TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Epilepsi pada Anak dan Remaja, Simak Penjelasan Lengkapnya!

Epilepsi atau penyakit ayan banyak terjadi pada balita dan lansia, banyak faktor penyebabnya

royallifesaving.com.au

Pernah mendengar penyakit ayan? Ayan dalam dunia medis disebut epilepsi, yakni penyakit yang membuat seseorang mengalami kejang secara berulang-ulang. Kondisi ini karena adanya masalah pada sistem saraf (otak) yang terjadi sejak bayi atau masa anak-anak.

Pada kasus epilepsi, impuls listrik dihasilkan secara berlebihan ketika sel-sel saraf (neuron) berkomunikasi. Alhasil mengakibatkan gerakan tubuh atau perilaku yang tidak terkendali. 

Namun, anak yang mengalami kejang belum tentu mengidap epilepsi lho Ma. Si Kecil dapat baru divonis ayan jika kejang lebih dari dua kali yang tidak disertai dengan demam.

Penyakit ini tidak  memandang usia jadi bisa menyerang siapa saja. Mulai dari bayi, batita, balita, remaja, dewasa, hingga lansia. Gangguan kesehatan ini paling banyak adalah anak usia kurang dari dua tahun dan dewasa lebih dari 65 tahun. 

dr. Chairunnisa, SpN memberikan penjelasan lengkap mengenai epilepsi pada anak remaja. Paparan tersebut diunggah melalui akun Instagram @rumahsakitotak. Simak ulasan Popmama.com di bawah ini ya, Ma!

Perbedaan Epilepsi dengan Kejang

makatimed.net.ph

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa anak yang kejang belum tentu epilepsi. dr. Chairunnisa pun menuturkan perbedaan kondisi tersebut. Kejang adalah gejala yang timbul akibat abnormalitas aktivitas kelistrikan di otak. Epilepsi merupakan gangguan neurologis dimana seseorang mengalami dua atau lebih kejang tanpa sebab yang terjadi lebih dari 24 jam.

Dikutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, kejang pada epilepsi tidak mesti mengeluarkan busa. Parahnya gejala klinik berdasarkan area otak mana yang mengalami kerusakan dan yang menjadi fokus kejang.

Serangan kejang ini bisa berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaat (anak tampak bengong/seperti melamun), tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga.

Penyebab dan Faktor Risiko Epilepsi pada Anak

Freepik/sirichaiec2

Ada dua penyebab epilepsi, yaitu idiopatik dan simptomatik. Idiopatik adalah penyebabnya tidak diketahui. Sementara simptomatik merupakan pemicu epilepsi yang diketahui, yakni akibat masalah struktural di otak.

dr. Chairunnisa menuturkan beberapa penyebab epilepsi yang paling sering terjadi, antara lain:

  • Sclerosis hippocampus
  • Kerusakan struktur otak (akibat stroke, infeksi, trauma, dan lain-lain)
  • Genetik atau keturunan
  • Infeksi HIV, CMV (herpes), toxoplasma, TBC, dan sebagainya
  • Gangguan metabolik dan imunitas tubuh
  • Penyebab lain yang tidak diketahui (idiopatik)

Di samping itu, terdapat beberapa faktor risiko yang memperbesar potensi si Kecil dan Mama mengidap penyakit ayan. Kebiasaan buruk tersebut adalah:

  • Kelelahan,
  • Kurang tidur,
  • Begadang,
  • Periode menstruasi,
  • Stres,
  • Rokok dan alkohol,
  • Demam,
  • Infeksi,
  • Kilatan cahaya dan kebisingan,  dll.

Gejala-Gejala Epilepsi pada si Kecil

Freepik/photohobo

Lebih lanjut, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) mengungkapkan gejala-gejala seseorang pengidap epilepsi. Gelagat ini sebagai petunjuk bagi Mama dan Papa mengidentifikasi si Kecil apakah hanya sekadar mengalami kejang biasa atau terindikasi ayan. Berikut tanda-tanda penyakit ayan:

  • Cemas atau ketakutan
  • Kebiasaan mengecap-ngecap
  • Bengong (stareblankly)
  • Syncope
  • Kelojotan
  • Menggerak-gerakkan tangan
  • Deja vu
  • Epigastric discomfort
  • Alami kebas atau kesemutan serta kedutan di tangan dan kaki
  • Nyeri kepala kronik
  • Tubuh kaku
  • Atonic
  • Mengunyah
  • Bersuara tanpa tujuan
  • Tercium bau yang tidak wajar

Pemeriksaan dan Pengobatan Pasien Epilepsi

Pexels/Pixabay

Beberapa cara diagnosis yang umumnya digunakan untuk memastikan si Kecil benar mengidap penyakit ayan. Pertama, MRI dan CT Scan bertujuan melihat gambaran otak untuk mendeteksi kondisi yang abnormal.

Kedua, Electroencephalogram (EEG) merupakan pengecekan guna mengetahui apakah ada gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak. Kerusakan inilah yang mengakibatkan kejang.

Ketiga melakukan tes darah bertujuan mencari tahu kondisi genetik, infeksi, atau kondisi lain yang terkait dengan kejang. Diagnosis yang akurat perlu dilakukan guna menentukan pengobatan yang efektif.

Setidaknya ada empat jenis pengobatan yang bisa Mama pilih untuk menyembuhkan penyakit ayan pada anak, yaitu:

1. Obat-obatan

Biasanya ditujukan bukan hanya untuk menyembuhkan tetapi mengontrol gejala yang timbul. Beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk mengatasi epilepsi pada anak adalah phenytoin, carbamazepin, valproate, valproic acid, ethosuximide, topiramate, gabapentin, oxcarbazepine, zonisamide, lamotrigine, dan felbamate.

2. Pembedahan Otak

Cara ini dipilih ketika terapi obat tidak mampu mengontrol gejala yang muncul. Alhasil, dokter akan menyarankan pasien melakukan bedah otak sebagai opsi mengobati epilepsi. Operasi bertujuan mengangkat bagian otak yang menyebabkan kejang. Dikutip Mayo Clinic, ada tiga jenis bedah epilepsi meliputi resective surgery, corpus callosotomy, dan hemispherectomy.

3. Vagus Nerve Stimulation (VNS)

VNSmerupakan pemasangan alat listrik di bawah kulit dada pasien epilepsi. Pada perangkat tersebut terdapat kabel yang terhubung ke saraf leher (saraf vagus). Cara ini dapat membantu mengendalikan kejang dengan mengubah sinyal listrik di otak.

4. Diet ketogenik

Diet ketogenik adalah pembatasan makanan yang tinggi lemak serta rendah karbohidrat dan protein. Pengobatan ini lebih direkomendasikan untuk anak-anak dengan kejang yang tidak bisa terkontrol hanya dengan obat-obatan. Jika Mama memilih cara ini maka harus di bawah pengawasan dokter atau spesialis ahli gizi ya.

Tindakan yang Dilakukan saat Melihat Orang Kejang

mcleodhealth.org

Sebagian orang awam akan merasa takut ketika pengidap penyakit ayan sedang kambuh. Lantaran kejang dapat terjadi kapan dan di mana saja. dr. Chairunnisa membagikan trik untuk menghadapi atau melihat orang yang sedang kejang sebagai berikut:

  • Jangan panik.
  • Observasi atau mencari tahu penyebab kejang.
  • Jangan memasukkan ke dalam mulut penderita.
  • Segera mencari pertolongan. Kamu bisa menghubungi ambulans atau rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian.
  • Posisikan tubuh miring (recovery position) jika kejang sudah selesai.
  • Jangan tinggalkan penderita sendirian. Temani kejang berakhir dan penderita benar-benar sadar sepenuhnya.

Itulah informasi seputar epilepsi pada anak yang perlu kita tahu bersama. Pendeteksian sedini mungkin harus dilakukan agar segera diberikan penanganan yang tepat. Sehingga penyakit ayan ini tidak berkembang jadi lebih ganas dan sulit terkontrol.

Baca Juga:

The Latest