Ibu di Cina Ngamuk saat Ajarkan Anak Belajar, Ini Tips Mengatur Emosi
Viral ibu China melakukan kekerasan pada anak, ketahui tips mengendalikan emosi sebagai orangtua!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebuah video yang memperlihatkan seorang Mama di Cina sedang memukuli putranya viral di jagat maya. Video itu menunjukkan seorang Mama berulang kali menampar dan meneriakan putranya yang sedang mengejarkan tugas sekolah (PR).
Belum diketahui kapan persisnya peristiwa itu terjadi. Selain memberikan serangan fisik, sang Mama juga berulang kali berteriak dengan meminta anaknya untuk mengerjakan PR dengan benar.
Kemarahan orangtua atas tugas sekolah anak-anak merupakan kejadian yang sangat umum terjadi di Tiongkok. Pasalnya, budaya pendidikan China yang begitu ketat sering membuat orangtua mendorong anak-anaknya untuk belajar selama berjam-jam.
Kendati begitu, perilaku Mama yang tidak diketahui namanya itu tetap saja tak bisa dibenarkan. Bahkan, sejumlah warganet mengklaim tindakan itu sebagai Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Lantas, apa yang menyebabkan orangtua terhitung lebih sabar mengajarkan anak orang lain dibandingkan saat mengajari anak sendiri? Bagaimana tips mengendalikan emosi ketika mendidik anak?
Yuk, simak ulasan selengkapnya telah Popmama.com rangkum.
Kenapa Orangtua Lebih Sabar saat Mengajarkan Anak Orang Lain?
Menjadi orangtua merupakan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Mungkin sebagian dari Mama ada yang mempertanyakan, kira-kira mengapa diri kita terlampau lebih sabar ketika mengajarkan anak orang lain dibanding saat mendidik anak sendiri?
Tentu hal ini bisa terjadi karena ada beberapa faktor pemicu. Faktor pertama ialah karena adanya ekspektasi. Setiap orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk keinginan agar sang buah hati berprestasi.
Ketika anak tidak bisa perform sesuai ekspektasi kita, orangtua cenderung akan marah dan melampiaskan kekesalannya. Yang tidak disadari adalah memarahi atau melakukan aksi kekerasan pada anak sama saja orangtua tengah menghukum diri sendiri.
Lalu, faktor kedua adanya beban mental dan tanggung jawab yang tidak selesai-selesai. Tugas sebagai orangtua tidak hanya perlu mengarkan anak belajar, tetapi juga harus mengurus dan memenuhi kebutuhan hariannya.
Alhasil, tanggung jawab menjadi orangtua sangatlah besar. Ketika merasa capek, ledakan emosi berujung dilampiaskan kepada anak.
Kemudian, faktor utama ketiga yang mendasari orangtua lebih berani melakukan kekerasan fisik kepada anak sendiri adalah karena pemikiran anak adalah kepunyaan orangtua sepenuhnya.
Sehingga, perilaku apa pun yang dilakukan kepada anak, termasuk bertindak abusive kepada anak dianggap sah-sah saja. Sejatinya, ada cara yang bisa dilakukan orangtua tanpa membuat anak terluka.
Berikut tips mengelola emosi sebagai orangtua mengutip dari Maheen Fatima, Psikolog Anak asal Dubai, dalam tulisannya berjudul How to Handle Your Anger at Your Child.
1. Segera tenangkan diri saat hendak marah kepada anak
Ketika menghadapi tindakan menyebalkan dari si Kecil, kemungkinan besar akan membuat Mama merasa marah dan berujung memarahinya. Agar tidak terbawa emosi, usahakan untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Satu strategi yang sangat efektif untuk mengatasi emosi pada anak adalah dengan mengambil napas dalam-dalam. Tarik napas dalam dan hembuskan perlahan, ulangi beberapa kali hingga perasaan Mama menjadi lebih stabil.
Alternatif lainnya, Mama dapat menjauh sejenak dari anak. Setelah merasa lebih tenang, Mama dapat kembali mendekati anak dan berbicara dengan tenang. Nasihati dengan tegas agar perilaku anak tidak diulangi lagi.
2. Tentukan batasan-batasan untuk bersifat tegas kepada anak
Sering kali orangtua marah kepada anak karena masalah sepele. Ada baiknya, Mama tetapkan terlebih dahulu batasan-batasan perilaku mana yang sekiranya perlu ditindak tegas dan mana yang bisa dikomunikasikan baik-baik.
Perlu diingat, tidak semua kesalahan anak harus direspons dengan cara memarahi atau menghukumnya. Mama tetap bisa membicarakannya secara baik-baik agar anak tidak mengulangi kesalahannya.
3. Cobalah metode berhitung saat menyuruh anak
Selain memberikan instruksi yang jelas kepada anak, menggunakan metode berhitung dari satu hingga angka tertentu bisa menjadi cara mengelola emosi bagi orangtua.
Misalnya, "Tolong bereskan mainannya sekarang. Mama akan menghitung sampai sepuluh. Jika mainan belum rapi saat Mama hitungan kesepuluh, kamu tidak boleh bermain dengan mainan ini lagi. Satu... dua...."
Jika si Kecil masih tidak menaati instruksi tersebut, cobalah memberikan peringatan sekali lagi dengan sikap tegas tanpa perlu berteriak atau membentak anak.
4. Mengendalikan cara bicara kepada anak
Ketika berbicara dengan nada yang tenang, akan semakin mudah pula bagi Mama untuk meredakan perasaan dan mengontrol emosi. Sebaliknya, penggunaan kata-kata kasar atau suara keras akan memicu meningkatnya amarah.
Itu sebabnya, salah satu metode efektif untuk mengatur emosi kepada anak adalah dengan mengontrol cara bicara sebaik mungkin. Dengan berlatih secara teratur, Mama akan mampu mengendalikan diri dan membuat anak memahami bahwa perilakunya salah.
5. Hindari memukul anak
Hindari tindakan memukul atau hukuman lainnya yang melibatkan fisik. Melakukan tindakan fisik akan memberikan pelajaran kepada anak bahwa melukai orang lain adalah hal yang wajar.
Ini berpotensi membuat anak berpikir bahwa memecahkan masalah dapat dengan cara menggunakan kekerasan. Selain itu, memukul anak juga tidak akan membuat Mama merasa lebih baij.
Sebaliknya, Mama akan dihantui oleh rasa bersalah dan emosi negatif lainnya. Penggunaan kekerasan juga dapat merusak hubungan kepercayaan antara anak dan orang tua.
6. Hindari berkata kasar pada anak
Stanford Children Health mengatakan berkata kasar pada anak merupakan penganiayaan kepada anak. Bahkan, hal itu juga bisa membekas lama dalam ingatan si Kecil. Jika sedang marah, orangtua perlu melatih untuk memilih kata-kata yang baik.
Perkataan baik yang didengar anak cenderung akan membuatnya sadar tentang kesalahannya. Sementara itu, perkataan kasar hanya akan menyakiti perasaan anak dan membuatnya trauma.
7. Hindari mengancam berbau kekerasan
Saat terbawa emosi, mungkin sebagian dari Mama akan memberikan ancaman untuk menakuti anak. Perlu diketahui bahwa ancaman dapat mengugurkan kepercayaan si Kecil.
Sebaik mungkin, hindarilah ancaman yang berbau kekerasan. Sebab, hal itu secara tidak langsung menjadi contoh bagi anak. Jangan sampai ancaman itu tertanam pada diri anak dan justru dia akan menggunakannya di lain kesempatan, baik saat bersama adik atau temannya.
8. Tundalah berbuat sesuatu ketika sedang marah
Ketika sedang merah, tanyakan kepada diri sendiri apa yang membuat Mama marah. Cobalah tanamkan mindset untuk menunda tindakan apa pun ketika amarah sedang meningkat.
Sebab, pada kebanyakan kasus, orang akan menyesali perbuatannya karena terbawa emosi. Apalagi jika sampai melakukan kekerasan pada anak. Maka dari itu, sebisa mungkin Mama harus belajar mengendalikan emosi pada anak.
Nah, jadi itu dia pembahasan tentang Ibu Cina ngamuk saat ajarkan anak belajar dan beberapa tips untuk mengelola emosi ketika mendidik anak. Semoga informasi serta tips yang diberikan bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Tips dari Bebel dan Mama Dessy Hadapi Anak Kecanduan YouTube
- 5 Tips Travelling untuk Remaja agar Tetap Nyaman dan Menyenangkan
- 4 Tips Memilih Lip Tint Terbaik yang Cocok untuk Digunakan Sehari-hari