Mengapa Anak Melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM)? Ini Alasannya
Kebayangkan, Ma gimana stresnya ketika si Kecil mulai melakukan GTM, kira-kira kenapa ya?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama sudah melewati fase di mana si Kecil sedang susah-susahnya makan? Pasti Mama pusing dan bingung dengan itu.
Apapun makanan yang Mama buatkan terkadang ditolak oleh si Kecil, dan ia segera melancarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM). GTM sendiri adalah penamaan yang diberikan oleh orangtua milenial karena si Anak menolak untuk makan dengan cara menutup mulutnya.
Sebagai Mama, pastinya tidak mau si Kecil sakit karena jarang makan. Asupan nutrisi untuk si Kecil pun dapat berkurang yang mengakibatkan berat badan pada anak susah bertambah.
Dalam fase GTM si Kecil akan menolak makanan yang akan diberikan oleh Mama. Bentuk penolakannya pun bermacam seperti ada anak yang menolaknya dengan cara tutup mulut sambil menangis, ada pula yang merapatkan mulutnya sambil lari-larian, menyebur-nyemburkan makanan serta ada yang melepehkan makanan yang sudah masuk di mulut.
Banyak sekali para Mama yang mengeluhkan fase ini. Kira-kira apa saja penyebab yang dapat mengakibatkan si Kecil mengalami GTM? Berikut uraiannya dari Popmama.com
1. Sakit
Jika anak mama merasa tidak enak badan, si Kecil kemungkinannya tidak akan makan dengan baik. Ini merupakan tanda pertama bahwa suatu penyakit datang meyerang si Kecil lho, Ma.
Dalam hal ini, pastikan Mama menjaga anak tetap terhidrasi, dan menawarkan makanan yang mudah dicerna seperti nasi putih, pisang, roti, biskuit, sup, dan susu hingga nafsu makannya kembali.
Cara mengatasinya yaitu Mama bisa tawarkan makanan sesering mungkin ketika ia sakit tetapi jangan memaksanya. Cairan yang paling penting, supaya ia tidak terdehidrasi. Jika Mama memperhatikan bahwa anak mama tidak tertarik makan dan bertingkah agak "tidak aktif", lelah luar biasa atau lesu, ini mungkin masalahnya.
Anak mama juga bisa mengalami masalah pencernaan (seperti sembelit atau asam lambung) yang bisa membuatnya tidak nyaman untuk makan. Jika Mama mencurigai bahwa ini masalahnya, lebih fokuslah pada serat-serat utuh seperti yang terkandung di buah-buahan dan sayuran.
Jauhkan dari makanan asam tinggi seperti tomat dan buah-buahan sitrus, dan makanan pedas. Jika masalah ini terus berlanjut, bicarakan dengan dokter atau ahli diet anak untuk bantuan lebih lanjut.
2. Trauma
Pernah tidak, Ma karena si Kecil susah sekali disuruh makan, Mama jadi memaksanya dengan mencekkokan makanan ke si Kecil? Ternyata dampak yang ditimbulkan luar biasa lho.
Si Kecil bisa mengalami trauma mendalam. Dengan memaksa si Kecil untuk melaksanakan makan, memori mereka akan mengingat perlakuan Mama kepadanya.
Ini menyebabkan si Kecil jadi tidak mau membuka mulutnya dan enggan menerima makanan.
3. Tidak lapar
Sekarang Mama mulai tahu bagaimana sifat-sifat si Kecil dan terkadang si Kecil tidak bisa dipaksakan untuk menuruti kehendak Mama.
Setelah usia dua tahun, pertumbuhan melambat dan stabil. Itu berarti balita tidak sama laparnya seperti dulu. Suatu hari si Kecil aktif dengan makanannya di meja dan melahap semua makanan namun, di hari selanjutnya ia terlihat tidak selera makan dan tidak mau makan sama sekali.
Selama Mama mempertahankan jadwal makan dan tetap dengan batas waktu makan, si Kecil harus bertanggung jawab atas apa dan berapa banyak dia makan.
Mungkin saja ia tidak lapar saat makanan disajikan dan itu tidak apa-apa. Coba untuk menerima "Aku tidak lapar" sebagai jawaban yang dapat ditoleransi dan ingatkan si Kecil "kata" dapur akan ditutup setelah makan. Maksudnya ia akan sulit mendapatkan makanan setelah jam makan selesai.
4. Bosan
Para orangtua banyak terjebak dalam "kebiasaan makan" yang sama berulang kali. Namun, Ma kebosanan si Kecil itu besar.
Banyak anak bosan setelah diberikan camilan atau makanan yang itu-itu saja dan parahnya orangtua tidak menyadari.
Mama bisa perhatikan ketika Mama membawa bekal atau memasak makanan yang sama berhari-hari. Makanan itu makin lama akan disisakan dengan banyak setiap harinya. Hal yang sama berulang-ulang bisa membawa dampak kebosanan meskipun si Kecil dulu sangat suka.
Mama bisa mengatasinya dengan cara menanyakan kenapa makanan yang dimasak tidak dihabiskan. Jika si Kecil bilang ia tidak suka lagi, maka hentikan memasak itu dan ganti menu lain yang lebih baru.
Mama bisa merotasi selama 3-4 hari dan mengganti menu camilan atau makanannya. Terkadang orang dewasa pun mengalami kebosanan pada makanan yang ia makan, apalagi dengan anak-anak. Ini biasanya merupakan tantangan yang mudah untuk diatasi.
5. Fokus terhadap sesuatu
Mengizinkan anak-anak menonton TV, main iPad, atau bermain dengan mainan di meja adalah resep untuk mengalihkan perhatian.
Gangguan gadget dapat berdampak negatif.
Ketika seorang anak menonton pertunjukkan atau bermain game di iPad sambil makan, ia memusatkan perhatian pada iPad itu. Dari perhatiannya pada acara yang ditontonnya atau permainan yang ia mainkan.Tidak ada perhatian yang tersisa untuk makan, apalagi mendengarkan perutnya, anak tidak menyadari kalau ia lapar.
Dengan layar di depan mereka, anak-anak dapat dengan mudah menolak makan dan makan sedikit atau terlalu banyak makan karena mereka tidak memperhatikan.
Anak-anak kecil memiliki waktu yang cukup sulit untuk fokus pada makanan mereka dengan sedikit gangguan apalagi jika ia dihadapkan pada gadget yang selalu ditatapnya.
Hal yang sama berlaku untuk mainan dan saat si Kecil bermain dengan kakaknya di meja.
Cara memperbaikinya yaitu tetapkan batasan yang sehat dengan tidak membiarkan gadget atau mainan di meja saat makan. Posisikan kursi anak-anak secara strategis sehingga mereka tidak dapat saling bercanda saat makan.
6. Kelelahan
Sangat mungkin bahwa balita atau anak kecil terlalu lelah untuk makan.
Setelah seharian bermain di penitipan anak, PAUD, taman kanak-kanak, dll. Beberapa anak tidak punya energi untuk membuka mulut dan menyuapinya dengan sendok.
Jika Mama mendapati bahwa si Kecil rewel, mudah menangis, menggosok matanya, atau menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tidak fokus karena mengantuk atau kelelahan. Mama bisa mengajak dia untuk mengisi perut mereka sebelum tidur sebaik mungkin, dengan perlakuan selembut mungkin, dan ingatkan mereka bahwa tidak ada makanan lagi sampai pagi.
Jika mereka tidak makan terlalu banyak, ketahuilah bahwa mereka akan makan lebih banyak saat jam makan berikutnya tiba, jadi tidak terlalu banyak yang perlu dikhawatirkan.
Jika Mama mendapati bahwa ia lelah secara terus menerus saat makan malam, itu mungkin berarti mereka membutuhkan tidur siang.
Mama bisa mempertimbangkan untuk memberi si Kecil makan malam lebih awal.
Hal yang perlu diketahui oleh Mama adalah biasanya karena sudah pusing dengan prilaku anak ini, Mama akan memberikan makanan selingan seperti biskuit, susu, memberikan makanan junkfood, ataupun memberikan vitamin penambah nafsu makan.
Jika Mama memberikan makanan selingan seperti susu, biskuit, dan junkfood, tentu si Kecil akan terbiasa dan akan meninggalkan makanan sehat yang Mama berikan.
Mereka tidak akan mau makanan sehat tersebut karena dia sudah terbiasa makan makanan itu saat mereka melancarkan GTM.
Sabar adalah kunci utama untuk menghadapi anak yang sedang mengalami fase GTM.
Para orangtua khusunya Mama harus siap mental ya untu melewati fase ini. Semangat, Ma!
Bacajuga:
- Mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Anak
- Ini Ma, Alasan Pentingnya Mengetahui Berat Badan Ideal Anak
- Faktor Psikologis Orangtua Bisa Sebabkan Berat Badan Anak Menurun