Eksklusif: Program Animasi Luar Negeri Lebih Banyak di Indonesia, Ryan Adriandhy: Bukan karena Mereka Lebih Bagus
Kira-kira apa yang membuat tayangan anak dari luar negeri lebih diminati?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di zaman serba modern ini, banyak sekali media bagi orangtua untuk membantu anak dalam belajar di masa-masa tumbuh kembangnya. Salah satunya adalah dalam bentuk tayangan atau program kartun yang banyak ditemui di streaming platform atau televisi.
Tayangan anak yang masuk ke Indonesia bukan hanya asli produksi lokal saja, tetapi juga ada yang berasal dari luar negeri. Dari situ, justru membuat banyak orangtua di Indonesia lebih tertarik mendidik anak mereka lewat tayangan luar negeri.
Lantas, apa yang menyebabkan hal tersebut? Apakah ada kaitannya dengan minimnya tayangan anak yang diproduksi langsung dari dalam negeri?
Yuk, simak ulasan selengkapnya dalam wawancara Popmama.com bersama Ryan Adriandhy dari DOMIKADO.
1. Alasan banyak orangtua lebih memilih tayangan luar negeri untuk anak
Di zaman sekarang, banyak tontonan anak-anak yang ditayangkan di Indonesia berasal dari luar negeri. Bukan tanpa alasan, hal ini bisa terjadi karena minimnya konten lokal yang berkaitan dengan anak.
“Volume tontonan anak di Indonesia itu kalah sekali dibanding dengan luar negeri. Mereka juga mempunyai konten yang sangat banyak dan beragam. Bahkan, jenisnya pun berbeda-beda mulai dari usia dini, pra-remaja, hingga remaja. Format konten anak di luar negeri juga sangat banyak, begitu pula dengan jumlahnya,” kata Ryan Adriandhy secara eksklusif di Popcast Popmama Talk.
Tak heran, hal tersebut membuat banyak orangtua di Indonesia mencari animasi atau tontonan anak dari luar negeri untuk bahan rekreasi sekaligus edukasi pada si Kecil.
Namun, pilihan tersebut juga bukan berarti menggambarkan tayangan anak di luar negeri jauh lebih baik dibanding milik Indonesia.
“Sebenernya, nggak heran saat mencari akses, yang paling mudah didapatkan orangtua adalah konten anak dari luar negeri, karena memang paling banyak. Kalau kita bilang apakah kualitasnya jauh lebih baik? Nggak juga. Kita bisa buat yang sama bagusnya, hanya saja jumlahnya perlu ditingkatkan,” lanjutnya.
2. DOMIKADO menjadi penanda bahwa anak-anak Indonesia layak untuk mendapat tontonan berkualitas
Saking minimnya tayangan anak di Indonesia, jumlahnya pun tidak mencapai 1 persen. Padahal di lain sisi, anak Indonesia masih sangat membutuhkan tayangan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikannya ilmu baru di masa tumbuh kembangnya.
Hal itulah yang mendasari Ryan untuk semakin yakin untuk membuat sebuah tayangan yang berkualitas dan dibuat dengan penuh perhatian, baik dari segi cerita, karakter, hingga lagu-lagu yang menjadi pengiring selama alur cerita berlangsung.
“DOMIKADO itu salah satu yang pengen kita sampaikan juga bahwa anak-anak itu berhak punya tontonan yang dibuat dengan penuh perhatian oleh orang dewasa. Yang dipikirkan dari segi produksinya, segi cerita, segi karakter, dari segi message yang ingin disampaikan,” jelas Ryan Adriandhy.
3. Pembuatan konten DOMIKADO melewati proses yang tidak sederhana
Walaupun diperuntukkan khusus untuk anak, bukan berarti produksian yang dilakukan DOMIKADO berjalan dengan lancar atau bahkan bisa disepelekan begitu saja.
Bahkan, ada beberapa orang dewasa yang mengklaim bahwa tontonan anak hanya diperuntukkan untuk anak kecil saja, padahal tidak demikian.
“Aku nggak akan bohong sih kadang-kadang banyak orang umum yang berpikir hanya karena itu konten untuk anak-anak, dibikinnya bisa gampang aja,” kata Ryan Adriandhy.
“Kadang ada juga komentar misalnya orang dewasa nonton sebuah sebuah tontonan buat anak, ternyata bagus dan menyenangkan, tapi buat anak-anak, padahal gak seperti itu. Karena siapa lagi yang bisa bikin konten berkualitas untuk anak kalau bukan orang dewasa yang peduli?” lanjutnya.
4. Program anak yang ditayangkan terjadwal di TV bisa jadi ajang untuk quality time
Mungkin sebagian dari Mama pernah melewati fase di mana televisi di Indonesia menghadirkan jam-jam tertentu yang khusus menayangkan program kartun untuk anak. Biasanya, program tersebut banyak ditayangkan pagi hari di hari libur.
Sayangnya, kini hal tersebut perlahan mulai hilang. Bahkan, sejumlah stasiun televisi nyaris sudah tidak menayangkan tontonan khusus untuk anak.
“Menurut aku kalau TV punya slot khusus untuk program anak dan keluarga itu bisa bagus banget, karena itu bisa juga jadi ajang quality time keluarga. Jadi, kita bisa nentuin buat Sabtu sore atau Minggu pagi keluarga bisa duduk dan menonton hal-hal yang baik,” ujar Ryan Adriandhy.
5. Di zaman sekarang, keluarga lebih bebas untuk menentukan jam menonton
Tak bisa dipungkiri, di zaman serba digital ini lebih banyak orangtua yang memilih streaming platform untuk memberikan tontonan bagi anak. Selain karena mudah diakses, tayangan tersebut juga mudah ditentukan kapan dan di mana mereka ingin menontonnya.
Sehingga, waktu quality time menonton bersama anak pun bisa lebih terjadwal. Orangtua juga bisa lebih menentukan durasi menonton si Kecil.
“Karena di TV sekarang sudah jarang program anak yang terjadwal seperti dulu, itu bisa kita lakukan sendiri dari keluarga. Misalnya menerapkan sekian jam per minggu untuk menonton bersama keluarga,” pungkas Ryan Adriandhy.
Nah, jadi itu dia pembahasan mengapa lebih banyak orangtua yang lebih memilih tontonan anak dari luar negeri. Rupanya, negara kita masih sangat kekurangan tayangan anak yang mendidik.
Untuk wawancara selengkapnya Popmama.com dengan DOMIKADO bisa tonton di sini:
Bacajuga:
- Eksklusif: Jumlah Tontonan Anak di Indonesia Masih Sangat Sedikit, DOMIKADO Lakukan Hal Ini
- Eksklusif: Kenalan dengan Astrobek dari DOMIKADO, Si Bebek yang Pintar
- Podcast Popmama Talk: Ryan Adriandhy DOMIKADO