TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Profil Persebaya: Sejarah, Prestasi, hingga Stadion

Punya julukan Bajul Ijo, begini sejarah hingga prestasi klub Persebaya yang wajib si Kecil tahu!

Youtube.com/Official Persebaya

Di usia si Kecil yang beranjak besar, menyukai sepak bola adalah hal yang wajar. Mama dan Papa bisa mulai mengenalkan nama-nama klub sepak bola kepada si Kecil, seperti misalnya Persebaya. Klub ini sebenarnya sudah tidak asing lagi di mata pencinta sepak bola.

Meski begitu apakah si Kecil sudah tahu apa itu Persebaya? Mama bisa mengajarkan si Kecil tentang Persebaya, mulai dari sejarah berdirinya tim, prestasi, hingga nama stadion klub kebanggaan masyarakat Surabaya ini.

Berikut Popmama.com sudah merangkum profil Persebaya yang wajib diketahui. Yuk, disimak!

Profil Persebaya: Sejarah, Prestasi, hingga Stadion Kebanggaan

Sejarah Berdirinya Persebaya

Youtube.com/Official Persebaya

Klub berjuluk Bajul Ijo ini berdiri pada 18 Juni 1927. Adapun dua orang yang berjasa dalam pendirian Persebaya adalah Paijo dan M. Pamoedji. Keduanya mendirikan klub ini dengan maksud menyediakan wadah bagi masyarakat Surabaya yang ingin bermain bola saat itu.

Persebaya bukanlah nama awal dari klub ini. Sebelum bernama Persebaya, klub ini memiliki nama Soerabhaisasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).

Pada tahun 1910, ada klub sepak bola lain yang sebenarnya sudah didirikan di Surabaya. Klub tersebut didirikan oleh komunitas Belanda di Surabaya dengan nama Sorabaiasche Voetbal Bond (SVB).

Kembali lagi ke SIVB, setelah 3 tahun berdiri, klub SIVB kemudian ikut dalam kesepakatan besar. Kala itu, SIVB menjadi salah satu klub yang turut mempelopori pendirian federasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930.

SIVB lalu berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja) pada tahun 1943. Pada 1959, nama itu berganti lagi menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya).

Bonek dan Bonita Menjadi Nama Suporter Persebaya

Youtube.com/Official Persebaya

Suporter memang tidak lepas dari sepak bola. Persebaya sendiri memiliki komunitas suporter atau pendukung yang bernama Bonek. Nama ini sebenarnya merupakan singkatan dari "Bondo Nekat" yang berarti "Anak-anak Ne Katrem" dalam bahasa Jawa.

Pada 2017, manajemen klub berupaya untuk mengubah adanya stigma negatif tentang Bonek dengan menambahkan kata "Kreatif" dalam singkatannya. Kini, Bonek jadi singkatan dari "Bondo, Nekat, dan Kreatif".

Munculnya istilah Bonek bermula dari kegemaran pencinta sepak bola di Surabaya yang mendukung tim kebanggaan mereka, Persebaya.

Kabarnya, istilah tersebut juga berasal dari kebiasaan suporter Persebaya yang melakukan perjalanan ke kota lain demi memberikan dukungan langsung kepada tim kebanggaan mereka.

Istilah Bonek pun mulai populer di era 1980-an dan 1990-an saat Persebaya berada dalam performa terbaik di kompetisi Liga Indonesia.

Sejak awal 80-an, Bonek tumbuh sebagai gerakan suporter yang tak hanya menunjukkan dukungan di stadion, tapi juga dengan berbagai kegiatan sosial dan budaya.

Selain Bonek, Bonita ternyata juga menjadi sapaan bagi suporter Persebaya di kalangan perempuan. Bonita sendiri merupakan singkatan dari "Bonek Wanita".

Awalnya, Bonek memang didominasi oleh kalangan laki-laki. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu ada banyak perempuan yang juga menyukai sepak bola dan menjatuhkan hati kepada Persebaya sebagai klub kebanggaannya.

Prestasi Persebaya

Youtube.com/Official Persebaya

Rasanya tak afdal bila tidak membahas soal prestasi yang diraih klub dengan lambang ikan hiu dan buaya mengitari Tugu Pahlawan ini.

Sejak Persebaya berdiri dan mengikuti Perserikatan, mereka tercatat sudah menjuarai kompetisi itu sebanyak 6 kali, yaitu pada tahun 1941, 1950, 1951, 1952, 1975/1978, dan 1987/1988.

Prestasi yang dimiliki Persebaya bahkan tak sampai di situ saja. Saat kompetisi berganti menjadi Liga Indonesia, klub ini juga juara di musim 1996 dan 2004.

Konflik di Kubu Persebaya

Youtube.com/Official Persebaya

Perjalanan klub ini di dunia sepak bola tanah air ternyata tidak selamanya berjalan mulus. Terungkap, ada berbagai permasalahan yang sempat dihadapi Persebaya di awal tahun 2000-an.

Setelah juara pada 2004, Persebaya sempat mundur di pertengahan liga musim 2005. Langkah tersebut turut berbuah hukuman dan membuat Persebaya degradasi ke Divisi Satu.

Pada 2008, Persebaya kembali bangkit dengan berhasil masuk ke Liga Indonesia yang saat itu menjadi kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Indonesia. Akan tetapi, Persebaya tak lama setelah itu kembali dihadapkan dengan masalah lain.

Pada waktu musim 2009/2010, Persebaya mengalami degradasi, tapi dengan cara yang cukup aneh menurut catatan sejarah.

Saat itu, Persebaya yang harusnya melawan Persik Kediri pada 29 April 2010 di Stadion Brawijaya, Kediri, malah tak jadi digelar karena Macan Putih tak memiliki izin. Padahal, pertemuan itu sangat penting untuk Bajul Ijo karena mereka tidak terdegradasi jika meraih kemenangan.

Pertandingan mereka kemudian dipindah ke Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, yang harusnya digelar pada 6 Mei 2010. Namun, Persik Kediri juga tak dapat izin keamanan. Laga itu kemudian dipindahkan ke Stadion Gelora Jakabaring, Palembang pada 5 Agustus 2010.

Menurut peraturan, Persebaya seharusnya tak perlu lagi menjadwalkan pertandingan karena mereka bisa menang tanpa bertanding dan mendapat skor 3-0. Namun, PT Liga Indonesia saat itu lebih memilih merencanakan laga ketiga di Palembang.

Bajul Ijo pun tak ingin datang, sehingga membuat mereka harus finis di posisi 17 dengan 36 poin. Kejadian itu akhirnya membuat Persebaya memutuskan tak lagi berlaga di Divisi Utama 2010-2011.

Sebagai wujud protes kepada PSSI, Persebaya memilih berkompetisi di Liga Primer Indonesia 2011 yang di mana merupakan kompetisi tandingan dari ISL (Liga Super Indonesia). Setelah kejadian itu, muncullah tim serupa bernama Persebaya DU.

Persebaya kemudian memilih nama Persebaya 1927 untuk membedakan Persebaya DU. Pada musim 2015, Persebaya 1927 memenangkan gugatan hak paten atas nama dan logo Persebaya. Ini membuat Persebaya tandingan versi Wisnu Wardhana harus mengubah nama menjadi Bonek FC.

Nama itu kemudian diganti menjadi Surabaya United atas desakan Bonek. Klub itu kemudian melakukan merger dengan PS Polri dan mengganti namanya menjadi Bhayangkara Surabaya United. Kini klub tersebut dikenal dengan nama Bhayangkara FC.

Di sisi lain, Persebaya 1927 disahkan kembali sebagai anggota PSSI dalam Kongres 2017. Akan tetapi, mereka harus memulai kembali dari Divisi Utama 2017 atau kini yang dikenal dengan nama Liga 2. PSSI juga memperbolehkan mereka menggunakan nama Persebaya yang kita kenal sampai hari ini.

Daftar Pemain Legenda Persebaya

Youtube.com/Official Persebaya

Sejak berdiri sampai hari ini, tercatat sudah ada banyak pemain yang pernah membela Bajul Ijo. Beberapa pemain bahkan disebut sebagai sang legenda karena telah memberikan kontribusi besar bagi klub.

Ini daftar pemain legenda Persebaya:

  • Aji Santoso
  • Jacksen F. Tiago
  • Bejo Sugiantoro
  • Carlos de Mello
  • Anang Ma’ruf
  • I Gusti Putu Yasa
  • Riono Asnan
  • Uston Nawami
  • Hartono
  • Budi Johanis
  • Syamsul Arifin
  • Eri Erianto

Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya Jadi Markas Persebaya

Youtube.com/Bang Jenggot

Seperti klub sepak bola pada umumnya, Persebaya juga memiliki stadion kebanggaan yang dijadikan sebagai markas untuk setiap pertandingan home. Stadion itu adalah Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya.

Stadion ini baru diresmikan pada 6 Agustus 2010 dan memiliki kapasitas sebanyak 46.806 penonton.

Menariknya, nama Gelora Bung Tomo dipilih sebagai nama stadion dengan alasan untuk menghormati Bung Tomo yang merupakan pahlawan nasional dari Surabaya yang berjasa bagi kemerdekaan Indonesia.

Jadi, itulah rangkuman lengkap tentang profil Persebaya yang perlu kamu tahu. Bila dilihat, Persebaya memiliki cerita panjang yang akan selalu diingat menjadi sejarah bagi pencinta sepak bola Indonesia.

Baca juga:

The Latest