TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Mendikbud Nadiem Kena Protes Terkait Pendidikan di Indonesia, Ada Apa?

Dapat apresiasi di PBB, Mendikbud Nadiem dinilai belum berhasil di negeri sendiri

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI (Dok.IDN Times/BKHumas Kemendikbud)

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim belum lama menyatakan dirinya mendapat apresiasi dari banyak negara melalui forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kementerian yang sedang dipimpinnya disebutkan telah meraih banyak tepuk tangan karena kinerja ia dan tim. Namun, kenyataan tersebut tidaklah seirama dengan yang terjadi di tanah air.

Dalam rapat bersama Komisi X DPR pada Senin (26/9/22) kemarin, Menteri Nadiem justru mendapat ujaran protes dari sejumlah anggota dewan yang hadir dalam rapat tersebut.

Beberapa dari mereka menyoroti kembali kinerja dan peraturan yang ditetapkan untuk memajukan sistem pendidikan Indonesia, yang dinilai masih belum mensejahterakan masyarakat.

Lantas, apa saja yang menjadi sorotan anggota dewan kepada Mendikbud Ristek Nadiem Makarim? Melansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com rangkumkan informasi selengkapnya.

1. Perihal calistung sebagai syarat masuk SD

Freepik/Tirachardz

Dalam rapat Komisi X DPR beberapa waktu lalu, salah seorang anggota dewan yakni Dede Yusuf meminta Mendikbud mengkaji dan mengevaluasi kembali syarat masuk SD dengan calistung (Membaca Menulis Menghitung).

Menurutnya, anak-anak di usia 3-5 tahun (PAUD) yang akan menuju ke jenjang sekolah dasar masih menjadi golden period atau masa emas tumbuh kembang anak. Sehingga, persayaratan demikian dinilai sangat membebankan bagi anak-anak.

"Mestinya dia (anak-anak) bermain, mengenal dunia sosial, mengenal keluarga dan sebagainya. Tapi ini dipaksa calistung," ungkap anggot X DPR Dede Yusuf dalam rapat komo X DPR dengan Menteri Nadiem.

2. Calistung seharusnya baru diperkenalkan di SD

Freepik/fwstudio

Masih dari kritik yang diberikan oleh DedeYusuf, ia kembali menambahkan bahwa persayaratan calistung untuk masuk SD menjadi hal yang cukup memberatkan bagi anak-anak.

Sebagai pertimbangan, ia menyinggu bahwa calistung di beberapa negara baru akan diperkenalkan ketika anak memasuki jenjang SD, bukan dijadikan sebagai syarat untuk anak masuk ke jenjang awal yang lebih tinggi tersebut.

"Di kindergarten, di playgroup, di TK, di PAUD itu mestinya mereka bermain, mereka happy. Jangan terbebankan dengan calistung," ujarnya menambahkan.

3. Benarkah calistung jadi syarat masuk SD?

Freepik/pvproductions

Bagi kebanyakan orangtua, adanya informasi mengenai calistung sebagai syarat masuk SD tentu menjadi hal yang sedikit membebankan bagi mereka dan juga anak-anaknya.

Nyatanya, Kemendikbud Ristek memang tidak mengatur secara eksplisit tentang calistung sebagai syarat masuk SD. Hal ini sudah tertuang dalam Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 67 Tahun 2013.

Dalam peraturan tersebut, Mendikbud tidak menyertakan adanya calistung sebagai syarat masuk SD. Calistung bagi anak usia dini hanyalah sebatas 'memperkenalkan', sehingga berbeda dengan istilah 'mengajarkan'.

Di tahap mengenalkan ini, anak tidak dituntut untuk mahir pada saat itu juga, yang terpenting adalah bagaimana memperkenalkannya sesuai dengan tahapan usia anak. Di mana saat masa emas ini, anak harus tetap gembira saat proses tersebut berjalan, sehingga anak pun tidak merasa terbebani.

4. Program dan anggaran pendidikan yang terus berubah

Pixabay/wokandapix

Sebelumnya, Menteri Nadiem Makarim mengaku telah diparesiasi oleh banyak negara ketika berbicara di depan PBB beberapa waktu lalu. Namun, salah satu anggot adewan Komisi X DPR Anita Gah justru mencecarnya terkait permasalahan yang terjadi dengan pendidikan Indonesia.

Menurutnya, masyarakat tanah air tidak bisa memberi tepuk tangan seperti yang diterima Mendikbud saat di PBB lantaran kenyataannya yang terjadi di Indonesia sangatlah berbeda.

Anita Gah menyoroti kembali bahwa saat ini masih banyak persoalan di dunia pendidikan Indonesia. Menurutnya, program pendidikan yang disodorkan Mendikbud selalu saja berubah. Ia juga menyoroti adanya perubahan anggaran yang menimbulkan selisih dengan nominal besar.

"Kenapa sekarang diubah lagi, kegiatan-kegiatannya diubah lagi dengan anggaran yang berbeda, " ucapnya.

Perempuan yang menyuarakan suaranya dengan lantang dan berani itu kembali menyinggung soal adanya tim bayangan yang terbentuk, namun kenyataannya tak sesuai dengan sistem pendidikan di Indonesia.

"Program ada, anggaran ada, tapi didasarkan bagi rakyat tidak? Kalau tidak dirasakan oleh rakyat, bagi kami Anda tidak berhasil," ujar Anita Gah kembali menyuarakan pendapatnya.

5. Menyinggung tim bayangan Menteri Nadiem

Instagram.com/nadiemmakarim

Tak hanya menyoroti permasalahan program dan anggaran untuk pendidikan yang terus berubah, Anita Gah kembali menyinggu perihal gaji Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Menurutnya, sampai saat ini masih banyak guru yang menjerit akibat tak menerima honor. Dalam rapat Komisi X DPR beberapa hari lalu, Anita meminta menteri Nadiem untuk mendengar jeritan para guru PPPK tersebut.

"Denger itu dong pak menteri. Itu yang harus dipikirkan jika Anda mau ditepuk tangani oleh seluruh rakyat Indonesia," sambungnya kembali.

Dalam forum PBB yang didatangninya beberapa waktu lalu, Mendikbud Nadiem Makariim dengan bangga menyebutkan bahwa tim bayangan yang dibentuknya dari organisasi di luar Kemendikbudristek yang berjumlah 400 orang itu sangat membantu dalam menangani persoalan pendidikan di Indonesia.

Hal ini justru yang ditentang keras oleh Anita Gah sebagai perwakilan anggota dewan, karena tim bayangan yang dibentuk Menteri Nadiem dinilai tidak berdampak pada kesejahteraan guru-guru dan pendidikan Indonesia.

6. Curahan hati guru honorer

Terkait rapat Komisi X DPR yang dilakukan beberapa hari lalu, salah seorang guru honorer yang diketahui bernama Lina mendadak viral di media sosial usai menyuarakan isi hatinya.

Dalam sebuah video TikTok yang beredar, perempuan yang menyuarakan pendapatnya sembari menahan air mata itu menjabarkan persoalan yang ia dan para pendidik lainnya rasakan. Terlebih persoalan penggajian yang mereka terima selama ini.

"Kalau memang dana untuk penggajian PPPK seperti yang Pak Nadiem omongkan, tolong pisahkan. Kami honorer, kami mengabdi, ijazah kami S1, tapi nasib kami lebih rendah dari seorang kuli pasar," ujarnya kepada Menteri Nadiem.

Tayangan tersebut kemudian langsung mendapat banyak komentar dukungan dari para netizen. Tak sedikit dari netizen mendukung ucapan yang disampaikan perempuan tersebut, dan juga meminta Mendikbud agar mendengar suara hati para guru untuk mensejahterakan kehidupan mereka.

Baca juga:

The Latest