Tips Mencegah Obesitas pada Anak saat Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 meningkatkan kasus obesitas pada anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kejak pandemi Covid-19 melanda, aktivitas anak lebih dibatasi. Kegiatan belajar yang dilakukan secara daring, tidak bisa bermain dengan teman sebebas dulu, dan tidak bisa banyak jalan-jalan bersama keluarga.
Tak hanya berdampak pada sosial anak, pandemi ini juga berdampak pada kesehatan anak. Termasuk meningkatkan risiko kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas juga salah satu penyakit yang diidentifikasi bisa memperparah penyakit Covid-19.
Anak dengan obesitas juga berisiko mengalami gejala Covid-19 yang lebih hebat, Bahkan beberapa kasus, anak obesitas yang terkena Covid-19 harus dibantu dengan alat bantu pernafasan.
Untuk mencegah obesitas selama pandemi, kali ini Popmama.com akan membahas penyebab dan tips mencegah anak mengalami obesitas berdasarkan informasi dari Kelvin Halim, S. Gz yang merupakan ahli gizi dari Jovee. Yuk simak caranya di bawah ini!
1. Hubungan pandemi Covid-19 dengan penyakit obesitas pada anak
Menurut laporan pada jurnal Elsevier Public Health Emergency Collection, mengatakan penyakit obesitas pada anak meningkat di Amerika Serikat selama pandemi. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan kenaikan berat badan anak selama pandemi.
Faktor tersebut memiliki kaitan dengan hilangnya banyak hal dasar yang dapat menunjang kesehatan anak selama pandemi. Seperti, jarang mengonsumsi makanan bergizi, kurangnya olahraga, dan jarang melakukan aktivitas fisik seperti bersosialisasi dan rutinitas lainnya.
Selain itu, minimnya akses dapat memicu stres hingga trauma pada anak. Stres dapat membuat aktifnya sistem respon stres di tubuh. Jika stres dibiarkan dan semakin menguat, anak bisa terkena penyakit serius, termasuk obesitas akibat nafsu makan yang tidak terkontrol.
Selain itu dampak dari orangtua juga mengalami stres akibat pandemi juga bisa memperburuk kondisi kesehatan anak, serta kebiasaan Mama menyediakan makanan olahan dengan kalori, lemak jenuh, dan gula yang tinggi juga bisa memicu obesitas pada anak.
2. Faktor yang meningkatkan risiko anak mengalami obesitas
Mengutip jurnal publikasi Clinical and Experimental Pediatrics, setidaknya ada empat faktor yang dapat meningkatkan risiko anak terkena obesitas selama pandemi. Di antaranya adalah:
Lockdown dan pembatasan gerak
Lockdown atau PSBB yang diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 membuat terbatasnya ruang gerak anak, bahkan terhadap makanan sehat serta layanan kesehatan. Gaya hidup anak juga bisa berubah menjadi tidak sehat karena lebih sering diam di rumah dan sedikit bergerak.
Minimnya akses terhadap makanan sehat juga disebabkan karena beberapa hal, seperti menghindari membeli bahan-bahan segar di pasar atau supermarket. Sehingga membuat Mama lebih memilih makanan olahan dan makanan dengan bahan pengawet.
Selain itu, anak juga rentan terhadap camilan manis saat PSBB berlangsung.
Karantina, isolasi diri, dan social distancing
Minimnya kontak langsung dengan teman sebaya di rumah atau sekolah, ataupun guru bisa memicu stres pada anak. Rendahnya pengalaman anak untuk mengenali dan menghadapi stres atau penyebabnya, bisa membuat anak frustasi dan memicu perilaku makan berlebihan. Sehingga akhirnya berujung pada penyakit obesitas.
Pelarangan aktivitas langsung di sekolah
Kegiatan belajar mengajar dari sekolah ke rumah membuat aktivitas fisik anak menjadi semakin berkurang. Anak juga lebih sering menggunakan gadget dan pola hidupnya yang jadi tidak teratur, termasuk waktu tidurnya. Kebiasaan ini bisa membuat anak rentan terkena obesitas.
Kegelisahan dan masalah keluarga akibat pandemi
Pada beberapa kasus, orangtua mengalami dampak pandemi yang buruk terhadap profesi dan keadaan finansialnya. Jika hal tersebut tidak ditanggapi dengan baik, anak bisa merasakan pengalaman buruk dari kondisi ini bahkan hingga terpapar kekerasan dalam rumah tangga.
3. Risiko obesitas pada anak yang terjangkit Covid-19
Melansir dari studi tahun 2020, terdapat beberapa risiko terkait obesitas yang dapat memperparah kondisi penderita Covid-19 pada anak dan juga orang dewasa. Beberapa risiko dari obesitas tersebut adalah:
- Hiperinsulinisme (kelebihan insulin)
- Gangguan sistem pernafasan
- Penyakit kardiovaskular
- Inflamasi subklinis
- Pembekuan darah
- Gangguan ginjal
- Disbiosis usus (ketidakseimbangan mikroorganisme di dalam usus)
- Ketidakseimbangan sistem imun
Setelah mengetahui hubungan Covid-19 dengan obesitas, faktor penyebab, dan risiko obesitas pada anak yang terkena Covid-19, kini Mama mungkin mengetahui bahayanya obesitas pada anak selama pandemi.
Untuk mencegah kelebihan berat badan pada anak, ada beberapa hal yang bisa Mama terapkan di rumah. Ikuti tipsnya yuk!
Tips Mencegah Obesitas Pada Anak Selama Pandemi
Peran Mama di sini sangatlah penting untuk memelihara gaya hidup dan pola makan yang tepat pada anak selama penyebaran pandemi Covid-19. Berikut ini beberapa tips yang bisa Mama terapkan untuk mencegah obesitas pada anak, yang dilansir dari laman CHOC Children’s.
1. Terapkan menu makanan yang sehat
Obesitas pada anak dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat. Maka dari itu, penyajian hingga pemilihan makanan untuk anak harus diperhatikan dengan baik. Gula merupakan salah satu penyebab anak suka ngemil, bahkan seringkali dalam jumlah tidak terkontrol.
Maka dari itu batasi jumlah gula yang dimasukkan ke dalam makanan atau minuman anak. American Heart Association menyarankan tambahan 25 gram gula atau 6 sdt per hari untuk anak usia 2-18 tahun atau sekitar 100 kalori.
Minuman yang mengandung gula juga perlu dibatasi sampai kurang dari 1/4 liter air per minggu. Makanan sehat tidak harus memiliki harga yang mahal. Berikut beberapa tips agar Mama bisa memilih makanan sehat untuk anak namun tidak perlu mahal:
- Buat daftar sebelum berbelanja. Bandingkan harga dan jika perlu lihat brosur untuk mengetahui promo yang berlangsung. Buat menu keluarga selama seminggu sekali, sambil memerhatikan bahan makanan apa yang sudah ada di rumah.
- Makanlah sebelum berbelanja. Hal ini mungkin terdengar asing. Tapi, berbelanja dalam keadaan lapar bisa membuat Mama dan anak rentan terhadap perilaku berbelanja yang spontan dan tidak sehat.
- Siapkan dua atau tiga makanan beku siap saji agar bisa langsung dihidangkan saat Mama tidak sempat memasak makanan sehat.
2. Minum air yang cukup
Kecukupan cairan tubuh harian diperlukan agar anak terhidrasi. Berdasarkan tingkatan usia, berikut rekomendasi asupan cairan yang perlu anak penuhi per harinya:
- Anak usia 0,5-1 tahun membutuhkan 800 ml/hari
- Anak usia 1-3 tahun membutuhkan 1.200 ml/hari
- Anak usia 4-6 tahun membutuhkan 1.500 ml/hari
- Anak usia 7-9 tahun membutuhkan 1.900 ml/hari
3. Isi waktu luang dengan mengajak anak memasak
Aktivitas memasak di rumah bisa menjadi media pembelajaran bagi anak dan juga bisa jadi pengisi waktu luang yang menyenangkan bersama Mama selama berada di rumah. Namun tak hanya itu saja, ada manfaat lainnya yang bisa didapatkan anak saat memasak bersama Mama, yaitu:
- Membuat anak mengerti memilah makanan apa yang sehat. Maka dari itu, cobalah menjelaskan bahan-bahan masakan serta bagaimana aroma, rasa, penampilan, serta teksturnya.
- Buatlah kreasi terhadap makanan dengan bersama-sama membentuknya menjadi tampilan yang menarik.
- Anak belajar dengan mengamati, jika anak melihat Mama lebih suka menyiapkan makanan yang sehat, anak akan lebih mudah menerima makanan tersebut.
- Sempatkan waktu makan bersama keluarga. Anak yang makan bersama keluarga di rumah akan memiliki pola diet atau pola makan yang lebih berkualitas, tentunya dengan asupan tinggi akan buah dan sayur.
4. Dukung anak agar sering latihan fisik
Rutin melakukan olahraga setiap hari dapat membantu menghindarkan obesitas pada anak. Cobalah untuk berolahraga rutin dengan total satu jam latihan per harinya. Waktu olahraga ini bisa dipecah menjadi 15 menit agar anak tidak terbebani.
Selain itu, Mama juga harus aktif terlibat dan memberikan dukungan pada olahraga yang dilakukan anak. Olahraga yang dilakukan juga bisa didasarkan pada aktivitas yang anak sukai, seperti bersepeda, menari, atau berjalan menemani anjing di taman, sambil menjaga jarak aman dengan orang lain.
5. Mengurangi waktu anak di depan layar gadget
Jika anak tidak sedang belajar, pastikan ia tidak menggunakan perangkat elektroniknya dalam waktu yang lama. American Academy of Pediatrics menyarankan jumlah durasi dengan usia anak dalam penggunaan gadget, yaitu sebagai berikut:
Anak dengan usia ≤18 bulan: Tidak dianjurkan menggunakan gadget, kecuali saat menelepon atau video call dengan keluarga.
Anak dengan usia 18 bulan sampai 2 tahun: Batasi waktu penggunaan dan jangan izinkan pemakaian sendiri. Pilihlah program edukasi dan pastikan Mama menontonnya bersama anak.
Anak dengan usia 2-5 tahun: Batasi waktu penggunaan gadget hanya satu jam per hari. Mama juga perlu menemani anak dan memastikannya mengerti apa yang ia tonton.
Anak dengan usia ≥6 tahun: Orang tua harus memasang batasan waktu dan jangan biarkan gadget memengaruhi waktu tidur, belajar, olahraga, maupun perilakunya.
Dukungan dan bimbingan Mama dibutuhkan anak dalam melewati masa sulit akibat pandemi Covid-19 ini. Anak mungkin belum memahami kondisi yang sedang terjadi, sehingga sebaiknya anak dibimbing dengan gaya hidup yang baik agar ia terhindar dari berbagai penyakit, termasuk obesitas.
Selain itu, ajarkan anak tentang pentingnya protokol kesehatan selama pandemi agar ia terhindar dari bahaya virus Covid-19.
Baca juga:
- Panduan Diet Intermittent Fasting yang Perlu Remaja Perhatikan
- 9 Pola Pikir Negatif yang Bikin Diet Gagal bagi Anak Remaja
- Cara Diet untuk Anak yang Obesitas Selama Pandemi Covid-19