Eksklusif: Psikolog Ungkap 3 Cara Jelaskan Berita Kerusuhan pada Anak
Ketahui cara mencegah dan mengatasinya secara langsung dari Psikolog Vera Itabiliana
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarak pesta demokrasi yang telah dilakukan pada bulan lalu, tepatnya pada 17 April 2019 kini menjadi kelabu untuk sebagian masyarakat.
Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pemenang Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada Selasa (21/5) kemarin, kini beberapa pihak masih menyangka bawa ada kecurangan yang terjadi pada perhitungan suara.
Dengan begitu, beberapa pihak tersebut memilih untuk melakukan demonstrasi untuk menolak hasil perhitungan suara hingga berujung ricuh.
Terhitung hingga hari ini, berita-berita terkait kerusuhan 22 Mei telah tersebar luas, baik di media cetak maupun media online.
Hal tersebut pun pastinya tak luput dari perhatian anak-anak di bawah umur.
Akses media sosial yang sangat cepat memungkinkan mereka untuk tahu lebih banyak mengenai kerusuhan yang terjadi saat ini.
Sebagai orangtua, apa yang harus dilakukan untuk mencegah anak mencontoh atau terprovokasi dengan berita yang ada?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim Popmama.com telah mewawancarai Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi terkait kasus kerusuhan 22 Mei.
Berikut penjelasan lengkapnya.
Tiga Cara Orangtua Jelaskan Berita Kerusuhan pada Anak
Seperti yang kita ketahui, saat ini berita-berita kerusuhan dapat dengan mudah tersebar luas di media sosial.
Dengan begitu, anak-anak pun kini dapat dengan mudah mengakses berita-berita tersebut.
Nah, untuk mencegah anak mencontoh tindak kekerasan yang ia lihat di media, bagaimana cara yang tepat bagi orangtua untuk menjelaskannya?
Menurut Vera ada 3 cara yang dapat orangtua lakukan. Berikut diantaranya:
1. Hindarkan anak dari berita-berita tersebut
Pertama, sebisa mungkin hindarkan anak dari berita-berita tersebut. Namun jika sudah terlanjur, jangan ragu untuk menjelaskan pada anak tentang apa yang terjadi saat ini.
Anak usia 10-12 tahun mungkin sudah mulai dapat memahami meski belum maksimal tentang konsep asbtrak seperti perbedaan pendapat, sportivitas dalam kompetisi, penghasutan, provokator dan sebagainya sehingga lebih mudah untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Namun kembali lagi, semuanya tergantung dengan tingkat kemampuan intelektual anak.
2. Jelaskan tanpa memancing emosi
Kedua, Mama dan Papa juga harus menjelaskan kasus tersebut pada anak tanpa memancing emosi.
Misalnya membuat anak menjadi cemas atau takut akan terjadi hal-hal buruk.
Jadi, penjelasan perlu disertakan dengan menerangkan tentang usaha-usaha yang sedang dilakukan aparat untuk menjaga keamanan.
3. Jelaskan pilihan lain yang lebih baik
Terakhir, sampaikan juga pada anak bahwa kerusuhan atau tindakan anarkis bukanlah jalan yang tepat untuk menyampaikan pendapat atau memperjuangkan sesuatu, bahas kerugian apa saja yang ditimbulkan pada kerusuhan tersebut.
Tuturkan padanya bahwa masih ada cara lain yang lebih elegan dan cerdas yang bisa ditempuh.
Penjelasan ini sangat penting untuk dilakukan agar anak tidak menyerap nilai-nilai yang salah dan tidak meniru perbuatan yang tidak baik.
Fakta: Banyak Pendemo adalah Anak Remaja
Dari foto-foto yang tersebar tadi malam (22/5), beberapa simpatisan adalah anak-anak remaja yang seharusnya tidak turut andil dalam masalah seperti ini.
Lantas, sebagai orangtua, bagaimana cara yang tepat mengatasi kelakuan mereka?
Menurut Vera, lagi-lagi orangtua harus mengusahakan untuk tidak melibatkan anak dalam kasus ini.
Bahkan jika perlu, lebih baik anak tidak diperbolehkan menonton berita terkait hal tersebut, karena ini bukanlah isu untuk usia anak remaja.
Perlu orang dewasa yang bijak untuk sadar bahwa tidak sepantasnya anak-anak diikutsertakan dalam demo dan sangat disayangkan jika ada orang dewasa yang tega merampas hak anak dan memaksakan anak masuk ke dalam dunia orang dewasa.
Jelaskan juga pada anak bahwa seharusnya mereka tidak boleh ikut demo seperti itu karena berbahaya baik untuk keselamatan fisiknya maupun mentalnya.
Diskusikanlah dengan anak cara-cara lain yang bisa dilakukan selain berdemo, apalagi demo yang berujung ricuh.
Nah, itulah ketiga cara tepat yang dapat orangtua lakukan untuk menjelaskan berita kerusuhan pada anak.
Semoga bermanfaat!
Baca juga:
- 6 Fakta Mengapa ABG Melakukan Kekerasan
- Eksklusif: Gisel Tegaskan, Sangat Menentang Kekerasan pada Anak
- Menteri Yohana Menitikan Air Mata Saat Bertemu Anak Pelaku Kekerasan