Menyiapkan Masa Depan Anak di Era Ilmu Pengetahuan Baru
Apa yang harus orangtua dan pendidik lakukan?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di era yang terus berubah dengan cepat ini, di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran sentral, pendidikan anak-anak menjadi semakin penting. Mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi dunia yang terus berubah adalah tugas yang tak bisa diabaikan.
Melalui konferensi virtual HighScope Indonesia, lebih dari 500 pendidik HighScope dari berbagai provinsi dan beberapa tamu internasional dapat bergabung. Sejak tahun 2011, konferensi ini menjadi ajang untuk bertukar ide dan pembelajaran bagi guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan.
Konferensi ini mendukung visi HighScope untuk membantu anak-anak Indonesia berkembang secara holistik. Pada kesempatan ke-13 pada tahun ini, dihadirkan Profesor Rhenald Kasali Ph.D dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sebagai narasumber utama dalam sesi yang berjudul 'New Science New World,' yang akan membahas dampak perubahan global yang dipicu oleh inovasi dan kemajuan sains terhadap dunia pendidikan.
Nah, Popmama.com akan menggali mengenai cara orangtua dan pendidik dapat menyiapkan masa depan anak di era ilmu pengetahuan baru lewat wawasan yang telah dibagikan dalam konferensi ke-13 HighScope Indonesia, sekaligus memberikan panduan untuk membantu Mama dalam peran penting ini.
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Prof. Rhenald menyoroti pentingnya kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pendorong utama perubahan dalam konteks global saat ini.
Ia menggarisbawahi bahwa perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan merupakan fondasi utama bagi proses inovasi, dan inovasi tersebut menjadi komponen kunci dalam perwujudan dunia buatan yang tengah berkembang.
Dalam ungkapannya, Prof. Rhenald menjelaskan, "Science itu terus berkembang, kalau ingin memahami perubahan, perubahan itu seperti rantai kalung antara 1 rantai dan rantai berikutnya itu saling terhubung, dari science kemudian jadi inovasi, dan inovasi tidak berdiri sendiri, inovasi itu berhubungan dengan science yang telah dikembangkan sebelumnya."
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa perubahan ini berdampak signifikan pada anak-anak yang akan tumbuh dewasa dalam lingkungan yang semakin terintegrasi dengan teknologi. Prof. Rhenald menguraikan bahwa anak-anak akan terlibat dalam sebuah realitas di mana perubahan mendasar akan terjadi dalam hal aspek kehidupan sehari-hari.
Prof. Rhenald menjelaskan, "Anak-anak akan menghadapi tantangan signifikan karena mereka akan menjalani kehidupan dalam lingkungan buatan yang tumbuh seiring dengan perkembangan jumlah populasi di Indonesia. Hal ini termasuk dalam perubahan gaya hidup masyarakat dan peluang karir yang memengaruhi lingkungan sosial dan ekonomi mereka."
Ini memberikan gambaran yang jelas tentang keterkaitan yang kuat antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan munculnya dunia buatan atau artificial world, serta dampaknya pada generasi muda, khususnya dalam konteks pendidikan dan kehidupan mereka.
2. Perubahan dalam kehidupan sehari-hari
Prof. Rhenald menguraikan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat saat ini. Ia menekankan bahwa terdapat beberapa perubahan signifikan, termasuk dalam hal makanan, keluarga, pekerjaan, dan geopolitik.
Prof. Rhenald menyatakan, "Perubahan dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita melihat perubahan dalam makanan, di mana makanan buatan seperti sayur-sayuran, beras, dan buah-buahan yang telah dimodifikasi secara genetik (GMO) semakin umum.
Selain itu, struktur keluarga berubah dengan penurunan tingkat kelahiran di negara-negara maju, dan ini berdampak pada jumlah penduduk.
Pekerjaan pun mengalami perubahan, dengan perusahaan-perusahaan yang semakin menerapkan bekerja dari mana saja (work from anywhere) dan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) yang mengambil peran dalam lingkungan kerja. Semua perubahan ini berpengaruh pada geopolitik, memicu persaingan sumber daya dan perubahan dalam dinamika pasar global."
Prof. Rhenald juga menggarisbawahi perlunya perubahan dalam kebutuhan skillset di era digital ini. Ia menyebutkan bahwa anak-anak dan generasi muda saat ini membutuhkan kecerdasan baru, seperti kecerdasan percakapan (conversational intelligence) dan kecerdasan teknologi (technological intelligence), bukan hanya fokus pada kecerdasan intelektual (IQ) atau emosional (EQ).
Ia juga mencatat bahwa terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja di beberapa negara, dengan talent shortage mencapai tingkat yang signifikan.
3. Transisi menuju dunia 4.0 (artificial world)
Transisi Menuju Dunia 4.0 adalah perubahan fundamental saat ini, dan itu melibatkan pergeseran besar menuju "dunia buatan" yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prof. Rhenald menjelaskan, "Sekarang ini kita masih masa transisi dalam dunia artificial karena bumi tidak sanggup memberikan secara alamiah." Peningkatan jumlah penduduk di negara berkembang, peningkatan sampah, dan eksploitasi sumber daya alam yang cepat merupakan tantangan utama yang dihadapi dunia saat ini.
Dalam konteks pendidikan, pentingnya mengajarkan anak-anak tentang penghematan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan menjadi semakin mendesak.
Profesor juga menekankan bahwa kita harus mulai melatih anak-anak untuk mendaur ulang, menggunakan bahan-bahan alami, mengurangi pembuangan sampah sembarangan, dan bahkan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan dengan menanam pohon dan mendukung animal welfare.
Dengan cara ini, kita dapat membantu anak-anak memahami dampak dari perubahan menuju dunia buatan dan mengajarkan mereka nilai-nilai lingkungan yang penting untuk menjaga bumi kita.
Prof. Rhenald kemudian menambahkan, "Cinta terhadap alam harus terus dikembangkan, agar kita bisa menjaga bumi ini." Dalam era 4.0 yang menuju dunia buatan, pendidikan tentang pelestarian lingkungan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi anak-anak agar mereka bisa menjadi generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap masa depan planet kita.
4. Pendidikan dan pembentukan karakter di era baru
Dalam era baru yang dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan anak-anak menjadi semakin kompleks. Prof. Rhenald menyoroti beberapa tantangan yang harus diatasi, salah satunya adalah literasi digital.
Profesor mengungkapkan, "Digital literacy masih jarang dipahami. Ketika seorang manusia memasuki dunia digital, ada banyak risiko yang mungkin dihadapinya." Ini menunjukkan pentingnya pemahaman tentang risiko yang dapat timbul dari penggunaan teknologi, terutama oleh anak-anak.
Selain itu, perubahan perilaku dan bahasa anak-anak akibat paparan dunia maya menjadi perhatian utama. Profesor mencatat bahwa banyak anak mengalami perubahan perilaku dan bahasa mereka akibat interaksi dengan dunia maya. Dalam hal ini, ia berkata, "Sangat mengkhawatirkan karena orang dewasa pun banyak yang tertipu di dunia online. Coba search saja di Google tentang scam, bagaimana scam itu banyak terjadi."
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk terlibat aktif dalam mendidik anak-anak mereka tentang penggunaan yang aman dan etis dari teknologi. Terakhir, Profesor menekankan pentingnya melatih anak-anak untuk tidak cepat puas diri dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan. Ini akan membantu mereka menjadi pribadi yang tangguh dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masa depan.
5. Tantangan baru dalam pengasuhan (parenting)
Tantangan baru dalam parenting di era digital sangat mencerminkan perubahan dunia yang kita alami saat ini. Prof. Rhenald menggarisbawahi pentingnya pemahaman tentang dampak kecanduan internet dan penggunaan gadget pada anak-anak.
Ia menyoroti bahwa, meskipun internet memberikan akses ke pengetahuan, anak-anak juga berisiko terpapar pada cyber crime dan konten yang tidak pantas.
Prof. Rhenald menggambarkan situasi di mana seorang anak berada di kamar, tetapi sebenarnya tengah menjelajahi cyber space. Salah satu penjelasannya adalah, "Di dalam kamar, anak akan menjelajahi banyak hal dan menemukan banyak kejadian di gadgetnya."
Hal ini menggambarkan bahwa anak-anak bisa terlibat dalam aktivitas online yang memiliki risiko tertentu bahkan saat mereka berada di rumah dan dalam pengawasan orangtua.
Perubahan dalam perilaku parenting sangat berdampak, termasuk memberikan anak-anak terlalu banyak kebebasan di internet, yang dapat menyebabkan masalah seperti internet addiction. Semua ini menunjukkan bahwa orangtua dan pendidik perlu beradaptasi dengan perubahan ini dan berperan dalam membimbing anak-anak dalam menghadapi dunia digital yang semakin kompleks.
Dengan memahami risiko dan tantangan ini, orangtua dapat membantu membentuk anak-anak dengan bijak dan memberikan pemahaman yang diperlukan untuk berinteraksi secara aman dan sehat dalam dunia maya.
6. Membentuk mindset yang benar pada anak
Dalam membentuk mindset yang benar pada anak-anak, Prof. Rhenald membahas pentingnya beberapa aspek kunci yang mencerminkan perubahan dunia saat ini. Ia mengatakan, "Anak-anak harus dibiasakan untuk mencari hal yang lebih menarik, lebih menantang."
Ini mengacu pada fakta bahwa anak-anak perlu merasa terpacu untuk tumbuh dan berkembang, bukan terlalu cepat puas diri dengan pencapaian mereka. Hal ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam dunia yang berubah dengan cepat, di mana skillset dan pemikiran yang dinamis sangat penting.
Prof. Rhenald juga menekankan pentingnya memberikan tantangan kepada anak-anak dan membiarkan mereka bertarung. Ia mencatat bahwa "kita harus membuat anak terbiasa menghadapi tantangan, juga beri mereka challenges."
Ini mencerminkan kebutuhan untuk melatih anak-anak untuk mengatasi hambatan dan menjalani proses perkembangan yang menantang. Dalam hal ini, pendidikan harus berfokus pada pemikiran tingkat tinggi, keterampilan aplikasi, dan kreativitas.
7. Pesan untuk orangtua dan pendidik
Salah satu pesan pentingnya adalah untuk menghindari memberikan pujian berlebihan kepada anak-anak, terutama jika mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Prof. Rhenald menekankan bahwa anak-anak harus dibiasakan menerima tantangan, bahkan jika mereka mengalami kegagalan dalam prosesnya. Kegagalan adalah bagian alami dari perjalanan menuju kesuksesan, dan melalui pengalaman ini, anak-anak akan belajar untuk berjuang dan tidak cepat puas diri.
Selain itu, penting bagi anak-anak untuk merasa nyaman dalam berpikir kritis dan berpikir ulang (think again) setelah melakukan sesuatu. Ini menciptakan kerangka berpikir yang fleksibel dan adaptif yang sangat diperlukan dalam dunia yang terus berubah dengan cepat.
Dengan berpikir kritis dan reflektif, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk mengejar pengetahuan baru, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang bijak dalam berbagai situasi.
Akhirnya, Prof. Rhenald mengingatkan bahwa sebagai orangtua dan guru, kita memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk mental anak-anak sebagai "driver" dalam kehidupan mereka, bukan sekadar "passenger."
Dengan mendukung mereka untuk mengambil kendali atas nasib mereka sendiri dan berusaha untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan, kita dapat membantu anak-anak menjadi individu yang kuat, berpikir kritis, dan siap menghadapi dunia yang terus berubah dengan keyakinan dan keterampilan yang tepat. Dengan demikian, kita membantu mereka mempersiapkan diri untuk masa depan yang penuh dengan tantangan dan peluang.
Semua poin-poin yang sudah dijelaskan adalah langkah-langkah penting dalam membentuk generasi muda yang kompeten dan berkarater. Mari terus berkolaborasi dan berkontribusi untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak!
Baca juga:
- 5 Strategi Mengasuh Anak di Era Digital
- Anak Perlu Tahu, 5 Aturan Penting dalam Menggunakan Internet
- 3 Tips Menggunakan Internet yang Aman bagi Anak dari Google