Meisya Siregar Keluhkan Sekolah Tatap Muka 100%, Ini Pro dan Kontranya
Masih banyak anak yang belum bisa divaksin, termasuk putranya yang masih berusia 5 tahun
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejak hari Senin (3/1/22) kemarin, banyak sekolah sudah memberlakukan kembali kebijakan sekolah tatap muka. Hal ini sebagaimana kebijakan yang dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta untuk sekolah tatap muka 100 persen dan dilangsungkan setiap hari.
Mengetahui hal tersebut, artis sekaligus seorang mama, Meisya Siregar, mengeluhkan ketidaksiapan tersebut. Bukan tanpa alasan, Meisya mengaku bahwa kebijakan ini membuatnya geram lantaran kondisi anak-anaknya yang belum penuh mendapatkan vaksin.
"Anak saya Bambang blm vaksin krn msh 5 tahun. Anak kedua Louisa br vaksin pertama. Denger wacana Pemprov wajibin PTM 100% sih gondok bgt. Mungkin saya 1/100 dr semua org tua yg kontra dg kebijakan ini," tulis Meisya melalui Instagram Story miliknya.
Selain itu, istri dari Bebi Romeo ini juga mengeluhkan bahwa tidak semua sekolah berkomitmen dengan hak hidup sehat dan hak belajar. Ia pun menyebutkan menteri Nadiem Makarim untuk bisa mengkaji kembali rekomendasi dari para dokter terkait pemberlakuan sekolah tatap muka 100 persen.
Kebijakan PTM 100 persen kemudian menuai pro dan kontra lantaran varian Omicron yang kini tengah merebak di Tanah Air, khususnya di Jakarta. Hal ini yang kemudian membuat Meisya Siregar berani buka suara demi keamanan anak-anak lain yang belum mendapatkan vaksin seperti anaknya.
Lantas, apa saja pro dan kontra yang kini tengah dirasakan para orangtua terkait PTM 100 persen? Melansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya.
1. Pro dan kontra PTM 100 persen
Meski menuai kontra, namun tak sedikit orangtua yang pro dan menyetujui adanya pemberlakuan sekolah tatap muka 100 persen. Hal ini mengingat lebih memudahkan anak untuk belajar secara efektif dengan gurunya langsung.
Selain itu, kebijakan sekolah tatap muka ini juga akan membantu anak lebih bersosialisasi agar bisa silaturahmi, saling mengenal, dan berbagi pengalaman secara tatap muka.
Namun, tak semua orangtua rupanya menyetujui adanya kebijakan tersebut. Meisya Siregar menjadi satu dari banyak orangtua yang mengeluhkan kebijakan PTM 100 persen untuk dikaji kembali. Hal ini mengingat karena varian baru dari Covid-19, yakni Omicron yang tengah menyebar luas di kalangan masyarakat.
Keluhan yang dirasakan para orangtua di antaranya adalah, apakah sekolah sudah menjamin protokol kesehatan yang memadai? Apakah para pengajar dan siswa lain sudah mengikuti proses kesehatan seperti skrining dan juga vaksinasi?
Beberapa pertanyaan seperti itu kemudian membuat Meisya Siregar dan para orangtua lain yang kontra dengan kebijakan ini meminta pemerintah, khususnya Pemprov DKI yang memberlakukan PTM 100 persen untuk dikaji kembali.
2. Perlu adanya evaluasi secara berkala
Adanya pemberlakuan PTM tentu banyak memudahkan orangtua dalam memberikan pendidikan untuk anak mereka. Namun, pelaksanaan sekolah tatap muka ini perlu dilakukan evaluasi secara berkala demi keamanan dan kesehatan seluruh warga di sekolah.
Salah satu yang wajib dipertimbangkan adalah pemberlakuan wajib vaksin untuk semua staf dan guru yang akan kembali ke sekolah. Kemudian, perlu adanya pelaksanaan skrining setiap hari untuk memastikan kondisi setiap pengajar.
Kemudian hasil evaluasi perlu diperlihatkan kepada pakar kesehatan, perwakilan guru, serta orangtua yang mana dapat ditinjau kembali jika memang belum sepenuhnya memenuhi anjuran protokol kesehatan yang ada.
Jika sudah terbukti aman dan efektif, pastikan juga para siswa yang mengikuti PTM juga sudah siap menjalankan protokol kesehatan yang ditentukan secara baik dan benar.
3. Ditinjau ulang
Anggota DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak juga mengomentari kebijakan Pemprov DKI tersebut. Dalam pesan singkat yang dikirimkan kepada Kompas, ia mengatakan bahwa keputusan ini cukup berisiko terhadap penularan.
Selain itu, Gilbert pun mengatakan bahwa pemberlakuan sekolah tatap muka ini sebaiknya dibatasi terlebih dahulu hingga timbul adanya kekebalan pasca vaksinasi. Hal ini mengingat butuh waktu setidaknya 2 pekan hingga 1 bulan setelah disuntikkan vaksin Covid-19 dosis kedua untuk mencapai tingkat kekebalan.
Sehingga menurutnya, Pemprov DKI Jakarta sebaiknya melakukan pertinjauan kembali dengan tetap membatasi sekolah dan tidak langsung memberlakukan tatap muka 100 persen demi keamanan anak-anak di dalamnya.
4. PTM terbatas yang diberlakukan di Jakarta
Ada pun PTM pemerintah berlaku untuk seluruh satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
PTM terbatas berlaku pada satuan pendidikan pada level 1, 2, dan 3 yang juga mempertimbangkan kondisi daerah, cakupan vaksinasi tenaga pendidikan dan lansia di daerah tersebut, serta kapasitas siswa.
Melalui aturan PTM terbatas, maka ada sekolah yang sudah dapat melakukan PTM 100% dengan frekuensi full day school dan durasi jam pelajaran maksimal 6 jam.
Untuk sekolah yang tergolong PPKM level 3 dan 4 atau cakupan vaksinasi tenaga pendidikan dan lansianya di bawah 40% dan 10%, maka masih diwajibkan untuk melakukan pembelajaran secara penuh.
Jakarta menjadi salah satu daerah yang melakukan PTM terbatas 100% mulai Senin (3/1/21). Untuk itu, pastikan anak mama dalam keadaan sehat sebelum mengikuti program kembalinya ke sekolah ini ya, Ma.
Baca juga:
- Kondisi Sekolah di Jakarta yang Telah Lakukan PTM 100% Hari Ini
- Sekolah di DKI Mulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% Hari Ini
- Mulai 2022, Semua Sekolah Wajib Pembelajaran Tatap Muka Sementara