9 Fakta Kasus Viral Bayi Obesitas di Bekasi, Menkes Ikut Turun Tangan
Viral bayi obesitas di Bekasi berusia 16 bulan memiliki berat 27 kg, ini fakta-faktanya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa hari ke belakang, muncul berita viral yang menyangkut anak-anak. Kabar tersebut adalah kisah Muhammad Kenzie Alfaro, bayi viral di Bekasi karena mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sebenarnya, kabar mengenai bayi umur 1 tahun 4 bulan ini sudah mencuat dan jadi sorotan warganet sejak seminggu yang lalu.
Saat itu, berat Kenzie baru mencapai 25 kilogram tetapi sekarang bobotnya sudah mencapai 27 kilogram.Kondisi bayi viral ini memang jauh di atas normal. Lantaran bobot ideal anak usia 1 tahun adalah 7-11,5 kg. Sementara, berat badan yang dimiliki Kenzie adalah bobot ideal untuk anak-anak berumur 8-9 tahun.
Vitalnya berita terkait bayi obesitas di Bekasi ini mengakibatkan beberapa pihak angkat bicara. Mulai dari pihak orangtua, pengurus posyandu tempat tinggal bocah, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, hingga Menteri Kesehatan (Menkes). Popmama.com merangkum 9 fakta kasus viral bayi obesitas di Bekasi. Yuk simak ulasan lengkapnya!
1. Bayi viral di Bekasi ini lahir dengan bobot 4 kilogram, usia 6 bulan beratnya mencapai 15 kg
Muhammad Kenzie Alfaro, bayi obesitas di Bekasi ini menyita perhatian netizen karena unggahan video di salah satu akun TikTok. Saat lahir, bayi viral ini memiliki berat badan 4 kg. Dikutip dari Medical News Today, Berat normal rata-rata bayi yang lahir pada usia 37-40 minggu adalah sekitar 2,5-4 kg. Jadi, dapat sebenarnya berat badan Kenzie saat lahir masih tergolong normal.
Tubuh Kenzie mulai menunjukkan tanda-tanda obesitas ketika memasuki usia 6 bulan. Dari pernyataan sang Mama, bobot si Kecil mencapai 15 kg atau hampir dua kali lipat bobot ideal anak laki-laki sebayanya. Dimana berat ideal bayi laki-laki usia 6 bulan adalah 7,9 kg dan 7,6 kg untuk bayi perempuan.
Sebenarnya sang Mama sudah menyadari tanda-tanda anaknya mengalami obesitas. Pasalnya, orangtua dari Kenzie merasa bahwa anaknya semakin besar. Setiap jadwal menimbang, berta Kenzie bertambah naik tak wajar. Beberapa tetangga kerap mewanti-wanti agar berhati-hati anaknya mengidap obesitas.
2. Kenzie tak sempat minum ASI karena sang Mama menderita batu empedu
Pitriah sebagai Mama dari bayi viral ini juga menuturkan tidak bisa memberikan Air Susu Ibu (ASI) sejak si Kecil lahir. Hal ini karena ia menderita penyakit batu empedu yang mengakibatkan ASI-nya tidak bisa keluar. Alhasil, Kenzie pun harus mendapatkan asupan dari sumber lain, yaitu air putih.
Keterbatasan ekonomi membuat Pitriah dan suami hanya mampu memberikan bubur kering kemasan (bubur fortifikasi) dan susu kental manis (SKM) saja. Pitriah sadar asupan tersebut tidak baik untuk anaknya yang berusia kurang dari lima tahun. Namun, apa hendak dikata karena sang Suami hanya bekerja serabutan dengan penghasilan Rp 50 ribu per hari.
Uang tersebut juga harus memenuhi kebutuhan lainnya. Selain Kenzie, Pitriah dan suami memiliki dua anak yang sedang bersekolah. Satu di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan satu lagi di bangku Taman Kanak-Kanak (TK).
3. Mengonsumsi susu kental manis sehari empat kali
Sumber asupan bayi viral ini adalah air putih dan susu kental manis (SKM). Pitriah menjelaskan anaknya mengonsumsi SKM setelah makan bubur. Ia juga mengaku bahwa si Kecil bisa minum susu hingga empat kali sehari.
Saat memasuki usia MPASI (Masa Pendamping ASI), orangtua Kenzie memberikan bubur fortifikasi. Hanya itulah yang bisa dibeli oleh ayahnya yang berprofesi sebagai buruh empang dengan penghasilan Rp 50 ribu. Bersyukurnya, bayi berusia 16 bulan itu masih dalam kondisi sehat karena tak ada keluhan sesak napas atau penyakit lainnya.
"Alhamdulillah napasnya normal, tidak terlalu ngos-ngosan, dia tidurnya saja terlentang," tambahnya.
4. Pertumbuhan terhambat, belum bisa merangkak, berbicara dan berjalan
Akibat kelebihan berat badan menyulitkan bayi viral ini kesulitan untuk bergerak. Kondisi ini jelas menghambat pertumbuhan Kenzie. Seperti dalam video yang beredar di media sosial bahwa Kenzie harus digendong oleh sang Papa untuk berpindah.
Bukan hanya perkembangan motorik kasarnya saja yang terhambat, tetapi kemampuan bicara Kenzie juga lamban. Orangtua bayi viral ini mengatakan anaknya belum bisa merangkak, berjalan, dan berbicara seperti bayi seusianya. Bahkan Mama Pitriah sudah sering absen ke posyandu untuk pemeriksaan rutin karena tak kuat menggendong si Kecil.
Sempat dibelikan stroller oleh pihak kelurahan guna memudahkan ke posyandu. Namun, itu hanya bertahan beberapa bulan saja. lantaran tubuh Kenzie semakin besar dan tidak muat di stroller tersebut.
5. Dinas Kesehatan Bekasi ungkap ada berbagai faktor penyebab bayi Kenzi obesitas
Melihat salah satu warganya menjadi perbincangan warganet karena masalah obesitas, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat pun memberikan tanggapan. Menurut informasi, bayi viral dan keluarganya ini berdomisili di Tambun, Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi, dr Alamsyah, menduga adanya banyak faktor (multifaktor) yang menyebabkan kelebihan berat badan pada Kenzie. Alasannya karena mengingat Kenzie belum bisa banyak jenis makanan layaknya orang dewasa.
6. Kenzie dapat rujukan guna lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis gizi
Menurut penuturan Pitriah, petugas Puskesmas mendatangi rumahnya untuk tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan karena Kenzie sudah jarang kontrol ke Puskesmas karena Pitriah tak kuat untuk menggendongnya. Setelah pihak Puskesmas memeriksa kondisi Kenzie lalu memberikan surat rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter anak di Rumah Sakit Ananda Babelan.
Satu suara, Kepala Dinkes Bekasi juga memberikan rujukan agar bayi Kenzie melakukan berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik di RS tersebut. Selain itu, Dinkes Bekasi juga meminta agar RS Ananda memberikan penanganan kepada bayi viral ini berupa pemantauan asupan makanan serta menjaga kondisi kesehatan Kenzie.
"Dirujuk untuk penanganan. Sepertinya tetap di rumah ya penanganannya. Cuma kan pola asuh makannya, kemudian bagaimana orang tua menyikapi kondisi," tuturnya.
7. Menteri Kesehatan minta biaya pengobatan Kenzie ditanggung BPJS
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Budi Gunadi Sadikin juga turun tangan mengatasi kasus bayi obesitas di Bekasi ini. Menteri Kesehatan (Menkes) menuturkan akan berkoordinasi dengan Dinkes dan Bupati Kabupaten Bekasi untuk mendapat perawatan intensif terhadap bayi tersebut.
Tak tanggung-tanggung, beliau akan menghubungi secara langsung agar Kenzie segera mendapat penanganan ahli. Menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin pasti ada “sesuatu” pada bocah 16 bulan itu. Menkes Budi Gunadi Sadikin juga meminta agar biaya pengobatannya ditanggung BPJS. Bahkan, beliau menyebut apabila tak bisa dicover BPJS maka Kemenkes akan turun memberi bantuan.
“Saya akan minta tolong untuk diperhatikan. BPJSnya, harusnya sih kita 'kan sudah 99 persen, harusnya sudah dicover BPJSnya. Kalau nggak dicover, nanti kita bantu," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.
8. Kenzie juga segera menjalani pemeriksaan hormon
Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi belum bisa mengungkapkan apa penyebab bayi tersebut mengalami kelebihan berat badan. Menurut dr. Alamsyah perlu dilakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui penyebab pastinya. Pemeriksaan yang sangat penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan hormon.
Dikutip dari docdoc, pemeriksaan atau pengukuran kadar hormon (tes hormon) adalah metode guna mendiagnosis, menangani, merawat penyakit, memantau kesehatan pasien secara menyeluruh hingga mencegah perkembangan gangguan kesehatan tertentu. Pemeriksaan hormon akan dilakukan oleh ahli endokrin.
Hormon berperan mengendalikan fungsi sel guna mempertahankan atau menjaga kesehatan tubuh. Apabila terjadi sedikit perubahan pada kadar hormon akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius. Dikutip dari Kemenkes, hormonal yang berperan dalam masalah obesitas antara lain adalah hormon leptin, ghrelin, tiroid, insulin dan estrogen.
9. Pihak keluarga akan diberikan edukasi pola asuh makan
dr. Alamsyah sebagai Kepala Dinkes Kabupaten Bekasi menyampaikan, kini Kenzie sudah menjalani pemeriksaan dan penanganan primer di Posyandu dan Puskesmas setempat. Pihaknya juga akan memberikan pengetahuan (edukasi) kepada orangtua Kenzie terkait pola asuh makanan.
Pola asuh makanan yang baik dan benar sangat menunjang proses pemulihan pasien obesitas. Apalagi Kenzie masih berusia 16 bulan sehingga asupannya harus dijaga betul-betul. Walaupun, belum ada hasil yang pasti terkait faktor penyebab obesitas yang dialami bayi viral ini.
Usai berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, Kenzie kembali dirujuk ke subspesialis gizi anak dan metabolik. Rencananya, bayi 16 bulan ini akan melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah Sakit Hermina Kota Bekasi pada Jumat (23/2/2023).
Demikian paparan informasi mengenai 9 fakta kasus viral bayi obesitas di Bekasi. Para orangtua memang seyogyanya untuk memperhatikan setiap detail tumbuh kembang si Kecil. Sekecil apapun perubahan yang dianggap tidak normal sesegera mungkin dikonsultasikan ke dokter. Jadi, dapat cepat ditangani dan tidak mengakibatkan dampak yang semakin buruk.
Baca Juga:
- Awas! Anak Rawan Stunting dan Obesitas, Mama Harus Gimana?
- Cara Mengetahui Balita Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
- 7 Hal Kecil yang Ternyata Dapat Menyebabkan Obesitas pada Anak