5 Pola Pengasuhan yang Bisa Membuat Anak Jauh dari Orangtua
Jika tak ingin memiliki hubungan yang renggang dengan anak, yuk hindari pola asuh ini!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu tugas tersulit bagi para orangtua adalah memiliki gaya pengasuhan yang positif dan konsisten. Setiap orangtua tentu ingin membesarkan anak yang positif, disiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan lain-lain.
Karena tak ada satu buku untuk mengajarkan orangtua bagaimana menjadi "orangtua yang sempurna", terkadang kebanyakan orangtua menggunakan pengalaman bagaimana mereka dibesarkan, sebagai cetak biru dalam hal mengasuh anak.
Sayangnya, ada beberapa pengasuhan yang harus mulai dihentikan, karena memiliki konsekuensi jangka panjang pada anak-anak. Termasuk menyebabkan hubungan yang renggang dengan orangtua.
Untuk mencegah hal tersebut, kali ini Popmama.com telah merangkum apa saja pola pengasuhan yang bisa membuat anak jauh dari orangtua.
Semoga Mama Papa tidak melakukan salah satunya ya!
1. Memberikan disiplin fisik seperti memukul
Sebuah penelitian yang dilansir dari India Times, telah menunjukkan bahwa segala jenis disiplin fisik merugikan kesehatan anak. Memberikan pendisiplinan seperti memukul anak, dapat mengubah struktur otak dan tidak akan berkontribusi pada perubahan perilaku yang efektif.
Selain faktor-faktor ini, disiplin fisik juga mendorong perilaku yang sama pada anak, dan dapat mengakibatkannya memukul teman-temannya di masa depan. Disiplin fisik akan membuat anak menjauhi orangtuanya karena sadar akan akibat yang ditimbulkan berupa pemukulan.
Sehingga, cobalah berbicara kepada anak melalui emosinya dan menyarankan cara-cara di mana ia dapat mengelola emosinya dengan lebih baik dan membuat perubahan dalam perilakunya, yang tidak benar atau keluar dari jalur.
Disiplin fisik juga menimbulkan perilaku berbohong, kerahasiaan, dan sembunyi-sembunyi, yang akhirnya akan mengakibatkan kecemasan pada anak, dan mengarah pada perilaku menghindar lebih lanjut.
2. Kurangnya konsisten dalam mendisiplinkan anak
Disiplin itu sendiri adalah tentang konsistens, dan segala bentuk disiplin akan sia-sia jika orangtua tidak konsisten dalam menerapkannya.
Inkonsistensi ditunjukkan misalnya, jika Mama membuat batasan untuk tidak boleh menyaksikan televisi di atas jam delapan. Di satu hari Mama mematikan televisi tepat jam delapan, namun di hari lain Mama membiarkan anak menyaksikan televisi sampai tengah malam.
Hal ini dapat menimbulkan kebingungan dan diikuti oleh kecemasan dalam perilaku anak.
Ketika terjadi peristiwa buruk, pastikan membicarakan harapan Mama tentang apa yang harus anak lakukan selanjutnya dan mengapa ia tidak boleh melanggar batasan.
Kemudian terapkan batasan itu dengan konsisten setiap hari. Ini akan memberikan kejelasan bagi anak untuk berperilaku.
3. Mengabaikan dan menarik bentuk kasih sayang
Mengabaikan seorang anak berarti memberi tahu anak bahwa cinta orangtuanya bersyarat, Mengabaikan dan menarik bentuk kasih sayang karena seorang anak tidak melakukan apa yang diperintahkan, menyebabkan kerugian yang sama.
Perilaku seperti ini dapat menyebabkan seorang anak memiliki harga diri yang rendah dan kepercayaan diri yang rendah, yang dapat mengakibatkan seorang anak tidak lagi mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya.
Seiring waktu, sikap ini dapat menyebabkan ketergantungan bersama, di mana anak akan beradaptasi dengan perasaan yang ia inginkan dari seseorang untuk bertindak.
Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan anak mengembangkan hubungan yang kasar dengan orang lain.
4. Memarahi anak di tempat umum atau di depan orang lain
Tak jarang, orangtua kehilangan kesabaran dan memarahi, membentak, atau bahkan memukul anak di depan orang lain.
Ini akan berdampak serius pada kepercayaan diri anak, dan rasa malu yang timbul dari metode disiplin ini akan sulit dihilangkan.
Bahkan dilansir dari Healthline, baik di tempat umum atau tertutup, anak-anak yang terus-menerus dipermalukan dapat mengembangkan masalah dengan kesempurnaan dan ketakutan akan kegagalan.
Hal ini kemudian dapat berkembang dan menyebabkan depresi atau kecemasan.
5. Terlalu mengontrol dan mengabaikan kepentingan anak
Orangtua yang mengontrol bisa datang dalam berbagai bentuk, dan tentunya tidak semuanya buruk. Beberapa orangtua yang suka mengontrol hanyalah orangtua yang cemas. Mereka juga memiliki niat baik di hati tetapi menggunakan cara yang salah karena mereka tidak tahu ada cara yang lebih baik.
Namun dilansir dari Parenting for Brain, ada beberapa orangtua yang mengontrol, sangat ketat, kaku, dan tidak fleksibel. Mereka memiliki keinginan yang kuat (selain kesejahteraan anak) untuk mengendalikan anaknya. Sehingga, kepentingan anak bukanlah perhatian dari orangtua ini.
Alhasil, anak-anak dari orangtua yang terlalu mengontrol ini cenderung tidak bahagia dan menumbuhkan sikap pemberontakan atau membangkang yang membuatnya jauh dari orangtua.
Tak hanya itu, ada konsekuensi yang bertahan lama dalam harga diri anak, dan juga lebih cenderung menderita gangguan psikologis seperti depresi atau kecemasan. Kemudian anak cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah dalam mengambil keputusan.
Itulah lima pola pengasuhan yang bisa membuat anak jauh dari orangtua. Jika Mama mendapati diri jatuh ke dalam kebiasaan mengasuh anak yang buruk seperti contoh di atas, ingatlah bahwa Mama mampu membuat perubahan.
Mengubah pola pengasuhan membutuhkan kesabaran, kejujuran, dan banyak kerja keras. Namun ingat kabar baiknya adalah tidak ada kata terlambat untuk memulai. Setiap perubahan positif yang dibuat dapat menghasilkan hasil yang lebih baik bagi hubungan orangtua dan anak.
Baca juga:
- 9 Perilaku Toxic Parenting yang Mengancam Masa Depan Anak
- Penting! 10 Tips Menjaga Hubungan Emosional dengan Anak
- 5 Cara Terbaik Merespon Anak yang Berkata Kasar pada Orangtua