Anak 7 Tahun Meninggal Diduga Hepatitis Akut Usai Diajak ke Luar Kota
Hati-hati kebersihan udara, penularan hepatitis akut pada anak bisa cepat terjadi melalui droplet
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hari raya Idulfitri telah usai. Berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini ritual saling berkunjung ke rumah keluarga dan kolega banyak dilakukan.
Pandemi Covid-19 dirasa sudah mereda. Namun, seorang anak perempuan berusia 7 tahun di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur, meninggal dunia diduga terserang virus hepatitis akut. Kondisi pasti belum diketahui apa penyebabnya.
Untuk mengetahui secara pasti, Dinas Kesehatan Tulungagung Jawa Timur mengirim sampel pemeriksaan feses hingga darah korban untuk diuji laboratorium di Kementerian Kesehatan.
Korban meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Iskak Tulungagung pada hari Jumat (6/5/2022).
Berikut Popmama.com telah merangkum berita selengkapnya mengenai anak 7 tahun meninggal diduga hepatitis akut di Tulungagung.
1. Kronologi sebelum sang anak meninggal dunia
Anak tersebut diterima pada hari Jumat pagi dalam keadaan tak sadarkan diri Menurut pihak RSUD dr. Iskak.
Kondisinya sudah memburuk, lemah dan tidak sadarkan diri. Hingga akhirnya pada Jumat (9/5/2022) sore, anak 7 tahun tersebut meninggal dunia.
“Ketika diterima di Rumah Sakit, kondisi buruk, mendekati koma,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung dr. Kasil Rokhmat di sela kegiatan halalbihalal di Puskesmas Sumbergempol Tulungagung, Senin (9/5/2022).
2. Diduga hepatitis akut
Anak tersebut sempat mengalami sakit beberapa hari sebelum dirujuk di RSUD dr. Iskak Tulungagung.
Adapun gejala yang dialami menyerupai serangan virus hepatitis. Sejak bulan April lalu memang telah dikabarkan bahwa hepatitis akut memang mulai mewabah di beberapa negara dan menyerang anak-anak.
Gejala yang dialami antara lain tubuhnya menguning, mual, disertai diare dan demam.
“Pasien memiliki tanda kekuningan pada kulit, mata yang mengindikasikan hepatitis,” terang dr. Kasil Rokhmat.
Anak tersebut juga sempat melakukan perjalanan ke luar kota pada hari pertama Idulfitri Senin (2/5/2022).
Selanjutnya korban merasa mual, muntah, sakit perut, dan demam. Mengetahui anaknya sakit, orangtua memberinya obat penurun panas.
“Pasien sakit selama lima hari, pas Lebaran pertama korban mengalami sakit dan dikasih parasetamol,” ujar dr. Kasil Rokhmat, namun setibanya di rumah korban kembali sakit.
Sempat dibawa berobat ke spesialis dokter anak di Tulungagung Jawa Timur dan muntahnya berkurang, tetapi ia mengalami gelisah. Selanjutnya sang anak dibawa berobat ke salah satu rumah sakit swasta di Tulungagung, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD dr. Iskak Tulungagung. Ketika diterima di RSUD dr Iskak, kondisi kesadarannya telah memburuk.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sementara, tidak ditemukan jenis virus hepatitis yang menyerang anak tersebut. Untuk memastikannya, pihak dinas Kesehatan Tulungagung mengirim sampel berupa darah dan feses korban ke Surabaya untuk dilakukan uji laboratorium.
“Belum diketahui secara pasti penyebabnya, dan sejumah sampel sudah kami kirim ke Surabaya,” ujar dr. Kasil.
3. Tunda ajak anak makan di luar dan perjalanan ke luar kota
Seperti yang telah diimbau oleh Kemenkes pada orangtua untuk memerhatikan kesehatan anak terkait adanya penularan hepatitis akut.
Kemenkes meminta para orangtua memberikan makan-makanan yang bersih dan matang pada anak-anak agar terhindar dari hepatitis akut serta mengurangi makan-makanan di luar rumah.
Alangkah baiknya, mengonsumsi makanan yang dibuat sendiri di rumah dan perhatikan pula kebersihan peralatan makan yang digunakan untuk menyantap makanan oleh keluarga di rumah agar lebih higienis.
Tunda dulu mengajak anak-anak bepergian ke luar kota atau melakukan perjalanan jauh jika tidak ada kebutuhan mendesak.
Dr Nancy Tan dari Klinik Bayi dan Anak SBCC di Mount Elizabeth Novena, Singapura, mengatakan bahwa orangtua harus waspada dan tahu tentang apa yang mesti diperhatikan, namun tak perlu "terlalu khawatir" karena jumlah kasusnya tidak tinggi.
Meski demikian, telah tercatat ada empat kematian, termasuk tiga yang dilaporkan di Indonesia dalam wabah global dan 17 kasus memerlukan transplantasi, Dr Ang Ai Tin, Konsultan Dokter Anak di Thomson Pediatric Centre ini berpendapat kasus hepatitis akut sebaiknya "menjadi perhatian".
Dr Tan menyebut, gejala hepatitis akut pada anak-anak yang kini belum diketahui penyebabnya itu tidak spesifik. Menurutnya, gejala hepatitis akut pada anak bisa berupa sakit perut, diare, dan muntah.
4. Waspada penularan hepatitis akut pada anak melalui droplet
Dr Chan Si Min, kepala departemen penyakit menular pediatrik di Institut Medis Anak Universitas Nasional Khoo Teck Puat, Singapura mencatat bahwa kasus hepatitis akut yang saat ini sedang diselidiki terutama menyerang anak-anak muda yang sehat di bawah 10 tahun.
Dr Chan menambahkan bahwa adenovirus menyebar melalui droplet atau sekresi pernapasan.
Adenovirus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, tinja, atau permukaan yang terkontaminasi lho, Ma.
Karena anak-anak rentan tertular penyakit, maka perlu berhati-hati ketika membawa anak bepergian. Perhatikan kembali kebersihan anak dan rajinlah membiasakan cuci tangan pakai sabun.
Itulah berita mengenai anak 7 tahun meninggal diduga karena hepatitis akut di Tulungagung. Mama juga perlu lebih memahami penyebab dan cara mencegah penularan hepatitis akut pada anak.
Baca juga:
- IDAI: 6 Cara Mencegah Hepatitis Akut pada Anak
- Tunda Lakukan 6 Hal Ini agar Terhindar dari Hepatitis Akut Misterius
- Kemenkes Minta Semua Pihak Waspada Penyebaran Hepatitis Akut