5 Autistik Perempuan yang Sukses di Bidangnya Masing-Masing

Autistik perempuan pertama adalah Emily Dickinson, perempuan kelahiran 1830 yang diketahui mengidap epilepsi yang membuatnya menjadi sangat tertutup dan sulit berkomunikasi dengan orang sekitarnya.

Kendati demikian, Dickinson justru berhasil menjadi salah seorang yang memengaruhi penulisan sastra di dunia lewat bukunya yang berjudul "Writers on the Spectrum: How Autism and Asperger's Syndrome".

Sesuai dengan judul buku yang ditulisnya, buku itu berisikan tentang puisi yang berbeda dari buku untuk anak seusianya kala itu. Di mana buku itu menceritakan tentang seseorang yang cukup tertutup, tidak banyak bergaul dengan anak-anak, bahkan ia juga selalu mengenakan pakaian putih hampir setiap hari.

Meninggal dunia pada tahun 1886, namanya justru berhasil dikenal banyak orang karena kesuksesannya yang telah memberikan banyak kontribusi pada penulisan sastra dunia.

Berikutnya ada Susan Boyle, penyanyi asal Skotlandia kelahiran 1961 ini kian dikenal dunia setelah dirinya tampil penuh percaya diri lewat ajang pencarian bakat "Britain's Got Talent 2009" silam.

Meski memiliki pertumbuhan perkembangan yang kurang baik seperti anak pada umumnya, Boyle justru membuktikan kemampuannya dalam bidang tarik suara yang luar biasa.

Setelah menampilkan lagu dalam ajang bakat tersebut, vokal yang dimiliki Boyle pun semakin disukai banyak orang di dunia. Ia kemudian merilis album bertajuk "I Dreamed A Dream".

Boyle sendiri diketahui memiliki perbedaan yang sangat mendasar dari anak-anak usianya. Sejak kecil, ia merasa ada perbedaan dari dirinya. Setelah ia mengetahui bahwa dirinya mengidap autistik, hal ini justru membuatnya sedikit lebih lega dan bisa mengenali dirinya sendiri.

Nama Barbara McClintock juga sangat dikenal publik dunia berkat kemampuannya yang memberikan terobosan besar di bidang studi kromosom, serta bagaimana mereka berubah selama proses reproduksi.

Ia merupakan seorang ilmuwan asal Amerika Serikat yang lahir pada 1902, kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 1992. Meski dirinya dikenal sebagai seorang ilmuwan, namun Barbara diketahui mengidap beberapa gejala autisme yang membuatnya lebih sulit fokus dan berkomunikasi dengan orang sekitar.

Berkat usaha dan kemampuannya, ilmuwan yang sukses di bidang studi kromosom ini berhasil menerima Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada Oktober 1983 sebagai jerih-payahnya dalam menyingkap keberadaan transposon (jumping gene).

Berikutnya ada Greta Thunberg, perempuan muda asal Swedia yang lahir pada tahun 2003. Di usia mudanya, ia berhasil dikenal sebagai seorang aktivis di bidang perubahan iklim.

Pada tahun 2018, ia terpilih sebagai tokoh terkemuka untuk memulai pemogokan sekolah pertama yang bertujuan untuk kepedulian iklim di luar gedung parlemen Swedia. Di tahun yang sama, ia kembali menjadi pembicara untuk TEDxStockholm dan berpidato dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Meski memiliki gangguan perkembangan autisme, namun hal ini tak memengaruhi Greta untuk tetap berkarya dan memberikan perubahan bagi iklim dunia. Berkat kerja kerasnya, ia pun berhasil meraih Person of The Year majalah Time di tahun 2019 sebagai aktivisme di bidang perubahan iklim.

Menurutnya, karakteristik autisme yang dimilikinya justru bukan penghalang baginya, melainkan dijadikan Greta sebagai kekuatan untuk tetap bertahan hidup dan menghasilkan karya baru.

Tak ketinggal ada Alexis Wineman, seorang advokat yang menyandang autisme dan berhasil menerima gelar Miss Montana 2012. Meski memiliki perbedaan dari perempuan lainnya, namun Alexis justru berhasil membuktikan bahwa dirinya bisa bersaing dengan perempuan cantik lainnya dalam kompetisi Miss America 92nd.

Perempuan kelahiran 1994 ini telah diagnosa autisme atau gangguan perkembangan pervasif dan sindrom sejak usianya 11 tahun. Berkat dukungan keluarga dan lingkungan sekitar, ia pun tetap berkarya dan tak merasa minder karena kepribadiannya yang sedikit berbeda tersebut.

Tak hanya sebagai seorang advokat, ia juga pernah mengikuti kontestan autis pertama yang bersaing dalam kontes Miss America. Memanfaatkan ajang besar tersebut, ia melakukan kampanye kepedulian dengan moto yang ia miliki yakni, "Normal is just a dryer setting: living with autism".

Itulah deretan autistik perempuan dunia yang sukses di bidangnya masing-masing. Meski memiliki perbedaan dari anak lainnya, namun perbedaan tersebut bukan menjadi hambatan bagi mereka untuk tetap menghasilkan karya-karya terbaiknya.

Bisa jadi inspirasi untuk anak remaja mama, nih!