TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Bahaya Tersembunyi Rumput Sintetis terhadap Anak yang Bermain Futsal

Ayo waspadai risiko kesehatan di lapangan futsal!

Freepik

Belanda telah memutuskan untuk menghapus penggunaan rumput sintetis dari lapangan futsal mereka.

Alasannya adalah peningkatan kasus limfoma atau kanker kelenjar getah bening pada anak-anak pemain futsal, khususnya penjaga gawang yang sering jatuh dan terluka saat bermain di lapangan dengan rumput sintetis.

Rumput sintetis di lapangan futsal memang menjadi tempat bermain anak-anak yang penuh semangat. Namun, perlu disadari bahwa ada dampak negatif pada kesehatan terkait dengan penggunaan rumput sintetis ini yang tidak disadari.

Popmama.com akan menjelaskan bahaya tersembunyi rumput sintetis terhadap anak yang bermain futsal secara lebih mendalam. Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang risiko kesehatan yang mungkin terjadi akibat rumput sintetis ini.

1. Dampak kesehatan para pemain futsal

Freepik

Rumput sintetis di lapangan futsal menawarkan keuntungan dari segi daya tahan dan perawatan yang rendah. Namun, dampak kesehatan para pemain futsal, terutama penjaga gawang, telah menjadi perhatian serius.

Kebanyakan penjaga gawang dalam futsal menghabiskan banyak waktu terjatuh, terguling, dan bersentuhan langsung dengan rumput sintetis saat menyelamatkan gol. Dampaknya terasa pada tubuh mereka, terutama dalam hal cedera dan paparan zat beracun.

Cedera fisik adalah salah satu dampak yang paling terlihat. Gesekan dengan permukaan keras rumput sintetis bisa menyebabkan luka lecet, lebam, hingga luka parah.

Penjaga gawang, yang sering harus melempar tubuh mereka ke tanah dengan cepat untuk menyelamatkan gol, sering kali berisiko cedera serius pada kulit dan tulang. Hal ini dapat mengarah pada luka bakar, lecet, atau patah tulang.

Selain cedera fisik, paparan zat beracun dari rumput sintetis adalah masalah serius. Para penjaga gawang, terutama anak-anak, yang bermain dengan intensitas tinggi, terpapar secara langsung saat kulit mereka bersentuhan dengan rumput sintetis.

Paparan berulang ini dapat mengakibatkan risiko kesehatan serius, termasuk gangguan neurologis, masalah pernapasan, dan bahkan risiko kanker yang lebih tinggi, seperti limfoma.

Lalu, ada juga masalah kesehatan kulit yang bisa muncul akibat paparan zat kimia dalam rumput sintetis. Reaksi kulit seperti ruam, gatal, atau bahkan iritasi kulit lebih sering terjadi pada pemain yang bermain di lapangan dengan rumput sintetis.

2. Komposisi dan bahaya bahan dasar rumput sintetis

Freepik

Bahan dasar utama yang digunakan dalam rumput sintetis adalah karet ban bekas yang didaur ulang. Kebijakan ini sejalan dengan upaya berkelanjutan dan daur ulang yang mendukung lingkungan. Namun, yang sering kali terlewatkan adalah bahwa karet ban bekas ini dapat mengandung zat beracun yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia.

Beberapa zat beracun yang dapat ditemukan dalam karet ban bekas termasuk timah hitam (Pb), merkuri (Hg), dan arsenik (As). Paparan zat-zat ini dapat terjadi saat anak-anak bermain di lapangan futsal, terutama jika mereka terluka dan kontak langsung dengan karet tersebut.

Timah hitam dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif anak-anak, merkuri dapat merusak sistem saraf, dan arsenik dikenal sebagai karsinogenik, meningkatkan risiko kanker pada manusia.

Selain itu, karet ban bekas ini juga dapat mengandung senyawa organik volatil (VOCs) yang dapat terlepas ke udara dan menghasilkan polusi udara dalam ruangan yang tidak sehat.

Semua risiko ini harus diperhatikan dan mempertimbangkan kesehatan anak-anak yang aktif bermain di lapangan dengan rumput sintetis.

3. Langkah-langkah Belanda dan upaya perlindungan kesehatan

Freepik/senivpetro

Belanda telah mengambil langkah tegas dalam menghadapi masalah potensial yang dihadapi oleh pemain futsal dan anak-anak akibat penggunaan rumput sintetis. Salah satu langkah kunci yang diambil oleh pemerintah Belanda adalah penghapusan rumput sintetis dari sejumlah lapangan futsal di seluruh negeri.

Langkah ini diambil setelah terjadi peningkatan kasus limfoma atau kanker kelenjar getah bening pada pemain futsal, khususnya penjaga gawang yang sering terjatuh dan terluka akibat gesekan keras dengan rumput sintetis. Tindakan ini menunjukkan komitmen Belanda untuk melindungi kesehatan para pemain dan anak-anak yang aktif bermain futsal.

Dengan demikian, anak-anak yang bermain futsal, terutama penjaga gawang yang paling berisiko, perlu menyadari dampak kesehatan yang mungkin terjadi akibat penggunaan rumput sintetis, termasuk risiko limfoma. Kesadaran ini penting agar langkah-langkah pencegahan dan perawatan dapat diambil untuk melindungi kesehatan mereka saat bermain di lapangan dengan rumput sintetis.

Baca juga:

The Latest