Perhatikan! 8 Tanda Eating Disorder yang Tersembunyi pada Anak
Perhatikan perbedaan saat anak mengalami gangguan makan dan anak sedang tidak napsu makan yang umum
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama mungkin berpikir adalah kondisi umum ketika susah makan selama berhari-hari atau termasuk sebagai bagian masa pertumbuhannya.
Kebanyakan orangtua mungkin menganggap anak remaja atau dewasa muda yang mengalami Eating Disorder atau gangguan makan. Namun, tanpa disadari gangguan makan ini juga dapat memengaruhi anak-anak.
Tingkat gangguan makan di antara anak perempuan dan anak laki-laki di bawah 12 tahun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, jadi penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tandanya.
Pertumbuhan fisik merupakan komponen penting dari masa kanak-kanak, dan gangguan makan dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tubuh anak.
Lantas, bagaimana cara membedakan anak yang terkena gangguan makan dan ketika ia sedang tidak napsu makan? kali ini Popmama.com akan membahas tanda-tanda eating disorder pada anak-anak.
1. Perubahan berat badan yang tidak normal
Dilansir dari The Healthy, anak-anak harus menambah berat badan dengan cara yang dapat diprediksi, dan jika berat badan mereka tidak bertambah atau justru kehilangan berat badannya, ini bisa menjadi tanda peringatan.
Sedangkan dilansir dari Walden Eating Disorder, gangguan makan pada remaja dan orang dewasa sering didiagnosis sebagian oleh penurunan berat badan yang signifikan (tidak terkait secara medis).
Namun ini sedikit berbeda untuk anak-anak, yang mungkin tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan, tetapi mungkin gagal untuk mendapatkan berat badan yang diharapkan.
Setiap fluktuasi berat badan yang tidak dapat dijelaskan (baik itu meningkat, menurun, atau stabil) dapat mencerminkan perubahan pola makan.
2. Menghindari makan bersama keluarga
Makanan keluarga mendorong kebiasaan makan yang sehat pada anak-anak, tetapi beberapa anak dengan gangguan makan mungkin melakukan apa saja untuk menghindarinya.
“Makanan yang sebelumnya dinikmati bersama, mungkin ditolak atau dicap tidak sehat oleh anak-anak. Atau mereka mungkin memilih makanan terpisah di meja makan, daripada benar-benar memakannya,” ujar Heather Russo, Direktur Situs di The Renfrew Center Los Angeles,yang dilansir dari The Healthy.
Tanda bahaya lainnya adalah kekhawatiran berlebihan tentang cara makanan disiapkan (misalnya digoreng atau dipanggang, atau dengan mentega atau tanpa mentega), obsesi dengan ukuran porsi (makanan terlalu banyak atau terlalu sedikit), dan pembacaan label berulang.
3. Melakukan pola makan tertentu
Seorang anak yang tiba-tiba menunjukkan minat pada pola makan tertentu atau memiliki rencana makan yang tampaknya "sehat" baginya, karena mungkin dimotivasi oleh sesuatu selain penurunan berat badan, bisa menjadi tanda bahaya.
Anak-anak juga mungkin mengaku “takut” terhadap jenis makanan tertentu. Dilansir dari Walden Eating Disorder, tidak jarang anak-anak dengan gangguan makan percaya bahwa ia akan menurunkan berat badan dengan mengikuti pola makan vegan dan/atau menganggap pola makan itu sebagai pembenaran untuk melewatkan makan di rumah.
4. Menyimpan makanan atau makan berlebihan secara diam-diam
Gangguan makan datang dalam berbagai bentuk. Anak-anak dengan bulimia atau gangguan makan berlebihan dapat menyembunyikan makanan di kamarnya, atau diam-diam mengonsumsi makanan ketika tidak ada orang di sekitarnya.
Dilansir dari KidsHealth, makan berlebihan biasanya melibatkan mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dengan cepat. Karena biasanya dilakukan sendiri, orangtua mungkin tidak menyadari bahwa kenaikan berat badan anak mereka adalah akibat dari makan berlebihan.
Tanda-tanda bulimia lainnya termasuk anak mengalami muntah, mengonsumsi obat pencahar, dan perasaan bersalah atau malu tentang banyak makan.
5. Peningkatan aktivitas fisik
Anak-anak yang menderita gangguan makan dapat berolahraga secara kompulsif. Menurut KidsHealth, olahraga kompulsif tidak selalu menyertai gangguan makan, tetapi keduanya sering berjalan beriringan.
Pada anak yang mengalami anoreksia nervosa, olahraga berlebihan biasanya dimulai sebagai cara untuk mengontrol berat badan, dan menjadi semakin ekstrem.
Sementara anak dengan bulimia mungkin menggunakan olahraga sebagai cara untuk mengimbangi makan berlebihan.
Untuk mengatasinya sambil menenangkan diri anak, Mama bisa mengajak anak untuk yoga remaja. Ini adalah cara yang tepat untuk memperkenalkan anak pada jenis kebugaran yang juga akan meningkatkan harga dirinya.
6. Meningkatkan fokus pada penampilan
Seorang anak yang menghabiskan banyak waktu di depan cermin, atau memiliki minat yang meningkat dalam menimbang diri sendiri, dapat menjadi perhatian.
Meskipun bukan hal yang aneh bagi anak remaja muda untuk merasa minder atau kurang percaya diri sehingga menyembunyikan tubuhnya, namun ketika anak mulai menghubungkan penampilan dengan kepercayaan diri, bisa menjadi tanda masalah yang lebih besar. .
7. Perubahan sikap
Anak-anak menjadi lebih menarik diri atau mudah tersinggung, atau mengasingkan diri secara sosial, tidak serta merta menyembunyikan gangguan makan, tetapi perubahan suasana hati adalah ciri khas anak-anak dengan gangguan makan.
Dilansir dari The Health, penting bagi orangtua untuk mencari perubahan yang tidak dapat dijelaskan dalam suasana hati, nilai, dan/atau hubungan interpersonalnya.
Misalnya seperti, anak-anak yang biasanya berprestasi baik di sekolah mungkin mulai mendapatkan nilai yang menurun, atau ditunjukkan dengan anak yang mungkin mulai mengisolasi diri dari kegiatan sosial.
Atau Mama bisa memerhatikan jika anak yang sebelumnya ceria dan riang mungkin tiba-tiba tampak seperti memiliki tekanan di pundaknya.
8. Minat yang meningkat dalam memasak
Mungkin aneh bagi seseorang dengan gangguan makan atau eating disorder untuk ingin memasak atau menyiapkan makanan, tetapi itu tidak jarang.
Ini bisa terjadi akibat kebutuhan untuk mengontrol, atau menjadi pengingat dari otak, bahwa ia kelaparan dan perlu makan.
Apa pun perilaku yang membuat Mama khawatir tentang anak, hal terpenting yang dapat dilakukan adalah mulai berbicara dengannya.
Semakin cepat anak mendapatkan bantuan, maka semakin baik untuk mengatasinya, jadi intervensi dini adalah kuncinya. Selain itu, selalu mendukung anak penting dalam proses perawatan, dan dapat bekerja sama dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan bahwa kesehatan anak bisa kembali pulih.
Baca juga:
- 11 Makanan dan Minuman dengan Nutrisi agar Anak Tumbuh Tinggi
- Catat! 5 Kelompok Makanan Untuk Penuhi Kebutuhan Nutrisi Anak 2 Tahun
- Kenali Penyebab Balita Suka Pilih-Pilih Makanan dan Cara Mengatasinya