Perhatikan! Ini Perbedaan Gejala ADHD Anak Laki-laki dan Perempuan
Gejala ADHD pada anak perempuan seringkali bias dengan karakter dan konsepsi masyarakat
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memerhatikan tumbuh-kembang anak secara jeli merupakan tugas besar orangtua dan para dokter anak. Seringkali gejala-gejala penyakit atau pun gangguan perilaku tidak terlihat kasat mata atau bias dengan kondisi lain. Tampak normal dan baik-baik saja, beberapa kondisi kesehatan dan perilaku anak nyatanya merupakan gejala awal yang perlu diperhatikan lebih lanjut.
Salah satu gangguan yang seringkali tak disadari gejalanya adalah ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Uniknya, gangguan perilaku ini menunjukkan gejala yang berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan. Seperti apakah gejalanya?
Berikut Popmama.com merangkum informasinya, dilansir dari cnn.com:
Mengenal ADHD
ADHD merupakan gangguan perilaku yang disebabkan adanya kelainan pada otak. Kondisi biologis ini menyebabkan perilaku anak tak terkontrol. Anak dengan ADHD terkesan sulit memusatkan perhatian terhadap satu hal karena mudah terdistraksi. Mereka pun senang bergerak ke sana kemari dan susah dikendalikan.
Kondisi ini banyak ditemukan setelah anak memasuki usia sekolah, di mana anak mulai harus memusatkan perhatian pada pelajaran di kelas.
Gejala ADHD pada Anak Laki-laki Lebih Terlihat Ketimbang Anak Perempuan
ADHD bisa termanifestasi berbeda antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Anak laki-laki yang menderita ADHD cenderung hiperaktif, susah duduk diam dan selalu ada yang mereka lakukan untuk menyibukkan diri.
Anak laki-laki lebih banyak menderita ADHD tiga kali lipat ketimbang anak perempuan di masa kanak-kanak. Mereka cenderung lebih hiperaktif dan melakukan tindakan-tindakan impulsif. Karena perilaku hiperaktif dan impulsif ini membuat kegaduhan di kelas, guru cenderung melihat anak laki-laki sebagai biang kerok masalah dan lebih memerhatikannya ketimbang anak perempuan.
Gejala ADHD pada Anak Perempuan
Masyarakat cenderung melihat dan membentuk konsep anak perempuan adalah penurut dan 'anak baik' sehingga seringkali kondisi anak perempuan yang hiperaktif terselubungi oleh konsep ini.
Tak seperti anak laki-laki, anak perempuan hiperaktif mungkin juga sulit diminta duduk diam di kelas. Tetapi biasanya mereka lebih banyak dilibatkan dalam tugas-tugas yang memiliki peran di kelas, misalnya membagikan buku. Hal ini membuat kecenderungan hiperaktif mereka dianggap tidak terlalu mengganggu seperti jika terjadi pada anak laki-laki.
Berikut beberapa gejala ADHD pada anak perempuan:
- Kesulitan menyelesaikan pekerjaan rumah karena mudah terdistraksi hal di sekitarnya.
- Menghabiskan banyak waktu untuk belajar tetapi hasilnya masih jauh tertinggal.
- Memiliki pemahaman membaca yang lemah. Dia bisa mendapatkan fakta dari sebuah teks tetapi kesulitan mengaitkan ide-ide yang telah dibacanya.
- Melewatkan detail instruksi tugas yang diberikan.
- Pelupa dalam hal meletakkan atau membawa barang yang diperlukan.
- Banyak bicara.
- Tidak mampu membaca kondisi sosial atau mengikuti percakapan. Akibatnya teman-teman sebayanya sering mengolok-oloknya.
- Punya banyak ide hebat dan ingin mewujudkannya, tetapi kesulitan menyelesaikan proyeknya.
- Suasana hati mudah berubah.
Apa Akibatnya Jika ADHD Tidak Tertangani Sejak Dini?
Meski tampaknya sebagai anak yang periang yang 'sedikit' ceroboh, sesungguhnya bagi para penderitanya ADHD ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. ADHD yang tidak terdiagnosis sejak dini mengakibatkan konsekuensi jangka panjang. Anak bisa terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penggunaan narkoba dan seks bebas.
Selain itu, ADHD di usia remaja dapat membuat akademis anak terganggu sehingga mereka tidak bisa berprestasi dan rendah diri karenanya. Yang tak kalah mengkhawatirkannya adalah anak-anak yang mengalami ADHD tanpa tertangani dengan baik sejak dini berisiko menderita masalah kesehatan mental. Banyak kasus perempuan dewasa yang terdiagnosis ADHD yang harus tergantung pada obat-obatan pengurang kecemasan dan depresi. Untuk itulah, diagnosis dini sangatlah vital.
Jika Mama melihat gejala-gejala ADHD pada anak, konsultasikan segera pada psikolog atau dokter anak yang terbiasa dengan masalah ini sehingga dapat memberikan penanganan dan terapi yang tepat.
Baca juga:
- 13 Tips dalam Mengasuh Anak Remaja dengan Kondisi ADHD
- 5 Kesalahan Asuh Sering Dilakukan Terhadap Anak ADHD
- 5 Daftar Makanan yang Membuat Gejala Anak ADHD Semakin Memburuk