Bagaimana Menentukan Tindakan Anak yang Pantas Dihukum atau Tidak?
Nyatanya, tak semua tindakan anak yang tampak 'berbeda' itu layak dijatuhi hukuman lho, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi para orangtua, menghukum anak adalah suatu hal yang terasa memberatkan. Seringkali terjadi pertentangan di batin orangtua, "Apakah sudah tepat perlakuanku terhadap anakku?" saat menjatuhkan hukuman pada anak. Tetapi, di satu sisi, jika anak tidak dihukum atas perbuatannya yang melanggar peraturan, ia tidak akan belajar soal tanggungjawab, risiko, dan nilai-nilai kehidupan lain yang berguna untuknya di masa depan.
Namun, banyak sahabat Popmama.com yang mengeluhkan, perilaku anak yang seperti apa yang sebetulnya layak dan tidak mendapatkan hukuman? Jangan-jangan, hukuman justru membuatnya tak berani mengembangkan dan mengekspresikan dirinya?
Pertanyaan #1: "Apakah Hal itu Menimbulkan Bahaya?"
Apakah tindakan anak dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain atau untuk lingkungan? Atau apakah anak akan terluka, merusakkan benda-benda di sekitarnya yang berdampak kerugian terhadap kepemilikan orang lain? Jika ya, tandanya ada bahaya yang benar-benar nyata. Jangan menunda menegur dan bertindaklah, Ma!
Pertanyaan #2: "Apakah Perilakunya Akan Berdampak Jangka Panjang?"
Jika pertanyaan pertama terjawab dengan jawaban 'tidak', selanjutnya tanyakan ke diri Mama sendiri, 'Apa dampaknya kalau perilakunya ini dibiarkan saja terhadap kehidupannya 10-20 tahun ke depan?'. Misalnya: kemarahan yang agresif, berbohong, suka memukul, dan sebagainya.
Jika Mama merasa perilakunya ini akan berdampak di masa depan, maka Mama harus turun tangan setiap kali akan berperilaku seperti itu. Sebaliknya, jika 'tidak', Mama boleh membiarkan anak berlalu begitu saja.
Memahami Perbedaan Level Perilaku
Jika seorang anak selalu memukul orangtua kala ia merasa frustrasi. Apakah perilaku ini berbahaya? Tidak, bagi orangtuanya pukulan si Anak tidak menyakitkan. Jika perilaku ini dibiarkan hingga si Anak berusia 15 tahun nanti, jawabannya tentu akan berbeda.
Hukuman untuk kasus ini bertujuan untuk mengajarkannya tentang menghargai orang lain. Orangtua harus turun tangan setiap kali ia akan atau sudah memukul orang lain karena tindakan ini tidak dapat diterima.
Bukan sekadar menghukum dengan memberikan time-out pada anak. Tetapi orangtua juga harus membantu anak mengutarakan apa yang dirasakannya lewat kata-kata, "Mama tahu kamu tidak suka harus pergi ke sekolah sekarang, tetapi jangan memukul Mama karena itu sakit rasanya." Anak pun harus belajar memperbaiki sikap tubuhnya untuk memperbaiki perilakunya.
Kasus lainnya, jika si Anak ingin pergi ke mall dengan pilihan bajunya sendiri. Kaos kaki warna merah, rok polkadot kuning dengan atasan salur warna hijau. "Apakah hal ini akan memengaruhi dirinya 10-20 tahun ke depan?" Jawabannya, tidak.
Mungkin bagi orangtua, kombinasi warna dan pola pilihan baju anak tidak tepat dan akan menimbulkan penghakiman dari orang lain yang melihatnya. Tetapi, anak seharusnya tak perlu dihukum karena hal ini. Jika ia dihukum, maka yang ada dalam pikirannya adalah orangtua lebih peduli terhadap pandangan orang lain, ketimbang ia sebagai seorang anak.
Tetapi, hal ini akan berbeda jika si Anak sudah berusia 12 tahun dan memilih menggunakan baju crop-top dan celana pendek bepergian sehari-hari. Hal ini bisa mengundang bahaya walaupun kebebasan berpakaian merupakan hak tiap orang. Selain itu, sejak usia yang masih belia anak perlu belajar tentang menghargai diri sendiri.
Menerapkan Nilai, Kebebasan dan Kemandirian
Ketika sebagai orangtua kita bisa memilah-milah mana tindakan yang pantas atau tidak perlu mendapatkan hukuman, kita memenuhi kebutuhan anak tentang nilai kebebasan dan kemandirian yang bertanggungjawab.
Seorang Mama bercerita pada motheroflife.com, untuk menghindari pertengkaran dengan putrinya di pagi hari tentang pakaian yang ingin dikenakannya, ia membiarkan putrinya mengenakan apapun yang diinginkannya. Tetapi, ia akan menyematkan tag bertuliskan, "Hari ini, saya memilih pakaian saya sendiri."
Keputusan ini membuat putrinya bahagia karena merasa mendapatkan kebebasan sesuai keinginannya, sementara sang ibu selamat dari penilaian orang dewasa lainnya. Disadari atau tidak, penilaian-penilaian orang dewasa seperti ini bisa menghentikan anak kita dari pengalaman-pengalaman hebat.
Intinya, jawaban dari dua pertanyaan di atas menjawab banyak tentang nilai yang ingin Mama ajarkan pada anak sebagai bekal hidupnya kelak.
Apakah pertimbangan Mama kala dihadapkan pada situasi sulit seperti ini? Yuk berbagi pengalaman di kolom komentar berikut ini.
Baca Juga:
- Tak Pernah Menghukum, Begini Cara Unik Zee Zee Shahab Mendidik Anak!
- 3 Jenis Hukuman Terburuk yang Diberikan Orangtua, Jangan Dilakukan Ya
- 5 Cara Mengatasi Kebiasaan Anak Gigit Kuku, Jangan Dihukum Ya, Ma!