TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Sejarah Awal Mula Huruf Braille, Alat Bantu Penyandang Tunanetra

Jadi alat bantu penyandang tunanetra, yuk ketahui awal mula huruf Braille

Pourlascience.fr

Tahukah Mama, bahwa tanggal 4 januari setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Braille Sedunia atau World Braille Day, lho!

Braille sendiri adalah sistem tulis dan cetakan yang digunakan sebagai alat bantu untuk para tunanetra di seluruh dunia. Peringatan Hari Braille tiap tahunnya dirayakan sebagai bentuk penghormatan kepada penemu huruf Braille, yaitu Louis Braille.

Jadi salah satu alat bantu yang membawa peranan penting dalam memajukan pendidikan dunia hingga akses informasi sosial, yuk ajak anak mama mengenal sejarah huruf Braille dalam rangkuman yang sudah Popmama.com siapkan berikut ini.

1. Sejarah sebelum terciptanya huruf Braille

Pathstoliteracy.org

Louis Braille merupakan seorang penyandang tunanetra yang menciptakan huruf Braille sebagai alat bantu para penyandang tunanetra lainnya di seluruh dunia.

Braille sendiri diketahui telah kehilangan penglihatannya ketika usianya masih tiga tahun. Hal ini terjadi karena kecelakaan yang ia alami saat sedang bermain yang melukai kedua matanya hingga mengalami peradangan.

Setelah kecelakaan yang dialami Braille di usia balita tersebut, ia pun harus menelan kenyataan pahit bahwa dirinya mengalami kebutaan total di usia yang masih sangat belia.

Meski demikian, Braille sendiri tidak patah semangat dalam menjalani hidupnya. Di usianya yang memasuki 10 tahun, ia bersekolah di Institution Royale de Jeunes Aveugles, Paris, bersama sekitar 100 tunanetra lainnya. 

Nah, di sekolah ini Braille tetap diajarkan pelajaran membaca dengan memanfaatkan indra peraba menggunakan metode pelajaran huruf alfabet timbul. Metode pembelajaran ini diketahui diciptakan oleh salah seorang guru penyandang tunanetra bernama Valentin Hauy.

Hauy menciptakan metode pembelajaran tersebut dengan untuk membantu para siswa tunanetra yang memiliki keterbatasan dalam melihat. Tujuannya adalah agar mereka juga bisa membaca suatu kalimat dengan mengenali huruf timbul lewat sentuhan.

Namun sayang, Ma, metode pembelajaran Hauy ini ternyata tidak mampu diterima sepenuhnya oleh seluruh siswa. Diketahui membaca dan menulis dengan metode tersebut hanya bisa dilakukan sekitar 3-4 siswa tunanetra saja. 

2. Louis Braille mengembangkan metode melalui sistem titik

Britannica.com Louis Braille, pencetus huruf Braille

Di sekolah tempatnya mengenyam pendidikan, Louis Braille dikenal sebagai salah satu siswa yang pintar, baik dalam pelajaran maupun keterampilan. Bahkan, Braille juga pernah ditunjuk sebagai re'pe'titeur atau guru magang di sekolah tersebut.

Sejarah awal mula huruf Braille mulai terbentuk secara perlahan diawali dengan kunjungan Charles Barbier yang mendemonstrasikan tentang sistem kode.

Sistem kode tersebut diketahui sempat digunakan oleh para tentara yang berada dalam keadaan cahaya yang gelap total, tetapi tetap bisa mengirim pesan satu sama lain melalui sistem titik-titik. 

Metode ini pun mulai banyak diikuti oleh para siswa tunanetra yang dianggap lebih mudah dipahami daripada metode sebelumnya. Meskipun begitu, nyatanya masih banyak yang beranggapan bahwa sistem kode tersebut terlalu rumit karena memang bukan diciptakan untuk penyandang tunanetra.

Dari sinilah akhirnya Braille yang saat itu masih berusia 12 tahun mulai memiliki ketertarikan dengan sistem Barbier. Braille remaja pun akhirnya berusaha untuk terus mengembangkan sistem kode tersebut agar lebih mudah dipahami oleh para penyandang tunanetra sepertinya.

3. Huruf Braille ditemukan dan diakui dunia

Britannica.com

Setelah satu tahun kemudian, Braille pun berhasil mengembangkan sistem kodenya sendiri agar lebih mudah dipahami dan dipelajari dibandingkan dengan sistem kode sebelumnya.

Saat usia Braille 15 tahun atau pada Oktober 1824, ia pun semakin memantapkan sistem kodenya agar lebih efektif digunakan oleh dirinya dan para penyandang tunanetra lainnya.

Adapun sistem kode yang dirancangnya masih menggunakan metode titik timbul yang dapat mewakili huruf alfabet dengan lebih sederhana.

Metodenya menggunakan kombinasi titik timbul yang mewakili huruf alfabet dengan cara sederhana. Di mana Braille hanya menggunakan lebih sedikit titik yang membuat sistem kodenya menjadi lebih mudah dipahami dan lebih cepat dibaca.

Sistem kode milik Braille diketahui terdiri dari 6 titik yang mempermudah para penyandang tunanetra untuk bisa belajar mengeja dan membaca huruf seperti orang yang dapat melihat.

Meskipun banyak diterima oleh siswa tunanetra yang ada di sekolah lainnya, tetapi nyatanya banyak pula guru yang tidak setuju dengan sistem kode yang diciptakan oleh Louis Braille.

Para siswa yang merasa terbantu dengan sistem kode tersebut pun menghubungi pemerintah Prancis untuk mengakui huruf Braille sebagai sistem baca resmi penyandang tunanetra. Namun sayang, saat itu lembaga atau pemerintah nasional setempat tidak menanggapi inovasi yang telah diciptakan Braille.

Setelah bertahun-tahun, pemerintah Prancis akhirnya mulai terbuka dan menyetujui sistem titik timbul yang kini dikenal sebagai huruf Braille untuk diakui sebagai sistem baca para penyandang tunanetra.

Pengakuan huruf Braille ini terjadi pada tahun 1854 atau dua tahun setelah kematian Louis Braille. Sebagai informasi, Louis Braille di tengah perjuangannya ternyata sempat mengidap tuberkulosis dan menyebabkannya meninggal pada 6 Januari 1852. 

Untuk menghormati jasanya yang telah mempermudah para penyandang tunanetra dalam membaca, hari ulang tahunnya yang jatuh pada 4 Januari pun dinobatkan sebagai peringatan Hari Braille Sedunia atau World Braille Day

Nah, itu dia sejarah huruf Braille yang jadi alat bantu untuk para penyandang tunanetra. Semoga informasinya bermanfaat dan bisa jadi pengetahuan baru bagi anak-anak mama, ya.

Baca juga:

The Latest