Legenda: Cerita Rakyat Joko Kendil dari Jawa Tengah
Membawa pesan bahwa kita tidak boleh merendahkan seseorang, terutama karena penampilannya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menceritakan dongeng kepada anak bukan hanya bisa difungsikan sebagai pengantar tidur mereka saja, namun juga ternyata banyak sekali manfaatnya, lho, Ma!
Dengan terbiasa mendengar cerita yang tersusun rapi, anak jadi lebih mudah untuk menyampaikan cerita dengan runtut. Selain itu, kisah di dalam dongeng yang sarat nilai-nilai kehidupan juga akan membuat anak tinggi empati.
Dongeng asal Nusantara bisa menjadi pilihan Mama untuk menghibur anak sambil memberikan sebuah pesan moral dalam cerita. Contoh dongeng nusantara yang bisa Mama sajikan adalah cerita rakyat kisah Joko Kendil, asal Jawa Tengah.
Mama tertarik untuk membacakan ceritanya kepada anak?
Berikut Popmama.com merangkum legenda: cerita rakyat Joko Kendil sebagai salah satu pilihan dongeng nusantara terbaik yang dapat membuka ruang diskusi antara anak dan Mama!
Legenda: Cerita Rakyat Joko Kendil
1. Hiduplah seorang anak bernama Joko Kendil yang bertemu seorang janda miskin bernama Mbok Rondho
Awal mulanya, Joko adalah seorang anak kecil yang malang dan suka hidup berpindah-pindah. Ia tidak memiliki rumah untuk menetap. Kebutuhan makannya pun ia dapatkan dari belas kasihan orang-orang di sekitarnya, karena Joko belum cukup mumpuni untuk menghidupi diri sendiri lewat bekerja.
Tubuhnya pun kecil seperti sebuah kendil, yaitu periuk kecil yang biasa digunakan untuk memasak dan menyimpan makanan. Orang-orang pun akhirnya memberikan julukan di dalam nama anak itu menjadi "Joko Kendil".
Suatu hari, Joko Kendil yang selalu hidup berkeliling-keliling mengetuk pintu rumah Mbok Rondho. Saat itu, karena Mbok Rondho sudah tidak memiliki siapa-siapa di rumahnya. Mbok Rondho hidup seorang diri.
Melihat Joko yang malang dan masih kanak-kanak, Mbok Rondho menawarkan kepada Joko untuk tinggal bersamanya. Joko senang sekali dengan tawaran tersebut dan menerimanya tanpa berpikir panjang.
Sebagai rasa syukur karena sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Mbok Rondho, Joko mengabdikan dirinya untuk membantu si Mbok dalam hal berkebun, membereskan rumah, dan beberapa pekerjaan lainnya.
2. Saat dewasa, Joko Kendil berkeinginan untuk menikahi putri raja
Seiring berjalannya waktu, Joko Kendil pun tumbuh dewasa. Namun anehnya, fisik Joko tidak turut berkembang menyesuaikan dengan usianya. Tubuhnya masih sama seperti saat ia bertemu dengan Mbok Rondho pertama kali.
Pada suatu hari, Joko sedang berbincang dengan Mbok Rondho di dalam rumah. Tiba-tiba Joko membicarakan suatu topik yang tidak pernah ia singgung sebelumnya, yaitu Joko ingin mengajukan permintaan.
Si Mbok yang belum pernah menerima permintaan apapun dari Joko dengan tidak keberatan mempersilahkan Joko untuk mengatakan keinginannya.
"Aku ingin menikah dengan putri raja, Mbok." ucap Joko mengutarakan perasaannya dengan gamblang.
Mendengar hal tersebut, sontak Mbok Rondho dibuat terkejut. Dia ragu apakah keinginan Joko akan terwujud. Mbok Rondho pun menjelaskan bahwa kondisi mereka yang miskin akan sulit membuat putri raja mau menerima lamaran Joko.
"Tolonglah aku, Mbok, baru kali ini aku mempunyai permintaan khusus kepada Mbok." Joko terus saja memohon.
Mendengar kegigihan Joko, Mbok Rondho pun akhirnya menerima keinginan Joko. Si Mbok pun memperingati Joko untuk bersiap menghadapi apapun respons dari pihak kerajaan.
3. Joko Kendil dan Mbok Rondho pun menghadap sang raja
Akhirnya tibalah hari di mana Joko Kendil dan Mbok Rondho bertemu dengan baginda raja. Si Mbok sebagai wali dari Joko menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka adalah karena Joko ingin meminang salah satu putri dari sang raja. Tak disangka, raja memberikan respons yang sangat bijaksana.
"Aku memang seorang raja, namun aku tidak berhak mencampuri urusan jodoh ketiga putriku. Oleh karena itu, akan kuserahkan kepada mereka untuk memberikan keputusannya sendiri." ucap raja seraya memerintahkan para putrinya untuk hadir menemui Joko Kendil.
4. Para putri kerajaan dibebaskan oleh raja untuk memilih
Ketiga putri raja pun hadir secara lengkap dan serentak. Mereka memandangi Joko Kendil dan Mbok Rondho yang masih berada di hadapan baginda raja.
Putri-putri raja ini memiliki jarak usia yang tidak jauh, mereka semua sudah memasuki usia matang untuk menikah. Ketiga putri tersebut terdiri dari Putri Kantil, Putri Mawar, dan Putri Melati.
Melihat keadaan Joko Kendil yang miskin dan tidak menarik secara fisik membuat 2 putri tersebut langsung menolak mentah-mentah pinangan Joko dengan kata-kata dan nada bicara yang menyakitkan.
Sementara itu ada 1 putri yang masih terlihat menimbang-nimbang pilihannya.
5. Tak disangka, ada satu putri yang menerima lamaran Joko Kendil
Mendengar kedua putrinya yaitu Putri Kantil dan Putri Mawar yang sudah melontarkan tanggapan negatif, sang raja pun langsung beralih untuk menanyakan kesediaan putri terakhirnya, yaitu Putri Melati.
Setelah merenung beberapa saat, akhirnya Putri Melati pun bersuara.
"Sungguh, aku sangat terkejut dengan lamaran yang sangat mendadak ini. Namun sepertinya dia terlihat baik, aku mau menerimanya" ucap Putri Melati.
Mendengar tanggapan adiknya, Putri Kantil dan Putri Mawar pun masih tidak percaya dan mencibir pilihan adiknya.
Sang raja pun sebenarnya cukup kaget dengan keputusan Putri Melati, namun bagi raja anaknya sudah cukup dewasa untuk memilih dan raja tetap bertekad untuk tidak mencampuri urusan jodoh putrinya.
Untuk memastikan, Joko mengajukan pertanyaan khusus untuk Putri Melati.
"Putri Melati, apakah Putri benar-benar bersedia untuk menerima hamba?" tanya Joko Kendil.
"Iya, aku bersedia untuk menikahimu." jawab Putri Melati tanpa ragu.
Mbok Rondho dan Joko Kendil benar-benar tidak menyangka bahwa keinginan untuk menikahi putri raja kini akan menjadi nyata.
6. Akhirnya, pernikahan pun dilaksanakan
Tak lama setelah Putri Melati menerima lamaran Joko Kendil untuk menjadi pasangan hidupnya, raja pun menggelar pesta pernikahan untuk keduanya di kerajaan.
Pasangan tersebut pun hidup bahagia setelahnya, sementara itu Mbok Rondho memilih untuk tetap tinggal di rumahnya dan tidak pindah ke lingkungan kerajaan.
Meski Joko dan Putri Melati menjalani kisah cinta yang harmonis, banyak masyarakat yang masih belum menerima kenyataan tersebut. Bahkan di kerajaan pun, mereka tidak henti-hentinya menerima hinaan dari kedua putri raja.
7. Suatu hari, ada pagelaran besar yang diadakan oleh kerajaan
Acara tersebut diketahui adalah festival perlombaan memanah dan berburu. Sehingga, banyak sekali pangeran dan ksatria yang datang untuk berkompetisi.
Putri Kandil dan Putri Mawar terpesona dengan penampilan pangeran dan ksatria yang tampan, gagah, dan rupawan. Sementara itu, Putri Melati hanya mengamati perlombaan tersebut dengan seksama tanpa kehadiran Joko Kendil yang disinyalir sedang beristirahat karena sakit.
8. Datanglah seorang pangeran berkuda yang gagah menawan
Di tengah-tengah momen Putri Kantil dan Putri Mawar yang masih sibuk terpesona dengan para peserta lomba, tiba-tiba hadir seorang pangeran menunggangi kuda besar yang berhasil mencuri perhatian banyak rakyat.
Kedua putri tersebut pun kini beralih kepada sosok pangeran gagah rupawan tersebut, terlebih dengan kendaraan kuda yang dibawanya, membuat pria tersebut begitu berkharisma.
Pangeran itu juga ternyata mengikuti beberapa lomba, melihat kemampuan pangeran yang di atas rata-rata, Putri Kantil dan Putri Mawar pun dibuat terpana.
Sementara itu, Putri Melati tidak sedikit pun tertarik. Menyadari bahwa adiknya sama sekali tidak berkomentar, kedua putri tersebut kembali mengusik ketenangan Putri Melati.
"Lihatlah kuda pangeran itu, kudanya saja lebih gagah daripada suamimu yang pengecut itu, Melati" ucap Putri Kantil.
"Mungkin dia merasa malu karena tidak sebanding dengan pangeran dan ksatria di sini, makanya dia sekarang sedang bersembunyi. Bisa-bisanya suami seorang putri tidak menghadiri acara penting seperti ini." timpal Putri Mawar.
Hati Putri Melati sangat sakit mendengar suaminya direndahkan seperti itu.
9. Tangis Putri Melati pun pecah saat terus menerus dihina
Mendengar cacian yang bertubi-tubi dari kedua kakaknya, emosi Putri Melati pun tak sanggup terbendung lagi.
"Cukup, Kak! Walaupun suamiku tidak memiliki paras serupawan pangeran dan ksatria di sini, namun hatinya baik dan aku mencintainya dengan tulus." bentak Putri Melati kepada kakak-kakaknya.
Setelah berbicara seperti itu, air mata Putri Melati turun dengan begitu derasnya. Ia segera menghindar dari kedua kakaknya dan lari menuju kamarnya.
10. Terlampau emosi, Putri Melati pun memecahkan kendil di dalam kamar
Saat itu, Putri Melati benar-benar merasakan sesak di dalam dadanya. Hinaan yang selama ini mampu ia tahan, kini seolah-olah membuatnya ingin meledak.
"Mengapa selalu saja kami dihina? Mengapa mereka tidak mampu melihat kebaikan hati Joko Kendil? Mengapa mereka selalu merendahkan kami?" isakan Putri Melati semakin membesar.
Emosinya sudah tidak lagi mampu distabilkan, seraya meratapi nasibnya, Putri Melati pun kini ingin menyalurkan amarahnya kepada barang di sekitarnya.
Matanya pun tertuju kepada sebuah kendil di dalam kamarnya, tanpa berpikir panjang, Putri Melati lalu melemparkan kendil itu sampai terpecah belah.
11. Putri Melati kaget dengan kehadiran seorang pangeran tampan di kamarnya
Tak lama setelah kendil itu pecah, seorang pangeran yang begitu memesona dengan kudanya yang gagah dan menarik banyak perhatian di perlombaan tadi, tiba-tiba muncul di kamar Putri Melati.
Tentu saja Putri kaget melihat kehadiran pria tersebut, betapa lancangnya ia sudah masuk ke dalam kamar tanpa meminta izin, pikir sang Putri.
"Berani sekali kamu datang kesini! Suamiku ada di dalam kamar, cepat kamu keluar dari sini!" titah Putri Melati.
Namun, ternyata identitas dari pria tersebut membuat Putri Melati berhasil tercengang.
"Apakah kamu tidak mengenali suaraku, Tuan Putri?" sang pangeran berbicara lembut.
Putri Melati diam sejenak, jika didengarkan dengan seksama, suara pangeran tersebut persis seperti milik suaminya, Joko Kendil.
"Tidak mungkin! Apakah ini kamu, Joko Kendil? Suamiku?" tanya Putri dengan ragu-ragu.
"Terimakasih kau sudah mengenaliku, Tuan Putri. Kau benar, aku adalah Joko Kendil, suamimu" sementara itu sang pangeran menjawab dengan tegas dan penuh keyakinan.
12. Ternyata, selama ini Joko Kendil memperoleh kutukan
"Tapi bagaimana mungkin kau bisa memiliki penampilan yang sangat berbeda, suamiku?" tanya Putri Melati yang masih terus keheranan.
Kemudian, Joko Kendil pun membeberkan suatu fakta yang belum pernah ia ceritakan kepada siapa-siapa.
"Dahulu, aku menerima sebuah kutukan saat aku lahir. Kutukan itu akan hilang jika ada seseorang yang ingin mengangkatku sebagai seorang anak dan ada wanita yang tulus mencintai dan menerimaku apa adanya. Lalu, kutukan akan benar-benar sirna jika wanita tersebut memecahkan kendil yang selalu aku bawa tanpa ku perintahkan sedikit pun." jelas Joko Kendil terhadap istrinya.
"Terima kasih sudah membantuku menghilangkan kutukan tersebut, istriku." ucap Joko Kendil seraya mendekati sang istri dan berpelukan.
13. Putri Melati dan Joko Kendil hidup bahagia
Setelah perubahan yang diterima oleh Joko Kendil, kini kisah pernikahannya semakin bahagia dengan Putri Melati.
Sementara itu, kedua putri raja lainnya, yaitu Putri Kantil dan Putri Mawar hanya bisa menahan rasa kesal dan iri dengan kebahagiaan yang dimiliki oleh adiknya yang selama ini selalu mereka nistakan.
Joko Kendil dan Putri Melati pun kerap kali mengunjungi kediaman Mbok Rondho. Betapa bahagianya Mbok Rondho melihat keduanya kini tampak begitu harmonis, terlebih lagi Joko Kendil sama sekali tidak memiliki rasa sombong dan masih terus mengingatnya sebagai seorang Ibu.
Itulah legenda: cerita rakyat Joko Kendil asli dari Jawa Tengah yang menjadi cerita rakyat paling populer dari waktu ke waktu..
Pesan moral dari cerita ini adalah jangan sampai kita hanya menilai harga diri seseorang dari penampilannya saja, apalagi jika sampai merendahkannya. Perlakukan setiap orang dengan baik.
Diperlakukan berbeda dapat membuat seseorang menjadi sakit hati. Menghina orang lain juga tidak akan memberikan keuntungan bagi diri kita. Hormati yang lebih tua, sayangi yang lebih muda. Dengan begitu hidup kita akan lebih indah dan damai.
Baca juga:
- Dongeng Nusantara: Kisah Malin Kundang, Anak yang Durhaka
- Mendongeng, Cara Mengatasi Trauma Anak-Anak Korban Gempa Cianjur
- Lewat Sebuah Sentuhan Saat Mendongeng, Stimulasi Anak dapat Meningkat