Peaceful Parenting: Mengajari Anak Cara Menerima Pelajaran
Mendidik anak, tidak harus dengan cara marah-marah atau memberinya hukuman, lho.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengajari anak sebuah pelajaran tentu identik dengan pemberian hukuman, seperti time-out, mengambil gadget sang anak, dan hingga memukul anak.
Ternyata, hal tersebut hanya menanamkan pada pemahaman anak bahwa ia harus bersikap baik, atau resiko yang terjadi adalah seperti yang telah dijelaskan, dimana seharusnya, mama harus lebih menanamkan nilai-nilai pelajaran dari kejadian tersebut daripada memberikan hukuman yang tidak berelasi dan berhubungan dengan kejadian.
Dari ini, mama harus mulai mempererat hubungan bersama anak mama, agar anak mama dapat menghormati mama, dan ingin untuk mengikuti peraturan dari mama.
Berikut, Popmama.com sudah merangkum informasi lainnya mengenai Peaceful Parenting yang mengajari anak cara menerima pelajaran.
Anak-anak belajar melalui apa, ya?
Anak-anak tidak belajar melalui hukuman. Mereka belajar tentang kesalahan mereka, ketika mama membantunya untuk merenungkan apa hasil dari kesalahan yang dibuat. Mama juga perlu mendukung anak-anak mama secara konsisten untuk melakukan perbaikan ketika mereka berbuat salah.
Anak-anak layaknya orang dewasa, yang tidak dapat secara tulus mengakui kesalahan dan memulai perbaikan ketika mereka defensif. Jadi, jika ingin anak mama membuat sebuah keputusan yang lebih bijak di lain waktu, mama harus menjadi lebih baik dengan berkomunikasi dengan mereka, terkhususnya mendengarkan.
Pelajaran yang diajarkan kepada anak mama
Ada cara yang lebih baik agar si anak dapat menerima pelajaran yang mama berikan. Tidak hanya itu, agar anak juga ingat pada pelajaran tersebut.
Berberapa pelajaran tersebut dapat meliputi:
- Setiap tindakan, memiliki dampak bagi dunia dan sekitarnya
- Kita selalu dapat memilih tindakan kita sendiri, dan bertanggungjawab atasnya
- Semua orang membuat kesalahan, tetapi tugas kita adalah untuk memperbaiknya
- Memperbaiki kesalahan lebih sulit daripada mencegahnya dengan membuat keputusan yang bijak. Terkadang, ada berberapa kesalahan yang tidak bisa diperbaiki, dan kita hanya bisa mencoba untuk menebus kesalahan tersebut.
- Untuk melakukan hal yang benar, membutuhkan keberanian. Namun, ketika kita bertanggungjawab dan penuh peprtimbangan, kita dapat menjadi orang yang dikagumi diri sendiri, dan merasa nyaman dengan diri sendiri.
1. Pindahkan diri mama dari kemarahan menjadi empati
Ketika anak mama sudah mempercayai bahwa mama sudah berada di sisinya, si anak akan lebih merasa nyaman untuk berinteraksi bersama mama.
Tanpa rasa keamanan dan kenyamanan tersebut, hati anak mama dapat mengeras, karena si anak mengharapkan penghakiman dan hukuman. Hal ini menyebabkan anak tidak mendengarkan perkataan mama. Jadi, ketika mama sedang merasa marah, ambil berberapa waktu untuk berpikir dan tenang sebelum berbicara dengan si anak.
2. Memulai percakapan yang hangat
Diumur berapapun anak mama, hingga memasuki usia remaja, akan merespon hubungan tersebut dengan menjadi lebih terbuka terhadap bimbingan mama.
Ketika si anak mengira bahwa mama akan marah, ia akan melakukan “fight, flight, or freeze”, dan pada kondisi seperti itu, mama tidak bisa membimbingnya dengan baik, dan cenderung berbohong.
Agar anak mendengarkan kata mama hanyalah dengan memulai komunikasi yang aman. Mama harus mengingat bahwa anak mama melakukan hal tersebut untuk sebuah alasan. Mungkin, alasan tersebut merupakan alasan yang konyol, tetapi bagi si anak, alasan tersebut adalah alasan yang masuk akal.
3. Beri tahu anak mama, bahwa mama ingin mendengarkan pendapatnya
Mama harus mendengarkan pendapat anak mama tentang apa yang terjadi. Hal ini dapat menjadi sebuah sarana agar anak mama dapat merefleksikan diri. Mama juga harus menampilkan pengertian mama, seperti mengatakan kalimat
“Ohh, ternyata anak mama mau main basket.. tetapi di waktu bersamaan dengan waktu belajar ya? Itu pilihan yang susah, lho”, atau
“Jadi, kamu sama kakak marah-marahan, kamu sakit hati ketika kakak memukulmu kan? Mama juga bakal marah, sih ketika seseorang memukul mama. Kamu pasti ingin membalas pukulan kakak, ya?”
4. Pertahankan fokus untuk tetap terhubung dengan anak mama
Ini berarti, mama harus melihat situasi ini dari sudut pandang anak mama. Mama tidak harus setuju dengan perbuatan mereka, tetapi mengerti. Ini membantu agar si anak juga menjadi tidak defensive, dan terbuka dalam menerima pelajaran.
Selain dari itu, anak mama juga dapat meproses perasaan atau keperluan yang dia butuhkan untuk berbuat seperti itu. Anak-anak selalu tahu apa pilihan yang tepat, tetapi ia mendapatkan ide baru dari pemikirannya. Mama dapat bertanya kenapa demikian? Dengan begini, permasalahan dapat terselesaikan hingga ke akarnya.
5. Alih-alih ceramah, lebih baik menanyakan pertanyaan terbuka
Pertahankan agar percakapan antara mama dan anak mama aman, dan juga ringan. Mungkin mama dapat mengeluarkan sisi humoris untuk meredakan ketegangan dan juga memperkuat ikatan. Mama disini harus mengingatkan kepada diri sendiri, bahwa pertumbuhan ini tidak hanya untuk anak mama, tetapi juga untuk mama.
Pertanyaan tersebut dapat berupa:
- Apakah dia sadar membuat pilihan?
- Apa yang membuatnya membuat pilihan itu?
- Apa yang dia pikirkan tentang itu sekarang? ("Bagaimana hasilnya untukmu?")
- Apa hal baik tentang pilihan itu?
- Apa hal buruk tentang pilihan itu?
- Apakah itu layak?
- Apakah sebagian dari dirinya tahu bahwa memilih adalah ide yang buruk? Jika demikian, apa yang membuatnya tidak mendengarkan suara itu?
- Apakah dia akan melakukannya lagi?
- Mengapa atau mengapa tidak?
- Bagaimana dia bisa mendukung dirinya sendiri untuk memilih secara berbeda lain kali?
- Dukungan apa yang dia inginkan dari mama, sehingga dia dapat memilih secara berbeda di lain waktu?
6. Menahan keinginan untuk menghukum
Daripada menghukum, mama dapat membantu anak mama membuat sebuah rencana untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Jelajahi dan juga pelajari anak mama, agar mama tahu, dan tidak cuma berasumsi.
Setelah anak mama tidak lagi didiktekan oleh kebutuhan yang tidak terpenuhi atau perasaan yang menganggu, ia akan lebih mudah merasakan penyesalan terhadap hal itu, dan mendorongnya untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.
Mama dapat bertanya:
- Apa yang dapat kamu lakukan sekarang untuk memperbaiki keadaan dengan saudaramu (atau dengan guru anak mama)?
- Bagaimana saya bisa mendukung Anda?
7. Melakukan empowering kepada anak mama
Bantu anak mama tidak hanya untuk menyadari bagaimana memperbaiki apa yang “rusak”, tetapi juga agar mengatasi tantangan mendasar yang menyebabkan perilaku yang bermasalahnya.
Hal ini lebih dari sekedar mengetahui bahwa ia telah dihukum dan kehilangan hak istimewanya, tetapi juga menyadari bahwa aksinya terdapat dampak bagi yang lain, dan mengambil tanggung jawab dapat membantu si anak untuk menyelesaikan masalah apapun dengan sikap yang lebih positif.
Seperti misalnya, ketika anak mama tidak lulus salah satu ujian di sekolah, maka ia harus menggunakan gadget lebih jarang. Dan apakah ini termasuk hukuman? Tidak, jika mama memberi tahu dan brainstorming. Jika mama benar-benar bermitra dengan anak mama, makai a akan dapat mencapai tujuan yang telah mama tentukan juga.
8. Bagaimana jika anak tetap bersifat defensif?
Ketika mama sudah berusaha maksimal untuk mendengarkan dan juga memvalidasikan perasaan anak mama, dan anak mama tidak peduli terhadap kesalahannya, maka hal terbaik yang dapat mama lakukan adalah untuk membiarkannya untuk menenangi diri, dan mulai pembicaraannya nanti.
Berikan batasan jelas, dimana anak mama harus bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi, dan mama selalu disana, siap untuk dibantu.
9. Menggunakan kekuasaan mama
Sebagai orang dewasa, mama tentu mempunyai kekuasaan dan hyga kekuatan lebih di situasi ini. Anak mama bergantung kepada kepemimpinan mama, bahkan ketika si anak terlihat menolak hal tersebut.
Ketika orangtua memberikan dukungan yang cukup kepada anak-anak kita, mereka biasanya akan naik ke tingkat harapan kita. Beberapa anak hanya membutuhkan lebih banyak dukungan daripada yang lain. Pertimbangkan dukungan seperti apa yang dapat membantu anak mama.
10. Terapkan peraturan seperlunya
Ketika si anak telah melanggar aturan keluarga, maka mama harus memperkuat aturan tersebut. Membuat aturan tidak hanya melakukannya sekali, tetapi harus diulang berkali-kali. Berberapa mama memang frustrasi karena repetisi ini, tetapi hal ini dapat diatasi dengan mengetahui sumber dari masalah tersebut.
Mama juga harus membuat aturan keluarga yang jelas, seperti tidak boleh menggunakan handphone hingga usia tertentu, atau boleh menggunakan handphone pada waktu tertentu, dan sebagainya.
Kwtika anak sudah mulai kebiasaan atau habit baru, itu akan membantu agar ia dapat memenuhi ekspektasi mama, dan menunjukan sikap bertanggungjawabnya.
11. Menahan keinginan untuk "menyelamatkan" anak mama
Anak mama dapat melakukan kesalahan yang lebih besar daripada hanya melanggar aturan keluarga, seperti ketahuan menyontek, atau lain sebagainya.
Sebagai orangtua, mama tentu merasakan keinginan untuk “menyelamatkan” anak mama agar tidak terkena konsekuensi yang terlalu parah, tetapi, anak mama harus merasakan konsekuensi yang diberikan oleh sekolah, maupun oleh mama. Tetapi, mama juga harus tetap mendengar anak mama, memberikan empati, dan rasa kasih sayang yang tidak bersyarat.
12. Perkirakan adanya periode penyesuaian
Jika mama sebelumnya tidak melakukan metode Peaceful Parenting, maka tentu saja akan terdapat masa penyesuaian yang dapat dikatakan sulit, karena mama dan anak masih sama-sama belajar untuk melakukan hal baru ini.
Prioritas pertama mama adalah untuk memperbaiki hubungan dengan anak mama, sehingga si anak ingin bekerja sama dengan mama.
Kedua merupakan untuk memprioritaskan empati. Rasa kesal pasti muncul ketika adanya konflik, tapi hal itu sangat wajar dirasakan. Dan jika mama menunjukan rasa empati, anak mama akan merasa lebih aman untuk memberi tahu mama apa isi hatinya.
Merubah sebuah metode cara mendidik anak tentu saja bukan merupakan hal yang mudah, tetapi dapat berpengaruh positif kepada masa depan anak mama. Apakah mama sudah siap menerapkan peaceful parenting?
Baca juga