5 Sikap Suportif Orangtua yang Membuat Anak Nyaman Belajar
Jangan terlalu menekan anak, lebih baik berikan dukungan pada mereka yuk!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, tentu kita bersedia melakukan segala hal demi keberhasilan anak dalam bidang akademiknya. Salah satu yang utama dan penting orangtua lakukan adalah memberikan sikap suportif demi keberhasilan anak kelak nanti.
Selain membiayai pendidikannya sejak dini, adanya sikap suportif yang orangtua berikan pada anak juga menjadi fondasi baginya agar mereka dapat memiliki semangat untuk belajar hingga dewasa.
Untuk itu, berikut Popmama.com rangkumkan beberapa sikap suportif yang bisa membuat anak nyaman dan semangat belajar.
Hindari menekan anak yang justru dapat meningkatkan rasa stres mereka, Ma.
1. Mengoptimalkan kemampuan anak dan jangan terlalu menuntut
Setiap orangtua tentu ingin anaknya menjadi juara kelas. Namun, tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama untuk mendapatkan hasil demikian, Ma. Untuk itu, alih-alih menuntut anak menjadi juara, Mama dan Papa bisa membantu mengoptimalkan kemampuannya agar tetap semangat berusaha menjadi yang terbaik.
Apa pun hasil yang anak dapatkan, orangtua perlu bangga dengan pencapaian tersebut. Sekecil apa pun usahanya, pastikan Mama dan Papa memberikan dukungan dengan memberi apresiasi pada setiap usaha yang mereka lakukan.
Dengan begitu, anak pun tidak akan merasa terlalu dituntut dan tertekan, serta akan lebih bersemangat dalam belajar karena usahanya telah diapresiasi oleh orangtuanya.
2. Tidak menakuti anak seandainya gagal mencapai sesuatu
Tanpa sadar, masih banyak orangtua yang menakuti anak mereka ketika malas belajar atau gagal mencapai sesuai. Misalnya saja menakuti mereka akan kesulitan saat berkuliah atau bekerja nantinya.
Dengan sikap seperti ini untuk memotivasi anak, justru akan membuatnya merasa cemas dan tidak yakin akan kemampuannya sendiri. Ketika anak dalam kondisi demikian, bukan tidak mungkin hal ini memicu hilangnya konsentrasi anak pada pelajaran yang sedang ditempuhnya.
Jadi, pastikan Mama dan Papa memberikan dukungan semaksimal mungkin tanpa menakuti-nakuti ya!
3. Utamakan kejujuran daripada hasil yang sempurna dari menyontek
Selain menuntut anak menjadi juara kelas, orangtua juga perlu menjaga diri akan obsesi nilai bagus yang anak raih di sekolah. Hal yang perlu diketahui adalah cara mendapatkan nilai tersebut jauh lebih penting dibanding hasilnya.
Apakah anak mendapatkan nilai sempurna karena hasil kerja kerasnya dengan jujur, atau justru ia dikenal sebagai orang yang selalu menyontek temannya di kelas?
Jika anak mendapat nilai bagus karena hasil menyontek, bisa jadi ini adalah cerminan dari rasa ketakutan anak apabila nilainya buruk dan mengecewakan orangtua. Sehingga ia tidak percaya dengan kemampuannya sendiri demi memenuhi tuntutan Mama dan Papa yang menurutnya terlalu tinggi.
Anak juga bisa merasa cemas dan takut mendapat hukuman bila nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan orangtua. Itulah mengapa akhirnya mereka melakukan cara lain demi mendapat nilai bagus.
4. Memberi kesempatan anak menentukan gaya belajarnya
Orangtua tentu mengetahui bahwa setiap anak memiliki sifat dan karakter yang berbeda, begitu pula dengan gaya belajar mereka. Ada yang senang belajar sendiri di rumah, harus berkonsentrasi ketika mendengarkan musik, hingga ada pula yang harus belajar berkelompok demi keberhasilannya.
Adanya perbedaan gaya belajar seperti ini juga perlu orangtua pahami dan hargai. Jangan sampai Mama memaksa anak belajar dengan gaya yang menurut Mama terbaik. Biarkan juga mereka memilih gaya belajar yang sekiranya nyaman untuk mereka sendiri.
Dengan menentukan gaya belajarnya sendiri, maka anak dapat menikmati proses belajar menjadi lebih nyaman dan dapat membantu meningkatkan prestasi akademiknya.
5. Memberi izin anak untuk belajar kelompok
Berbicara gaya belajar, ada pula gaya belajar kelompok yang biasanya memudahkan anak untuk mengerjakan suatu pelajaran. Belajar kelompok sendiri adalah hal umum yang biasanya dilakukan oleh anak sekolah, bahkan mahasiswa.
Meski umum dilakukan, nyatanya masih banyak orangtua yang cenderung menghalangi keinginan anak untuk belajar berkelompok dengan temannya. Selain takut prestasi anak tersaingi, orangtua juga takut anak justru anak lebih banyak bermain alih-alih belajar.
Sikap seperti inilah yang pada akhirnya membuat anak kesal dan enggan mengikuti kemauan orangtuanya. Padahal, beberapa tugas sekolah memang mungkin saja harus dikerjakan secara berkelompok. Jadi, cobalah untuk memercayai anak belajar dengan teman-temannya, Ma.
Dengan kelima sikap suportif di atas, bukan tidak mungkin anak akan lebih nyaman saat belajar dan membantunya meraih nilai akademik yang sesuai ekspektasi.
Meski begitu, Mama tetap perlu memberikan dukungan dan apresiasi atas apa pun hasil yang anak raih. Jangan sampai anak berpikir bahwa usahanya tidak dihargai dan membuatnya tidak semangat dalam belajar.
Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!
Baca juga:
- Penting Banget! 4 Hal Ini Bantu Si Kecil Belajar Online dengan Efektif
- Beri Tahu Anak, 5 Dampak Buruk Sistem Belajar Kebut Semalam
- 5 Metode Belajar di Sekolah yang Sesuai untuk Anak ADHD