TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Bolehkan Membiarkan Anak Bermesraan dengan Teman Lawan Jenis?

Anak yang mencium teman lawan jenisnya kerap dianggap menggemaskan oleh banyak orangtua

Freepik

Ahmad Risyad merupakan seorang konten kreator asal Indonesia yang kerap membagikan ilmu seputar parenting bersama sang Papa, dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS. 

Salah satu topik yang pernah dibahas adalah seputar banyaknya orangtua menormalisasikan anaknya melakukan kegiatan romantis dengan lawan jenis. Mereka menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang lucu dan menggemaskan.

Padahal, tidak seharusnya orangtua mewajarkan kegiatan itu karena dapat memicu sikap yang tidak diinginkan. 

Untuk pembahasan selengkapnya, berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut terkait bolehkah membiarkan anak bermesraan dengan teman lawan jenis?

1. Orangtua tidak sepatutnya mempertontonkan romantisme di depan anak

Freepik

Pada dasarnya, membiarkan anak bermesraan dengan teman lawan jenis perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. Sebab, hal ini menyangkut perkembangan sosial, emosional, dan nilai yang ingin Mama tanamkan dalam diri anak.

Menurut dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS, sudah sepatutnya orangtua tidak menormalisasi anaknya untuk bermesraan dengan teman lawan jenis. Jangan pula mempertontonkan romantisme di depan anak. 

Anak-anak yang semulanya tidak mengerti, bisa saja belajar dengan sendirinya lewat apa yang ia lihat tanpa memahaminya lebih lanjut. 

“Kembali ke sikap moral masyarakat yang sudah tidak bagus. Orangtua itu juga jangan mempertontonkan romantisme di depan anak-anak. Anak-anak yang tadinya tidak paham, lama-lama jadi niru, karena anak-anak suka niru,” ungkap dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS melansir dari unggahan Instagram @ahmadrisyad. 

2. Jangan menormalisasi anak bersikap mesra dengan teman lawan jenisnya

Freepik/Racool_studio

Sebagai orangtua, Mama dan Papa memiliki tanggung jawab besar untuk tidak memberikan contoh yang dapat menggiring anak pada perilaku tidak pantas. 

Jangan mewajarkan anak untuk bersikap mesra kepada teman lawan jenisnya, seperti mencium. Jika Mama menormalisasi hal tersebut, nantinya anak akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa dan bisa dilakukan ke siapapun. 

“Kita (sebagai orangtua) harus menjaga anak-anak itu jangan sampai malah kita jadi sponsor (memfasilitasinya). Itu bukan sesuatu yang lucu. Jangan menjadi sesuatu yang akan menggiring anak kepada melakukan perbuatan-perbuatan tidak senonoh. Jangan dianggap wajar lama-lama anak-anak itu akan merasa begitu,” ujar dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS. 

3. Jika keintiman fisik terus dibiarkan, dapat berisiko memberikan pengaruh kurang baik

Membiarkan anak bermesraan dengan teman lawan jenis tanpa bimbingan orangtua dapat berisiko mendorong si Kecil ke perilaku tak baik. Anak cenderung akan lebih bebas mengekspresikan hubungan tanpa pemahaman yang cukup.

“Nggak bisa dibiarkan, karena nanti jadi kebiasaan dan dia lama-lama akan menikmati. Yang bahaya itu ketika dia sudah menikmati akhirnya dia jadi liar. Jadi orangtua juga harus memperhatikan masalah-masalah itu,” ucap dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS. 

Meski sekilas terlihat lucu dan menggemaskan, membiarkan anak bermesraan dengan teman lawan jenis tidak sepatutnya dinormalisasikan. Ketika bentuk keintiman fisik atau emosional itu dibiarkan tanpa batasan, hal ini bisa berisiko memberikan pengaruh yang kurang baik. 

“Tujuannya (video anak bermesraan) untuk menarik perhatian gitu kan, tapi memprihatinkan karena membawa anak ke arah yang negatif. Kalau ada konten kayak gitu jangan malah kita like, karena secara tidak langsung menyatakan kita setuju gitu,”  pungkasnya. 

4. Beberapa alasan kuat mengapa orangtua tidak seharusnya menormalisasi anak kecil bermesraan dengan teman lawan jenis

Freepik

Melarang anak bermesraan dengan lawan jenis bukan hanya tentang boleh atau tidak, tapi juga tentang bagaimana membangun pemahaman si Kecil tentang hubungan, tanggung jawab, dan batasan yang sehat.

Berikut beberapa alasan mengapa perilaku ini sebaiknya tidak dinormalisasi:

  1. Pemahaman tentang Batasan Diri dan Orang Lain
    Anak-anak belum memiliki pemahaman yang matang tentang batasan fisik dan emosional dalam hubungan. Menormalisasi kemesraan bisa membuat mereka bingung tentang apa yang pantas atau tidak, serta bagaimana menjaga jarak yang sehat. Anak-anak perlu belajar tentang batasan tubuh dan menghargai ruang pribadi, sehingga menjadi dasar penting untuk interaksi yang sehat di masa depan.
  2. Perkembangan Emosional yang Belum Siap
    Anak-anak belum siap secara emosional untuk memahami kedekatan atau hubungan dengan intensitas seperti orang dewasa. Mereka masih dalam tahap memahami diri sendiri, mengelola emosi, dan mengembangkan rasa percaya diri. Jika dikenalkan pada perilaku bermesraan terlalu dini, mereka bisa mengalami kebingungan emosional atau tekanan yang tidak perlu.
  3. Risiko Meniru Perilaku Tanpa Pemahaman
    Anak-anak sangat mudah meniru apa yang mereka lihat tanpa benar-benar memahami artinya. Jika mereka melihat perilaku bermesraan dianggap ‘normal’, mereka bisa saja meniru tanpa mengerti konsekuensinya. Hal ini bisa membuat mereka terpapar pada interaksi yang belum sesuai dengan usia dan mengganggu proses pembelajaran tentang hubungan sehat.
  4. Pengaruh pada Persepsi tentang Hubungan dan Cinta
    Menormalisasi kemesraan di usia dini dapat memberikan anak persepsi yang kurang tepat tentang cinta dan hubungan. Mereka kemungkinan akan keliru memahami bahwa kedekatan fisik adalah satu-satunya cara menunjukkan perhatian atau kasih sayang. Hal ini bisa mengganggu perkembangan pemahaman mereka tentang aspek emosional dan saling menghormati dalam hubungan.
  5. Mengganggu Fokus pada Pembelajaran Sosial yang Lebih Penting
    Usia anak-anak adalah masa untuk belajar tentang persahabatan, kolaborasi, berbagi, dan mengembangkan empati. Ketika perilaku bermesraan dianggap normal, anak bisa terlalu cepat terfokus pada konsep hubungan romantis dan mengabaikan aspek-aspek sosial lainnya yang lebih mendukung perkembangan kepribadian serta karakter.
  6. Dampak Negatif pada Perkembangan Moral
    Anak-anak membangun nilai dan moral mereka dari lingkungan sekitar. Jika kemesraan dinormalisasi, mereka bisa salah menilai bahwa interaksi tersebut adalah sesuatu wajar. 
  7. Pencegahan Perilaku Berisiko di Masa Depan
    Menormalisasi kemesraan di usia dini bisa membuka jalan bagi perilaku yang lebih berisiko di masa remaja, terutama jika mereka terbiasa melihat kedekatan fisik sebagai hal biasa, tanpa pemahaman tentang tanggung jawab dan konsekuensi. Membangun fondasi yang kuat tentang batasan dan nilai-nilai bisa membantu anak-anak membuat keputusan yang lebih bijak di masa depan.

Itu dia ulasan seputar bolehkah membiarkan anak bermesraan dengan teman lawan jenis. Penting sekali untuk menerapkan batasan-batasan kepada anak sejak dini. 

Baca juga:

The Latest