10 Suku-Suku Besar di Pulau Sumatra, Dari Aceh Hingga Lampung
Tercatat sebagai pulau terbesar keenam di dunia, beragam suku tinggal di Sumatra
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di dalam peta Indonesia, pulau Sumatra menjadi salah satu pulau terbesar di Indonesia.
Faktanya, pulau dengan kekayaan kuliner yang terkenal ini memang masuk ke dalam tiga teratas pulau terbesar di Indonesia setelah Papua dan Kalimantan.
Luas pulau Sumatra sendiri diketahui mencapai 473.481 km².
Dengan wilayah yang luas membentang dari Sabang sampai Lampung, pulau Sumatra terbagi menjadi 10 provinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, dan Bangka Belitung.
Mayoritas suku yang mendiami pulau Sumatra adalah bangsa Melayu, yang kemudian terpecah menjadi beberapa bagian kelompok suku lainnya.
Untuk memahami lebih dalam mengenai keberagaman suku di pulau Sumatra, berikut Popmama.com akan merangkum suku-suku di pulau sumatra beserta penjelasannya masing-masing di bawah ini!
1. Suku Aceh
Suku Aceh adalah suku terbesar asli Aceh yang banyak bermukim di bagian pesisir. Tercatat jumlah masyarakat suku Aceh mencapai kisaran angka 3.256.000 jiwa.
Kebudayaan suku Aceh kental didominasi oleh unsur-unsur Islam disebabkan karena mayoritas masyarakatnya adalah muslim.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh suku Aceh adalah Bahasa Aceh-Chamik yang masuk ke dalam kategori rumpun Melayu Polinesia.
Disinyalir nenek moyang dari suku Aceh adalah percampuran dari bangsa Arab, Melayu, sampai India. Dahulu, masyarakat suku Aceh banyak menganut agama Hindu, namun seiring perkembangan agama Islam yang masuk ke Indonesia, banyak orang-orang di suku Aceh yang berpindah ke agama Islam.
Ini dapat terbukti dari unsur-unsur kebudayaan suku Aceh yang tidak hanya kental dengan unsur-unsur islami, namun juga disisipi dengan beberapa ciri khas kebudayaan India.
2. Suku Gayo
Jika sebelumnya suku Aceh banyak mendiami wilayah bagian pesisir, suku Gayo adalah suku asli daerah Aceh yang bermukim di daerah dataran tinggi.
Pernahkah Mama mendengar dan mencicipi kopi gayo?
Rasa kopi tersebut sudah terkenal di mata dunia dan menjadi salah satu varietas unggulan tanah Gayo karena diproduksi di Dataran Tinggi Gayo.
Suku Gayo sendiri terbagi menjadi beberapa subsuku, yaitu Gayo Laut, Gayo Lues, dan Gayo Blang.
Bahasa Gayo menjadi bahasa dalam kegiatan sehari-hari dengan penggunaan dialek yang berbeda-beda di setiap subsuku, misalnya Gayo Lues yang punya tiga macam jenis dialek yaitu Lues, Kalul, dan Lokop.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, suku-suku di daerah Aceh tak hanya terdiri dari suku Aceh dan suku Gayo saja. Terdapat pula suku Tamiang yang bermukim di wilayah perbatasan Aceh dan Sumatra Utara, suku Alas yang mendiami daerah Aceh Tenggara, suku Devayan di pulau Simeulue, dan ragam suku provinsi Aceh lainnya.
3. Suku Melayu
Nama Suku Melayu berasal dari Kerajaan Melayu yang pernah berjaya di kawasan Sungai Batang Hari, Jambi. Suku Melayu banyak tersebar di berbagai negara dalam rumpun Semenanjung Malaya di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Singapura, hingga Thailand.
Suku Melayu adalah salah satu suku tertua dan menjadi mayoritas di pulau Sumatra.
Sebagai suku terbesar di Sumatra, Melayu dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu Melayu Proto dan Melayu Deutro. Perbedaannya adalah Melayu Proto diperkirakan sudah datang ke Indonesia sekitar tahun 1500 SM sementara Melayu Deutro baru mendatangi Indonesia di tahun 500 SM.
Oleh karena itu, suku Melayu Proto disebut sebagai Melayu Tua dan Melayu Deutro mendapatkan panggilan sebagai Melayu Muda.
Masyarakat suku Melayu tersebar di berbagai daerah pulau Sumatra seperti Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatra Utara.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu dengan ciri khas dialek dan cengkok yang berbeda-beda di setiap daerah. Kebudayaan suku Melayu banyak diserap dari budaya-budaya lain seperti Arab, India, hingga Bugis.
4. Suku Batak
Suku Batak adalah suku asli yang menetap di provinsi Sumatra Utara. Sistem kekerabatan dan marga menjadi ciri khas dari nama setiap masyarakat Batak yang membuat mereka mudah dikenali identitas dan tali persaudaraannya.
Terdapat enam kelompok di dalam suku Batak, yaitu Batak Tobat, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak, dan Batak Angkola.
Masyarakat suku Batak juga terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya yang disebut dengan Rumah Bolon.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah populasi penduduk suku Batak mencapai angka 8.466.969 jiwa.
Masing-masing wilayah suku Batak berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa batak dan mempunyai dialek yang berbeda-beda, ada dialek Karo, dialek Pakpak, dialek Simalungun, dialek Toba, dialek Angkola, dialek Mandailing, dan lain-lain.
5. Suku Nias
Terpisah dari daratan pulau Sumatra, suku Nias berasal dari sebuah pulau yang terletak di sebelah barat wilayah Sumatra Utara yang bernama pulau Nias.
Suku Nias menjadi salah satu suku tertua di Sumatra. Masyarakat suku Nias menyebut diri mereka sebagai 'Ono Niha' yang bermakna Anak Manusia. Suku ini terkenal masih menjunjung tinggi kebudayaan dan hukum adat istiadat. Sistem kasta berlaku di Nias dengan tingkatan kasta tertinggi adalah ‘Balugu’.
Budaya lompat batu oleh pria dewasa suku Nias menjadi bentuk tradisi budaya yang terkenal dari Nias.
6. Suku Minangkabau
Suku Minangkabau atau suku Minang dikenal sebagai suku asli yang berasal dari wilayah Sumatra Barat. Dipercaya bahwa suku Minang berasal dari rumpun Melayu Deutro yang datang sekitar 2000 tahun yang lalu.
Sampai kini, suku Minang menjadi salah suku terbesar di pulau Sumatra.
Suku ini terkenal dengan budaya merantaunya dan makanan khas daerah Minang yang telah mendunia yaitu rendang. Awalnya, rendang dibuat sebagai bekal untuk para masyarakat suku Minang yang sedang melakukan perjalanan merantau.
Dalam mempertahankan adat istiadatnya, suku Minang memiliki tiga pilar yang terdiri atas alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak yang disebut dengan istilah Tungku Tigo Sajarangan untuk menjaga kebudayaan adat istiadat mereka.
Berbeda dengan ciri khas dari suku Batak yang patrilineal, masyarakat Minang menarik garis keturunan mereka berdasarkan garis keturunan ibu.
Bahasa Minangkabau sering digunakan sehari-hari oleh sesama orang Minang. Diketahui, bahasa Minangkabau merupakan cabang dari rumpun bahasa Austronesia bersama bahasa Batak.
Suku ini dalam kesehariannya menggunakan bahasa Minangkabau, bahasa ini adalah cabang dari bahasa Austronesia.
7. Suku Mentawai
Suku Mentawai adalah suku asli yang menempati wilayah Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Sampai saat ini, suku mentawai masih sangat lekat dalam melaksanakan adat dan budaya mereka.
Suku Mentawai juga dikenal sebagai salah satu suku tertua di Indonesia. Sama seperti masyarakat Nias, suku Mentawai diketahui adalah kelompok bangsa Melayu Proto yang sudah datang di Indonesia sejak kisaran 1500 SM.
Selain tinggal di Kepulauan Mentawai, suku ini juga tersebar di beberapa pulau lain seperti Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan.
Tradisi yang terkenal dari suku Mentawai adalah penggunaan tato sebagai identitas diri untuk mengenalkan peran dan status sosial orang tersebut. Pemasangan tato ini diwajibkan untuk Sikerei atau dukun di suku Mentawai.
Selain itu, tato juga dianggap sebagai penggambaran keseimbangan antara manusia dan alam. Jika tato digunakan oleh para lelaki, perempuan suku Mentawai banyak menjalankan tradisi meruncingkan gigi karena gigi yang runcing dianggap sebagai simbol kecantikan.
8. Suku Palembang
Suku Palembang merupakan himpunan etnis dari suku Komering, yaitu sebuah bagian suku yang menjadi pemukim asli di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Tradisi dalam suku Palembang adalah berdagang, banyak dari masyarakat suku Palembang memanfaatkan sungai musi untuk menjajakan dagangannya di atas permukaan air.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat suku Palembang adalah bahasa Palembang yang merupakan varian dari bahasa Melayu dengan dialek ‘o’ pada setiap akhir kata.
9. Suku Rejang Bengkulu
Suku Rejang merupakan penduduk asli yang berasal dari Bengkulu dan menjadi suku terbesar di daerah Bengkulu sampai tersebar ke Provinsi Sumatra Selatan.
Populasi suku Rejang di Bengkulu mayoritas berada di 5 daerah bagian yaitu Kepahiang, Lebong, Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara.
Suku Rejang dianggap sebagai salah satu suku tertua di Sumatra dan diyakini sebagai masyarakat pertama yang bermukim wilayah Bengkulu sejak dahulu kala.
10. Suku Lampung
Suku Lampung dikenal juga sebagai Suku Ulun Lampung.
Secara umum, klasifikasi suku Lampung terbagi menjadi dua kelompok, yaitu suku Lampung Saibatin dan suku Lampung Pepadun. Oleh karena itu, daerah Lampung terkenal dengan semboyannya ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ yang bermakna ‘Satu Bumi Dua Jiwa’ sebagai identitas leluhur orang Lampung.
Masyarakat suku Lampung Saibatin dikenal pula dengan suku Lampung Pesisir karena banyak ditemukan hidup secara berkelompok di sepanjang pesisir Lampung. Sementara itu, orang dari suku Lampung Pepadun adalah orang-orang yang tinggal di daerah tengah, yaitu daratan atau wilayah pedalaman dan dataran tinggi.
Nah, jadi itulah 10 suku-suku di pulau sumatra, Ma.
Selain suku-suku tersebut, ada juga suku asli lainnya dari pulau Sumatra seperti suku Kerinci, suku Anak Dalam, suku Alas, suku Sigulai, dan beragam suku-suku daerah lainnya yang tersebar di seluruh penjuru daerah Sumatra.
Baca juga:
- Makanan Legendaris! Ini Dia 7 Jenis Rendang Paling Enak Khas Sumatra
- 15 Nama Suku Beserta Ciri Khas dalam Bentuk Keberagaman di Indonesia
- 5 Cara Ajarkan Anak Menghargai Keberagaman Suku Bangsa di Sekitarnya