10 Contoh Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
Mengetahui lebih jauh seputar keragaman tiap Suku Bangsa dan Budaya yang unik dan menarik
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai masyarakat Indonesia pastinya mengetahui bahwa tanah air ini mempunyai segudang keragaman budaya disertai berbagai ciri khas dan karakteristik masing-masing di dalamnya, bahkan di negara lain pun oleh masyarakat asingnya, banyak mengenal adanya keragaman budaya Indonesia ini.
Seperti halnya pada semboyan yang menjadi pegangan kuat oleh bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika yang artinya Berbeda-beda, tetapi tetap satu jua.
Semboyan tersebut menjadi gambaran bahwa meskipun bangsa Indonesia mempunyai bermacam ragam budaya, suku bangsa, bahasa, ras, dan agama, namun bangsa ini berpegang teguh pada prinsip persatuan dan kesatuan.
Artinya, bahwa keragaman suku bangsa dan budaya menjadikan masyarakat dapat bersatu dalam negara kesatuan.
Keragaman budaya merupakan salah satu ciri khas yang memiliki keunikan terdapat di muka bumi ini dengan berbagai suku bangsa yang ada di penjuru dunia, seperti hal nya dengan keragaman budaya Indonesia.
Pastinya sebagai warga negara Indonesia menyadari dan tidak dapat menyangkal bahwa keberadaan negara Indonesia sendiri dapat menciptakan keragaman yang begitu banyak, mulai dari keragaman suku bangsa, ras, hingga bahasa.
Bermula dari bermacam keragaman itulah melahirkan bentuk keragaman budaya Indonesia yang ada saat ini, seperti terdapat rumah adat, upacara adat, pakaian adat tradisional, alat musik dan lagu tradisional, tarian adat tradisional, senjata tradisional, hingga berbagai macam makanan khas di setiap wilayah masing-masing.
Namun pada hakikatnya, keragaman budaya di Indonesia berangkat dari bermacam kebudayaan-kebudayaan lokal yang kian bertumbuh dan berkembang di dalam masyarakatnya.
Dengan kehadiran keragaman budaya tersebut mengakibatkan adanya pengaruh yang muncul dan menyebar di masyarakat sehingga menjadi awal terciptanya kebudayaan itu sendiri.
Nah, untuk informasi selengkapnya Popmama.com telah merangkum beberapa contoh keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Yuk, mari disimak berikut ini!
1. Suku Jawa
Pada Suku Jawa sendiri biasanya orang Jawa dalam berbincang-bincang seringkali menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sementara selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Terdapat ciri khas dan karakteristik rumah adat Suku Jawa yakni Rumah Joglo memiliki bentuk atap persegi di keempat sisinya, lalu bagian tengah berbentuk kerucut namun tidak lancip. Atap rumah adat Joglo ini terdapat 4 tiang utama yang disebut soko guru. Dulunya, rumah Joglo dimiliki oleh para bangsawan kerajaan.
Umumnya, pakaian adat dipakai ketika berlangsungnya proses upacara adat, contohnya pernikahan yang memang menerapkan adat istiadat setempat dari daerah tersebut. Sebutan pada pakaian Suku Jawa ini yakni Surjan dan kebaya Jawa.
Selain itu, Suku Jawa pun memiliki tarian tradisional yang biasanya dipertunjukkan sebagai persembahan dalam upacara adat maupun acara-acara spesial seperti, Tari Serimpi, Tari Gambyong, Tari Tayub, dan Tari Sintren.
2. Suku Batak
Suku di Indonesia satu ini merupakan satu di antara suku yang berasal dari pulau Sumatera Utara dan juga banyaknya tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Suku Batak sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, dan Batak Pakpak.
Adapun bahasa daerah orang Batak yang biasa digunakan dalam berbicara sehari-hari adalah Bahasa Batak. Rumah Bolon atau dikenal juga dengan sebutan rumah Gorga merupakan rumah adat Batak.
Rumah adat Batak terdapat ciri khas tersendiri, terdiri dari dua bangunan utama, yakni ruma (tempat tinggal) dan sopo (lumbung padi), memiliki bentuk persegi empat yang bangunannya menyerupai rumah panggung dan jarak dengan tanah sekitar 1,75 meter.
Berbagai keragaman tarian daerah dalam Suku Batak, yaitu Tari Tor-Tor, Tari Piso Surit, Tari Ndikkar, Tari Gundala-Gundala, dan Tari Sarama Datu. Biasanya pertunjukkan tarian Suku Batak memiliki pakaian daerah yang dipakai saat persembahan dalam upacara adat atau acara spesial tertentu, yakni Kain Ulos Batak, Ampe-ampe dan Singkot (untuk laki-laki) dan Hoba-hoba dan Haen (untuk perempuan).
Uniknya, Suku Batak masih mempertahankan kebudayaannya dengan memegang teguh tradisi dan adat mereka. Sampai saat ini orang batak tetap melaksanakan adat dan budaya dalam kehidupan sosial dan aktivitas sehari-harinya. Berikut adat dan budaya Batak yang berlaku adalah:
- Partuturan: Kunci dari falsafah hidupnya orang Batak sehari-hari dalam kehidupannya pada kekerabatan (partuturan), yakni dengan mengenal marga dari setiap orang Batak yang ditemuinya. Pada hakikatnya, kekerabatan ini menjadi layaknya tonggak agung untuk mempersatukan suatu hubungan darah serta menentukan sikap terhadap orang lain dengan baik.
- Mangokal Holi: Tradisi prosesi upacara ini merupakan warisan turun-temurun, yaitu dengan mengumpulkan tulang belulang dari jasad orangtua dimasukkan ke peti baru yang dipindahkan pada suatu tempat yang sudah disediakan oleh pihak keluarga. Hal tersebut bertujuan sebagai perwujudan penghormatan kepada roh orangtua yang telah berpulang.
3. Suku Sunda
Wilayah Provinsi Jawa Barat dimana sebagian besar wilayahnya bagian barat pulau Jawa dikenal dengan Suku Sunda dengan sebutan Tatar Pasundan. Bahasa daerah orang Sunda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu Bahasa Sunda.
Terdapat rumah etnik Suku Sunda yang dikenal dengan sebutan Badak Heuay merupakan jenis rumah panggung dengan atap tanpa bubungan yang berbentuk terlihat seperti badak sedang menguap. Bangunan tersebut tersusun dari bahan dasar kayu untuk bagian dinding dan lantai, serta tanah liat dijadikan bahan untuk bagian atap (genteng).
Mayoritas masyarakat wilayah Jawa Barat masih melestarikan tarian-tarian di daerahnya seperti, Tari Jaipong, Tari Ketuk Tilu, Tari Merak, Tari Renggong. Pangsi merupakan pakaian adat khas Jawa barat yang memiliki singkatan dari “Pangeusi numpang ka sisi” yang artinya pakaian penutup tubuh yang pemakaiannya dililitkan secara menumpang layaknya sarung.
4. Suku Dayak
Suku Dayak sendiri adalah salah satu suku “Asli” yang mendiami “Pulau Borneo” (Kalimantan). Nama Dayak berasal dari kata “Daya” yang artinya hulu, sebagai penyebutan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan.
Bahasa daerah yang digunakan oleh Suku Dayak adalah Bahasa Ngaju Dayak. Rumah Betang merupakan rumah adat khas Kalimantan yang memiliki ciri khas berbentuk panggung dan memanjang. Biasanya betang dijadikan sebagai rumah suku yang dihuni oleh 100-150 jiwa, terbagi menjadi bermacam ruangan yang dapat dihuni oleh setiap keluarga.
Dikenal dengan khas tarian daerah seperti Tari Kancet Ledo, Tari Kancet Papatai, Tari Kancet Lasan. Dan karakteristik pakaian daerah Suku Dayak yang dikenal dengan sebutan King Baba (untuk laki-laki) dan King Bibinge (untuk perempuan).
Suku Dayak mempunyai persamaan ciri-ciri khas budaya seperti sumpit, beliong, mandau, rumah betang atau rumah panjang (rumah radank) dan lain-lain. Adapun ciri-ciri karakteristik Dayak lainnya, seperti; seni budayanya dan kepemilikan senjata.
Suku Dayak terdiri dari beberapa bagian dalam 405 sub-sub suku. Baik Dayak di Indonesia maupun Dayak di Sabah dan Sarawak Malaysia sebagai negara serumpun masing-masing mempunyai sub suku Dayak yang memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang mirip, sesuai berdasarkan sosial kemasyarakatannya.
Agama asli yang lahir dari budaya nenek moyang merupakan agama asli suku Dayak Kaharingan. Sebagian masyarakat Suku Dayak masih berpegang teguh pada kepercayaan atas keberadaan benda-benda gaib pada tempat-tempat tertentu dan menurut kepercayaannya memiliki “kekuatan gaib” berasal dari Jubata dan Batara.
5. Suku Bugis
Salah satu suku di Indonesia yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan adalah suku Bugis, akan tetapi telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti, Jakarta, Kalimantan, Papua, sampai Riau.
Suku-suku Deutero Melayu (Melayu muda) merupakan bagian dari suku yang tergolong dalam suku Dayak. Saoraja atau Sallasa merupakan rumah adat suku Dayak yang ditinggali oleh keturunan Raja (kaum bangsawan) dan Bola merupakan rumah yang ditinggali oleh rakyat biasa. Kesamaan kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya memiliki jarak tertentu dengan tanah, sementara bentuk denahnya sama yakni empat persegi panjang.
Adapun pakaian daerah yang dikenal sebagai sebutan Baju Bodo yang biasa dipakai saat menghadiri upacara adat atau acara spesial tertentu. Tarian daerah dalam Suku Bugis ini adalah Tari Pakarena, Tari Padupa Bosara, Tari Pa’gellu, Tari Pattennung.
6. Suku Tengger
Suku Tengger merupakan suku yang mendiami wilayah Gunung Bromo, Malang. Masyarakat suku Tengger meyakini bahwa Gunung Bromo atau Gunung Brahma merupakan gunung yang suci.
Terdapat Upacara Yadnya Kasada merupakan suatu upacara ritual yang diselenggarakan oleh masyarakat suku Tengger sebagai perwujudan rasa syukur dan juga harapan supaya terhindar dari malapetaka. Proses upacara ini dilaksanakan dengan memberikan hasil bumi dan melarungkannya ke dalam kawah Gunung Bromo.
Masyarakat suku yang berketurunan kerajaan Majapahit ini asli beragama hindu dan masih memegang teguh adat istiadatnya. Walaupun menempati di Kawasan wisata dan banyak wisatawan yang berkunjung tetapi akulturasi budaya tetap jarang terjadi. Maka dari itu suku Tengger ini, adat serta budayanya masih sangat lestari hingga saat ini.
Untuk baju adat budaya suku Tengger ini biasanya memakai sarung dan menggunakan udeng. Rumah adat orang Tengger merupakan rumah yang memiliki struktur dan konstruksi bangunannya berasal dari kayu. Rumah adat tersebut dibangun oleh suku Tengger yang menempati di daerah lereng Gunung Bromo dusun Cemoro Lawang desa Ngadisari kecamatan Sukapura.
Tari Sodoran adalah tarian khas yang dianggap sakral oleh masyarakat Tengger dilambangkan pada asal-usul manusia. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Tengger bahwa manusia itu berasal dari Sang Hyang Widi Wasa dan mereka akan kembali kepada-Nya.
7. Suku Baduy
Dikenal oleh masyarakat Indonesia, sebuah suku yang hidup di pedalaman Banten, kehidupan yang terisolasi dari dunia luar terkhusus masyarakat Baduy yang hidupnya sederhana dan menyatu serta bergantung dengan alam.
Suku Baduy sendiri terbagi menjadi dua kelompok besar yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dua kelompok tersebut mempunyai perbedaan khususnya dalam berpakaian.
Masyarakat Baduy Dalam biasanya menggunakan pakaian berwarna putih yang ditenun sendiri. Warna putih bagi mereka melambangkan kesucian. Lain halnya dengan Suku Baduy Luar lebih bisa menerima dengan pendatang, walaupun masih menegakkan tingginya adat istiadat yang ada.
Suku Baduy Dalam merupakan kelompok masyarakat yang masih sangat berpegang teguh pada adat istiadat leluhur. Mereka masih sangat tidak menerima adanya teknologi dan modernisasi, sehingga itu berdampak pada kehidupannya terbilang masih tradisional.
Sedangkan masyarakat Baduy Luar sudah bisa menerima untuk menggunakan beberapa barang modern seperti, adanya kasur, bantal, hingga sebagian alat elektronik. Ciri khas penanda pada masyarakat Baduy Luar ini adalah pakaian tenun berwarna serba hitam. Keberadaan suku Baduy sendiri ada pada kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes.
Lebih tepatnya di Lebak, terdapat kelompok etnis yang berasal dari wilayah Banten, atau yang lebih dikenal sebagai masyarakat Baduy atau orang Kanekes. Suku Baduy juga memiliki tali persaudaraan dengan orang Sunda. Tak heran jika perawakan fisik mereka juga hampir mirip dengan orang Sunda kebanyakan serta Bahasa Sunda juga menjadi bagian dari bahasa sehari-hari mereka.
Lebih lanjut, Sulah Nyanda merupakan sebuah rumah adat suku Baduy asli masyarakat Banten. Pembuatan rumah adat Sulah Nyanda menggunakan bahan dasar seperti kayu sebagai pondasi, sedangkan pada bagian dasar pondasi menggunakan batu kali atau umpak sebagai landasannya yang berasal dari alam sekitar. Uniknya, rumah ini dibangun berdasarkan kontur tanah.
8. Suku Gayo
Suku Gayo termasuk dalam golongan ras Proto Melayu yang berasal dari India. Terdapat 3 bagian kelompok dalam masyarakat suku Gayo, pertama masyarakat yang menempati daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah disebut Gayo Laut. Kedua, masyarakat yang menempati daerah Gayo Lues dan Aceh Tenggara disebut Gayo Lues, dan ketiga masyarakat yang menempati kecamatan Aceh Tamiang disebut Gayo Blang.
Membahas terkait ciri khas yang terkenal dari suku Gayo yaitu kopi Gayo. Siapa yang tidak mengenali kopi Gayo, kopi yang termasuk Arabika yang terkenal mempunyai cita rasa yang begitu kuat ini cukup digemari oleh pecinta kopi. Di Gayo sendiri, tepatnya di daerah Bener Meriah, Aceh Tengah dan Takengon terdapat perkebunan kopi yang terkenal dengan penghasilan kualitas kopi terbaik.
Umah Pitu Ruang merupakan rumah adat suku Gayo yang memiliki tujuh buah ruangan di dalamnya, bentuk bangunan rumah Gayo yang menghadap dari arah timur ke barat.
Bahasa Gayo merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat suku Gayo. Begitu juga dengan tarian yang berasal dari daerah ini, bagi sebagian masyarakat Indonesia tak asing lagi didengar dan cukup terkenal ini yaitu Tari Saman. Tarian satu ini merupakan sebuah tarian yang berasal dari suku dataran tinggi Gayo yang biasa dipersembahkan saat perayaan peristiwa-peristiwa penting di dalam acara adat daerah tersebut.
Hal yang menjadikan keberagaman busana adat suku Gayo ini adalah menjunjung kekayaan yang ada pada teknik sulaman benang berwarna putih, merah, kuning dan hijau.
Bagi busana laki-laki disebut sebagai baju Aman mayak, sedangkan busana perempuan disebut sebagai Ineun mayak. Biasanya pemakaian baju adat khas suku Gayo ini digunakan dalam adat perkawinan.
9. Suku Flores
Pulau Flores adalah wilayah Indonesia dengan kepulauan yang letaknya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Suku ini memiliki keragaman budaya, suku hingga pakaian adat Flores membuat pulau ini menarik bagi wisatawan yang berkunjung.
Pada masyarakat suku Flores umumnya terdiri dari percampuran etnis di antaranya etnis Melanesia, Portugis, dan Melayu. Nama Flores sendiri berasal dari bahasa Portugis yang artinya “tanjung bunga”.
Bagi sebagian masyarakat suku Flores yang masih memiliki kepercayaan memuja kepada leluhur khususnya kepada arwah-arwah dan para leluhur bentuk penghormatan dari masyarakat tersebut dengan mendirikan dan menjaga sebuah bangunan.
Bahasa Ngada atau bahasa Bajawa merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh suku Ngada. Berawal dari penutur yang berada di pulau Flores bagian tengah selatan, bahasa ini tergolong ke dalam rumpun bahasa Austronesia di antaranya wilayah penutur bahasa Manggarai dan bahasa Ende-Lio.
Adapun pakaian adat khas suku Flores yang terbagi menjadi dua bagian yakni pertama, salah satu pakaian adat khas suku Lio yang dilestarikan hingga saat ini adalah tenun ikat patola. Ciri khas motif kain ikat patola berupa dahan, dedaunan, ranting, biawak dan manusia, berukuran kecil berbentuk geometris yang didesain membentuk jalur-jalur kecil berwarna merah atau biru di atas dasar kain yang berwarna gelap. Lebih lanjut, kain tenun ini dibuat khusus untuk kalangan kepala suku dan kerabat kerajaan.
Kedua, pakaian adat khas suku Ende disebut Lawo Lambu. Pakaian tradisional ini kerap dipakai perempuan dari Kabupaten Ende. Lawo berupa sarung tenun ikat yang terdiri dari berbagai jenis, sedangkan Lambu berupa Baju Bodo dari suku Bugis. Modelnya yang sederhana, berbentuk segi empat, terdapat empat lubang untuk kepala, badan, dan kedua tangan.
Mbaru Niang adalah sebutan dari Rumah adat wilayah Pulau Flores, memiliki bangunan yang berbentuk kerucut dan mempunyai lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter.
Lebih lanjut, terkait tarian khas daerah suku Flores ini adalah Tari Caci yang merupakan tari perang yang sekaligus menjadi permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk serta perisai.
10. Suku Toraja
Suku Toraja merupakan suku yang berasal dari Sulawesi Selatan dan didominasi populasi masyarakat di Makassar. Upacara kematian menjadi salah satu budaya yang terkenal dari suku Toraja.
Dalam masyarakat Toraja khususnya upacara kematian tersebut hanya dilakukan untuk seseorang yang mempunyai uang. Bahkan jika keluarga yang tidak mempunyai uang mereka akan menunggu bulan demi bulan hingga bertahun-tahun pun untuk mengumpulkan uang dan melaksanakan upacara kematian.
Terdapat bahasa dalam suku Toraja itu sendiri yang memiliki beragam bahasa di antaranya ada Kalumpang, Mamasa, Talondo’, Toala’, Tae’, dan Toraja-Sa’dan.
Adapun baju adat dari suku Toraja adalah Baju Pokko yang dipakai untuk kaum wanita, berbentuk lengan pendek dan warna yang terlihat mencolok dengan beragam warna dasar berupa putih, kuning, dan merah.
Tongkonan merupakan rumah adat Suku Toraja yang terbuat dari kayu yang bertahan hingga 100 tahun. Proses pembangunannya pun juga secara tradisional, tidak menggunakan paku dan atapnya terbuat dari banyaknya bambu.
Pada masyarakat suku Toraja terdapat berbagai jenis tarian tradisional berdasarkan fungsi serta kedudukan di antaranya ada Tari Manimbong, Tarian Syukuran, Tari Pagellu’, Tari Dao’bulan, Tari Pa’randing, dan lain-lain.
Sejalan dengan perkembangan zaman, munculnya perkembangan kebudayaan Indonesia ini memiliki peran serta fungsinya dalam meningkatkan semangat nasionalis. Hal tersebut menjadikan budaya lokal mengandung nilai-nilai sosial yang harus diterapkan oleh setiap masyarakat Indonesia itu sendiri.
Nah, itulah beberapa contoh keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Masih begitu banyak keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.
Semoga dengan informasi ini bisa membantu Mama untuk menjawab pertanyaan lebih jauh seputar pengetahuan keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia ini.
Baca juga:
- Mengenal Tari Merak, Warisan Budaya Jawa Barat
- Sejarah Tari Saman dan Gerakannya, Tarian Tradisional Asal Aceh
- 5 Fakta Menarik Tari Piring, Warisan Budaya Minangkabau