Demam Tifoid pada Anak: Penyebab, Gejala, Perawatan, dan Pencegahan
Anak di atas usia 5 tahun lebih rentan terkena demam tifoid ini
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat si Kecil mengalami demam, Mama pasti sering merasa khawatir. Apalagi apabila anak demam hingga berhari-hari, Mama pasti takut untuk membayangkan si Kecil harus di rawat di rumah sakit.
Saat anak demam hingga berhari-hari, Mama bisa saja mencurigai apakah penyebabnya demam anak mungkin adalah demam tifoid, yang juga dikenal sebagai tipus. Demam tifoid pastinya dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan bagi orangtua. Mama mungkin sering kali membayangkan situasi seperti observasi di ruang rawat inap, anak yang harus diinfus, waktu penyembuhan yang lama, dan sebagainya.
Meskipun demam tifoid atau tipus ini sudah cukup banyak diketahui, tampaknya masih banyak Mama yang belum mengenali penyakit ini dengan baik. Melalui Seminar Media dengan topik "Demam Tifoid Pada Anak" yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Kamis (26/10/2023), Mama akan dijelaskan lebih lanjut mengenai demam tifoid ini.
Bersama Popmama.com, berikut rangkuman demam tifoid pada anak: penyebab, gejala, perawatan, dan pencegahan.
1. Penyebab demam tifoid
Demam tifoid, sering juga disebut tipus, merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii. Penularan demam tifoid dapat terjadi dari satu individu ke individu lainnya. Penyakit ini disebarkan menular melalui kotoran (fecal-oral) dan sangat terkait dengan tingkat kebersihan seseorang.
DR. dr. Ari Prayitno, Sp.A(K), Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI menjelaskan bahwa umumnya kelompok usia yang rentan terhadap demam tifoid adalah anak-anak berusia 5 tahun ke atas karena anak-anak usia tersebut sudah mulai melakukan aktivitas di luar rumah.
"Ini menyerang pada anak di atas 5 tahun, kebanyakan ya 5 tahun, kenapa di atas 5 tahun karena anak sudah umumnya keluar rumah, sudah sekolah, sudah jajan dan main sama teman-temannya. Sehingga bisa masuk dari makanan atau minuman yang tercemar," ujar dr. Ari.
Walaupun begitu, penyakit ini juga bisa menyerang anak di bawah 5 tahun walau hanya sedikit. Demam ini bisa didapat dari dalam rumah apabila rumah yang ditempati tidak bersih.
2. Gejala demam tifoid
Gejala dari demam tifoid ini baru bisa terdeteksi setelah anak mengalami demam beberapa hari. Ini dikarenakan demam pada hari-hari pertama bisa saja bukan demam akibat bakteri penyakit demam tifoid, tetapi hanya demam biasa pada umumnya. Namun, jika si Kecil sudah demam selama hampir seminggu, maka Mama harus mulai memperhatikan gejala-gejala demam tifoid.
Anak-anak yang mengalami demam tifoid umumnya menunjukkan gejala demam yang berlangsung selama lebih dari satu minggu. Selain itu, gejala yang sering dialami oleh anak-anak termasuk masalah pada saluran pencernaan, seperti rasa mual, muntah, diare, atau pada anak yang lebih tua mungkin mengalami sembelit atau kesulitan buang air besar.
Yang membedakan pada demam tifoid adalah suhu tubuh anak cenderung meningkat secara perlahan setiap hari. Ini disebut sebagai step ladder karena suhunya perlahan-lahan naik seperti menaiki tangga.
"Jadi, itu kan dari rendah dulu, naik sedikit, rendah lagi, naik sedikit lagi, naik terus ya, sampai di akhir. Mungkin minggu pertama turunnya sedikit saja, mungkin kurang dari satu derajat, dari 39 jadi 38,5 gitu. Naik lagi minggu kedua sampai minggu ketiga nanti," jelas dr. Ari.
Demam tifoid menjadi lebih berbahaya pada akhir minggu kedua atau awal minggu ketiga, karena pada periode tersebut sering kali muncul komplikasi. Anak yang sedang menderita demam tifoid sering kali menolak minum dan mengalami muntah. Jika tidak diberikan cairan yang cukup secara teratur, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan berpotensi mengakibatkan penurunan kesadaran dan gejala yang lebih parah. Selain itu, demam juga dapat menyebabkan kejang demam pada anak balita.
"Nah, yang mesti diwaspadai pada saat demam tinggi ya di minggu pertama dan terutama di awal minggu kedua. Hati-hati karena biasanya beberapa anak otaknya tidak siap sehingga sering terjadi kejang, atau step. Bisa juga karena demam tinggi, cairan yang diberikan kurang oleh orang tuanya bisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan. Nah, ini yang mesti diwaspadai pada saat terjadi di minggu pertama dan kedua. Ini adalah beberapa gejala dari demam tifoid," jelas dr. Ari.
3. Perawatan demam tifoid
Mama tidak perlu panik saat si Kecil mengalami demam tifoid dan lakukanlah beberapa perawatan demam tifoid berikut:
- Berikanlah obat penurun panas seperti parasetamol saat anak sedang demam. Untuk meredakan demam, kompreslah anak dengan air hangat di lipatan ketiak dan pangkal paha selama 15 menit.
- Pastikan anak mendapat istirahat agar demam tidak semakin meningkat dan anak dapat beristirahat dengan baik.
- Jangan lupa untuk memberikan anak minum sesering mungkin agar terhindar dari dehidrasi.
- Tidak ada larangan makanan khusus bagi anak yang mengalami demam tifoid. Namun, makanan berserat bisa sedikit dikurangi agar anak yang mengalami konstipasi tidak kesulitan.
- Jika dalam tiga hari tidak ada perbaikan kondisi anak, sebaiknya bawa anak ke dokter setempat untuk berkonsultasi.
- Penggunaan antibiotik. Pada umumnya, anak yang terinfeksi bakteri tifoid dan telah menerima pengobatan antibiotik akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah lima hari pengobatan.
Pengobatan tidak selalu harus dilakukan di rumah sakit. Anak masih dapat menjalani pengobatan secara rawat jalan selama anak masih mampu minum cairan. Namun, jika anak sama sekali tidak mau minum dan mengalami kelemahan, maka perawatan inap mungkin diperlukan.
4. Pencegahan demam tifoid
Mengingat demam tifoid berhubungan dengan kebersihan, maka kebersihan diri dan lingkungan sekitar harus diperhatikan. Berikut beberapa pencegahan demam tifoid:
- Vaksin tifoid dapat diberikan kepada anak di atas usia dua tahun baik melalui pemberian oral maupun suntik.
- Pastikan untuk mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun, terutama sebelum menyiapkan makanan atau setelah buang air.
- Menghindari konsumsi makanan mentah sangat penting, karena bakteri yang menyebabkan tifoid dapat tetap ada pada produk-produk tersebut.
- Sebaiknya tidak sembarangan dalam membeli makanan jajanan, karena sulit untuk mengetahui apakah pedagang menjaga kebersihan yang baik saat menyiapkan makanan.
- Perlu dibatasi kontak dengan orang yang sedang sakit, karena bakteri dapat dengan mudah menyebar dari satu individu ke individu lainnya.
Itulah rangkuman mengenai demam tifoid pada anak: penyebab, gejala, perawatan, dan pencegahan. Dengan menjaga kebersihan yang baik, mengonsumsi air dan makanan yang aman, serta mendapatkan vaksinasi yang diperlukan, kita dapat membantu melindungi si Kecil dari demam tifoid. Jika Mama mencurigai anak terkena demam tifoid, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.
Baca juga:
- 8 Cara Alami Atasi Demam Pada si Kecil
- Jangan Panik! Begini Cara Mengatasi Kejang karena Demam pada Bayi
- Bayi Demam? Atasi Dengan 7 Langkah Mudah Ini, Ma!