Kebiasaan Mencabuti Kulit, Waspada Dermatillomania pada Anak
Gangguan ini juga sering disebut dengan skin picking atau eksoriasi
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap anak punya kebiasaan uniknya yang membuatnya berbeda satu sama lain. Kebiasaan unik ini terkadang memberikan rasa tenang saat anak sedang gelisah, misalnya menggesek-gesekkan kaki atau meremas tangan.
Namun, ada kebiasaan anak yang perlu mendapat perhatian khusus walau tindakannya mungkin terlihat sepele yaitu skin picking alias mencabuti kulit dari tubuhnya.
Gangguan ini disebut dengan dermatillomania.
Berikut ini Popmama.com merangkum hal-hal yang penting diketahui orangtua seputar gangguan skin picking atau dermatillomania, dilansir dari MomJunction:
1. Apa itu dermatillomania?
Dermatillomania adalah gangguan yang ditandai dengan kebiasaan mencabut, menguliti atau menggaruk kulit secara berulang, di bagian tubuh mana pun.
Gangguan yang juga dikenal sebagai eksoriasi ini membuat penderitanya mengalami lesi pada kulit dan secara signifikan mengganggu kehidupannya. Dermatillomania bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan juga terkait dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Kondisi ini lebih sering terjadi pada remaja, tetapi anak-anak di bawah usia 10 tahun juga cukup sering melakukannya.
2. Gejala dermatillomania pada anak
Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima (DSM-5), tanda dan gejala dermatillomania pada anak-anak ditunjukkan lewat perilaku:
- Menggaruk atau mencabuti kulit yang mengakibatkan lesi
- Tindakan menggaruk atau mencabuti kulit berulangkali
- Menggaruk atau mencabuti kulit yang tidak terkait dengan efek obat atau kondisi medis, seperti kudis
3. Penyebab dermatillomania pada anak
Penyebab pasti gangguan dermatillomania pada anak belum diketahui. Namun penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini lebih sering terjadi pada anak yang mengalami OCD, dan keluarga dekat yang mungkin secara genetik cenderung mengalami kondisi ini.
Depresi berat dan gangguan kecemasan adalah gangguan kejiwaan lain yang paling umum menyertai dermatillomania. Selain itu, anemia, uremia, atau penyakit hati juga dapat menyebabkan pemetikan kulit kompulsif.
Dalam beberapa kasus, peristiwa atau situasi stres tertentu dapat memicu episode dermatillomania pada anak-anak. Sebaliknya, beberapa anak mungkin menikmati perilaku mencabuti kulit ini karena mereka mengasosiasikannya dengan perasaan lega atau senang.
4. Efek dermatillomania pada anak
Efek dermatillomania pada anak beragam, mulai dari ringan hingga ekstrem. Beberapa anak mungkin mencabuti kulit dari koreng atau ruam yang dapat memperburuk luka dan menyebabkan pendarahan, memar, dan infeksi sekunder.
Dalam kasus yang parah, gatal dapat menyebabkan luka atau luka yang memerlukan rawat inap atau bahkan pembedahan.
Perilaku mencabuti kulit secara kompulsif juga dapat menyebabkan perubahan pada penampilan seseorang dan menyebabkan rasa malu. Remaja dengan kulit yang cacat secara permanen mungkin menggunakan pakaian yang menutupi luka mereka atau menggunakan riasan untuk menyembunyikan bekas luka mereka. Dalam beberapa kasus ekstrim, mereka mungkin mengisolasi diri dan menghindari situasi sosial.
5. Perawatan dermatillomania pada anak
Perawatan untuk gangguan pengelupasan kulit tergantung pada motivasi dan kesiapan anak untuk mengatasi masalah tersebut. Berikut ini beberapa tindakan perawatan yang dapat dilakukan:
1. Pencegahan tindakan impulsif
Menggunakan plester dapat membantu mencegah anak mengorek kulit sampai batas tertentu. Orangtua juga dapat menggunakan perban cair yang diolesi cat, yang dapat membantu mengalihkan perhatian anak ketika mereka merasa ingin mencabuti kulitnya. Meskipun pendekatan ini mungkin tidak membantu menghilangkan kebiasaan itu, hal itu dapat mencegah anak dari bertindak impulsif.
2. Terapi perilaku kognitif (CBT)
Terapi perilaku berfokus pada mengajari anak cara yang lebih efektif untuk mengatasi stres dan kecemasan yang dirasakannya, alih-alih mencabuti kulitnya.
3. NAC (N-asetil-sistin)
NAC adalah salep yang dijual bebas yang cukup efektid karena tidak memiliki efek samping.
4. Antidepresan
Jika kebiasaan menguliti dipicu oleh kecemasan dan depresi, inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), sejenis antidepresan, dapat secara efektif membantu mengelola kondisi tersebut.
5. Terapi penerimaan dan komitmen (ACT)
Terapi ini merupakan kombinasi dari teknik CBT dan mindfulness. Kegiatan ini berfokus pada penerimaan emosi, alih-alih menekannya atau beralih ke mekanisme koping seperti mencabuti kulit.
Terapi ini membantu melatih anak untuk menerima bahwa mereka mungkin mengalami emosi negatif, dan ketika mereka melakukannya, mereka tidak perlu melakukan kebiasaan merusak diri sendiri.
Dermatillomania adalah kebiasaan yang perlu diatasi sejak dini. Lebih mudah untuk mengobati gangguan ini pada anak-anak ketika mereka menyadari masalah ini dan bersedia menyelesaikannya.
Orangtua dapat mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika orangtua mencurigai anak memiliki kelainan kulit.
Baca juga:
- Kapankah Saatnya Membawa Anak Berkonsultasi ke Psikolog?
- 7 Efek Buruk Bersikap Kasar ke Anak, Bisa Bikin Gangguan Jiwa
- Deteksi Stres dan Kecemasan Anak selama Pandemi Melalui Perilakunya