulitan saat harus berinteraksi dengan orang lain karena kepercayaan diri yang berkurang akibat kondisi yang dimilikinya, sehingga bisa meningkatkan stres hingga depresi.
Terdapat beberapa hal yang bisa Mama dan keluarga lakukan untuk membantu anak yang menderita sindrom Tourette, yaitu:
- Baik bagi anak yang menderita dan keluarga perlu mencari informasi yang akurat mengenai sindrom Tourette, bisa dari ahli kesehatan, dokter saraf, artikel yang terpercaya.
- Ketahui bahwa tics dapat mencapai puncaknya saat anak berusia remaja, namun kondisi ini juga bisa membaik seiring bertambahnya usia anak.
- Dorong kepercayaan diri anak, salah satunya dengan mendukung olahraga pilihannya atau kegiatan lain yang menarik bagi anak, dan menjaga hubungan baik dengan teman bermainnya.
- Keluarga perlu menjadi pendukung yang baik bagi anak, dengan membantu mengedukasi orang lain di sekitar anak secara rutin. Anak dengan sindrom Tourette ini juga dapat berkembang lebih baik dalam lingkungan belajar yang lebih kecil atau dari les privat.
- Ajak anak mengikuti kelompok dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sindrom Tourette (tics) pada anak ini memang tidak mengurangi kecerdasan atau usia anak. Dukungan pada anak yang menderita sindrom Tourette dapat membantu meredakan gejala yang dialami, yang umumnya dipicu oleh panik, cemas, dan depresi yang berasal dari lingkungan sekitar anak.
Berikan motivasi agar anak lebih bersemangat menjalani hari-harinya, Ma. Selain itu bantu mereka untuk mengerti apa yang sedang mereka alami. Semoga bermanfaat!
Baca juga:
- 5 Makanan yang Baik untuk Perkembangan Sistem Saraf Anak Balita
- Kenali 5 Jenis Penyakit Saraf pada Anak yang Harus Diwaspadai
- Penyakit Batten, Gangguan Saraf Pemicu Kematian Dini pada Anak-Anak