Anak Usia 2 Tahun Suka Memukul, Begini Cara Menghadapinya Ma
Meskipun wajar terjadi pada balita, tetapi Mama perlu mengatasi sikap agresif anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balita Mama mungkin merupakan anak yang agresif karena suka memukul atau menggigit orang lain. Namun, hal ini ternyata wajar terjadi pada si Kecil lho, Ma.
Perilaku agresif pada anak ini muncul karena keterampilan bahasa yang mulai berkembang, keinginan yang kuat untuk menjadi mandiri, dan kontrol impuls yang belum berkembang secara sempurna. Maka, anak cenderung berperilaku secara fisik.
Meskipun normal, perbuatan agresif yang tak menyenangkan bagi orang lain ini perlu Mama atasi. Dengan memberi pengertian bahwa memukul atau menggigit bukan lah perilaku yang baik. Sebaiknya, Mama juga perlu mengajarkan anak tentang cara mengemukakan perasaannya.
Untuk mempermudah Mama, berikut Popmama.com telah merangkum cara menghadapi anak yang suka memukul dan menggigit dikutip dari laman babycenter.
1. Tetap tenang
Sebaiknya, hindari untuk berteriak, memukul, atau memberi tahu si Kecil bahwa ia adalah orang jahat. Hal ini tidak akan membuatnya melakukan perubahan positif pada perilakunya.
Bahkan, bisa membuatnya lebih gusar dan memberinya contoh hal baru untuk dicoba. Jadi, tunjukkan lah sikap tenang dan sabar kepadanya. Beri tahu bahwa Mama bisa mengendalikan emosi. Sikap ini akan lebih efektif dalam membantu anak belajar mengendalikan emosi.
2. Tetapkan batas yang jelas
Sebaiknya, segera tanggapi kapan pun anak berperilaku agresif. Mama perlu menghentikan anak dari situasi agresif tersebut dalam waktu singkat.
Misalnya, dengan memberi konsekuensi selama satu atau dua menit jika anak memukul atau menggigit teman sebayanya saat bermain. Mama bisa memberi pengertian bahwa sikap agresif, seperti memukul atau menggigit teman tidak boleh dilakukan.
Hal ini akan memberikan waktu bagi anak untuk belajar sikap tenang dan setelah beberapa saat si Kecil mungkin akan menghubungkan perilaku dengan konsekuensi yang didapat. Serta mencari tahu bahwa jika dirinya memukul atau menggigit, akan berakhir mendapat hukuman.
3. Perkuat perilaku baik
Memperkuat perilaku baik antara Mama dengan si Kecil akan menumbuhkan perilaku positif pula karena anak pada usia ini cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang di sekitarnya.
Hindari, memberi perhatian hanya ketika anak bertingkah buruk, Ma. Coba lah untuk mengajarkan perilaku baik setiap saat.
Misalnya, saat anak meminta Mama untuk mendorong ayunan. Ajarkan anak bertanya pada teman sebayanya untuk bergantian dalam bermain.
Cara sederhana ini akan melatih anak untuk bersikap baik terhadap orang lain di lingkungannya. Jika anak berhasil menghindari pukulan dan gigitan selama bermain, jangan sungkan untuk memberikan pujian, Ma.
Kalimat sederhana, seperti "Wah, anak Mama pintar sekali mau bergantian saat bermain dengan yang lain," akan membuat anak termotivasi untuk terus berperilaku baik, lho.
4. Berikan konsekuensi yang logis
Jika anak Mama bermain di kolam bola sebuah pusat bermain dalam ruangan dan mulai melempar bola ke arah teman-teman lain, tanggapi segera dengan membawa anak keluar pusat bermain.
Ajak anak duduk bersama Mama dan ajak ia menonton anak-anak lain bermain. Beri penjelasan bahwa ia bisa kembali bermain dan bergabung dengan temannya, jika anak menghentikan sikap agresifnya.
Misalnya, dengan kalimat pengertian sederhana, "Kamu tidak boleh melempar bola ke arah teman-teman, ya. Memangnya kamu mau dilempari bola juga,"
Meskipun anak tidak memiliki kematangan kognitif untuk bisa membayangkan dirinya sebagai anak lain atau mengubah perilakunya berdasarkan alasan verbal. Namun, anak bisa memahami konsekuensinya.
5. Disiplin yang konsisten
Sebisa mungkin, Mama selalu menanggapi setiap perilaku agresif anak dengan cara yang sama. Baik ketika anak bermain di rumah atau di tempat umum.
Respons Mama yang dapat diprediksi ini akan menetapkan pola yang akhirnya bisa dipelajari dan diharapkan oleh anak. Akhirnya, si Kecil pun akan berpikir bahwa jika dirinya berkelakuan buruk, akan ada konsekuensi yang didapat.
6. Ajari alternatif
Saat anak balita Mama berperilaku agresif, tunggu lah hingga dirasa ia tenang. Setelah tenang, tinjau lah kembali apa yang terjadi.
Tanyakan pada anak apakah dirinya bisa menjelaskan apa yang memicu kemarahannya. Tekankan bahwa wajar untuk memiliki perasaan marah, tetapi tidak baik untuk menunjukkannya dengan memukul, menendang, atau menggigit.
Dorong si Kecil untuk menemukan cara merespons yang lebih efektif, seperti menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan dirinya atau meminta bantuan dari orang dewasa.
Ajari anak untuk meminta maaf setelah dirinya menyerang seseorang. Mesikpun permintaan maaf anak mungkin tidak tulus pada awalnya, tetapi pelajarannya akan meresap pada akhirnya.
7. Batasi waktu menonton TV
Beberapa tayangan kartun, permainan digital, atau media lain yang dirancang untuk anak-anak kecil dapat diisi dengan teriakan, ancaman, bahkan dorongan dan pukulan. Perilaku agresif pada TV ini mungkin akan memicu anak melakukan hal yang sama.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa waktu menonton TV yang berlebihan dapat berkontribusi pada masalah perilaku anak saat mereka tumbuh. Beberapa ahli pun khawatir bahwa penggunaan TV ini dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak-anak juga.
American Academy of Pediatrics menyarankan untuk tidak menonton TV dan layar lain (termasuk telepon, komputer, dan tablet) hingga anak-anak berusia setidaknya 18 bulan (kecuali untuk obrolan video singkat dengan orang dewasa).
Jika anak Mama setidaknya berusia 18 bulan, batasi waktu layarnya tidak lebih dari satu jam sehari, dan pilih media berkualitas tinggi, sesuai usia, terutama jika ia cenderung rentan terhadap perilaku agresif.
Dampingilah waktu menonton dan periksa anak saat dia bermain game atau lebih baik bermainlah dengannya. Diskusikan bagaimana cara yang lebih baik dalam menyelesaikan permainannya.
8. Biarkan anak tetap aktif
Perilaku agresif yang muncul dalam diri anak bisa jadi disebabkan oleh rasa terkekang, ketakutan, atau adanya emosi terpendam saat bermain. Jadi, biarkan lah anak tetap aktif untuk menyalurkan seluruh energi yang dimilikinya.
Jika si Kecil termasuk anak yang bersemangat tinggi, beri lah banyak waktu untuk bermain dan menjelajah hal-hal kegemarannya. Baik di dalam maupun luar ruangan. Namun, jangan lupa untuk tetap lakukan pengawasan ya, Ma.
9. Jangan ragu minta bantuan
Terkadang perilaku agresif seorang anak lebih dari yang bisa ditangani oleh orangtua. Bicaralah dengan dokter anak jika:
- Anak sangat agresif selama lebih dari beberapa minggu,
- Anak tampak menakuti atau membuat marah anak-anak lain,
- Anak menyerang orang dewasa,
- Upaya untuk mengekang perilakunya tidak banyak berpengaruh.
Dengan konsultasi dengan ahli, Mama dapat menentukan sumber masalah perilaku dan membantu anak untuk mengatasinya. Selain itu, Mama juga bisa mendapat bantuan dari konselor atau psikolog anak jika memang diperlukan.
Itu lah 9 cara menghadapi anak yang suka memukul. Cara di atas mungkin bisa membantu Mama dalam menghadapi anak balita dengan perilaku agresif. Tetap sabar dan semangat dalam mendidik si Kecil, ya.
Baca juga:
- Alasan dan Cara Membuat Balita Berhenti Menggigit Temannya
- 7 Cara Menghentikan Kebiasaan Berteriak pada Anak
- Anak Suka Menarik Rambutnya Sendiri? Cari Tahu Penyebabnya!