Cara Orangtua Menghadapi Perilaku Anak Usia 2 Tahun yang Sedang Aktif
Usia 2 tahun adalah masa di mana anak sedang penuh dengan antusiasme yang tak terbatas
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak usia 2 tahun adalah periode yang menarik dalam perkembangan anak, tetapi juga merupakan tantangan yang besar bagi orangtua. Ini adalah fase di mana anak mulai mengeksplorasi dunia dengan segala antusiasme mereka, tetapi juga memiliki kebutuhan yang unik yang seringkali sulit untuk dipenuhi oleh orangtua.
Anak usia 2 tahun seringkali bertindak semau hatinya, dan memahami bagaimana menghadapinya bisa menjadi kunci untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik.
Berikut Popmama.com rangkum cara orangtua menghadapi perilaku anak usia 2 tahun yang sedang aktif-aktifnya. Yuk, simak selengkapnya.
1. Tidak bisa menahan keinginan untuk melakukan hal terlarang
Orangtua sering dihadapkan pada tantangan besar dalam mendidik anak usia 2 tahun, salah satunya adalah dorongan kuat mereka untuk melakukan hal-hal yang dilarang. Pada usia ini, anak-anak masih belum memiliki pemahaman yang matang tentang bahaya dan konsekuensi dari tindakan mereka. Oleh karena itu, mereka sering kali tertarik untuk menyentuh barang-barang yang berbahaya atau merusak barang-barang di sekitar mereka.
Penting bagi orangtua untuk memahami bahwa perilaku ini adalah bagian dari perkembangan normal anak usia 2 tahun. Mereka sedang menjelajahi dunia di sekitar mereka dan mencoba memahami batasan-batasan yang ada. Namun demikian, sebagai orangtua, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk membantu anak memahami pentingnya aturan dan keselamatan.
Pertama-tama, penting untuk memberikan pengawasan yang ekstra ketat pada anak usia 2 tahun. Pastikan lingkungan di sekitar mereka aman dan bebas dari barang-barang berbahaya atau benda-benda yang mudah rusak. Simpan produk berbahaya atau benda tajam di tempat yang tidak terjangkau oleh anak. Orangtua juga bisa menggunakan penghalang atau pagar untuk membatasi akses anak terhadap area yang berisiko.
Selain itu, berikan penjelasan yang sederhana dan konsisten tentang aturan dan batasan kepada anak. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami dan berikan contoh konkret tentang perilaku yang diharapkan. Misalnya, jelaskan bahwa menyentuh kompor panas bisa menyebabkan luka yang sakit, atau bahwa merusak mainan bisa membuat mereka sedih karena tidak bisa bermain lagi.
2. Tidak bisa duduk diam
Pada usia 2 tahun, anak-anak mengalami lonjakan energi yang luar biasa. Mereka menjadi sangat aktif, penasaran, dan ingin menjelajahi dunia di sekitar mereka. Tidak heran jika anak usia 2 tahun sering terlihat sulit untuk duduk diam, karena rasa penasaran dan energi yang berlimpah.
Sebagai orangtua, menghadapi anak yang tidak bisa duduk diam bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, ada berbagai strategi yang dapat membantu untuk mengelola keceriaan tanpa batas anak usia 2 tahun tersebut.
Salah satu cara untuk menghadapi ini adalah dengan memperkenalkan aktivitas yang memungkinkan anak untuk bergerak dan mengeksplorasi lingkungan mereka. Misalnya, ajaklah anak bermain di taman atau di halaman belakang rumah, di mana mereka bisa berlari-lari atau menggunakan perosotan. Berenang juga bisa menjadi pilihan yang bagus, karena anak-anak dapat melepaskan energi mereka dengan berenang di kolam renang atau di pantai.
Namun, penting untuk diingat bahwa anak usia 2 tahun juga membutuhkan waktu istirahat yang cukup. Jika terlalu banyak bergerak atau beraktivitas, mereka bisa menjadi kelelahan dan rewel. Oleh karena itu, selalu pastikan untuk memberikan waktu istirahat yang cukup di antara aktivitas fisik mereka. Jadwalkan waktu tidur siang yang teratur dan pastikan mereka mendapatkan cukup waktu tidur di malam hari.
Selain itu, orangtua juga bisa mencoba untuk mengarahkan energi anak ke aktivitas-aktivitas yang lebih tenang, seperti mewarnai, menggambar, atau membaca buku bersama. Aktivitas ini tidak hanya membantu anak melepaskan energi mereka dengan cara yang aman, tetapi juga dapat merangsang imajinasi dan kreativitas mereka.
3. Belum belajar bagaimana menangani perasaannya
Pada usia 2 tahun, anak-anak sedang dalam tahap penting dalam pembelajaran tentang emosi. Mereka mungkin belum memiliki kemampuan verbal yang kuat untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas, namun, emosi mereka bisa sangat bergejolak.
Ini adalah momen penting bagi orangtua untuk membimbing anak dalam mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka.
Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah memberikan contoh yang baik tentang bagaimana mengenali dan mengelola emosi. Anak-anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat, jadi ketika orangtua merasa sedih, marah, atau bahagia, berbicaralah secara terbuka tentang perasaan tersebut.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk tetap tenang dan sabar ketika menghadapi emosi anak. Jika anak sedang marah atau sedih, cobalah untuk tetap tenang dan berbicara dengan lembut dengan mereka. Jangan meremehkan atau mengabaikan perasaan mereka, tetapi tunjukkan empati dan pengertian.
Selanjutnya, berikanlah waktu dan ruang yang aman bagi anak untuk mengungkapkan emosinya. Jangan menekan mereka untuk cepat-cepat berhenti menangis atau marah, tetapi biarkan mereka merasa bahwa perasaan mereka didengar dan dihargai.
Jadilah pendengar yang baik, dan tawarkan dukungan dan pelukan jika dibutuhkan.
Ingatlah bahwa mengelola emosi adalah proses yang berkelanjutan dan memerlukan kesabaran. Setiap anak akan mengalami tantangan dalam mengatur emosinya, tetapi dengan bimbingan dan dukungan yang tepat dari orangtua, mereka akan belajar untuk mengatasi perasaan mereka dengan lebih baik seiring waktu.
Hal terpenting adalah menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana anak merasa nyaman dalam mengekspresikan diri mereka, baik dalam keadaan senang maupun sedih.
4. Menyukai kebebasan tetapi tidak suka dipisahkan dari orangtua
Pada usia 2 tahun, anak-anak berada dalam fase yang menarik di mana mereka mulai mengeksplorasi dunia di sekitar mereka dengan rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin merasakan sensasi kebebasan dan mandiri, namun pada saat yang sama, mereka juga sangat melekat pada orangtua mereka untuk mendapatkan rasa aman dan kenyamanan. Bagi orangtua, mengelola keinginan anak untuk mandiri sambil mempertahankan hubungan yang kuat dengan anak merupakan sebuah tantangan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan orangtua untuk mengatasi kontradiksi ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menjelajahi kebebasan dengan memberikan bimbingan yang tepat. Misalnya, orangtua bisa memberikan anak kesempatan untuk memilih baju mereka sendiri atau memilih mainan yang ingin mereka mainkan. Ini akan membantu mereka merasa lebih mandiri dan percaya diri dalam mengambil keputusan.
Namun, penting untuk tetap memberikan rasa aman dan kenyamanan kepada anak saat mereka merasa perlu dekat dengan orangtua. Ini dapat dilakukan dengan menciptakan hubungan yang kokoh dan penuh kasih sayang dengan anak. Luangkan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan mereka setiap hari, dan tunjukkan bahwa orangtua selalu ada untuk mendukung dan melindungi mereka.
Selain itu, penting juga untuk memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ada anak yang mungkin lebih percaya diri dalam menjelajahi dunia di sekitar mereka, sementara ada anak yang lebih merasa nyaman saat dekat dengan orangtua. Cobalah untuk mengenali kebutuhan individual anak dan memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Selama anak menjelajahi kebebasan mereka, jangan ragu untuk memberikan bimbingan dan batasan yang jelas. Ajarkan mereka tentang konsep keselamatan dan tanggung jawab, dan berikan penjelasan yang tepat tentang mengapa aturan tersebut penting. Misalnya, Papa dan Mama bisa menjelaskan bahwa memegang tangan orangtua saat menyeberang jalan adalah untuk keselamatan mereka.
5. Rentang perhatian yang pendek
Rentang perhatian yang pendek adalah ciri khas dari anak usia 2 tahun. Mereka cenderung cepat bosan dan mudah teralihkan oleh hal-hal baru di sekitar mereka. Bagi orangtua, mengelola rentang perhatian yang pendek ini bisa menjadi tantangan, tetapi ada beberapa strategi yang dapat membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi anak.
Salah satu strategi yang efektif adalah dengan memperkenalkan aktivitas yang beragam dan menarik untuk mempertahankan minat anak. Anak usia 2 tahun senang mengeksplorasi hal-hal baru, jadi cobalah untuk memperkenalkan mainan atau permainan yang berbeda-beda secara teratur.
Selain itu, bercerita juga bisa menjadi cara yang efektif untuk memperpanjang perhatian anak. Anak-anak senang mendengarkan cerita, jadi ambillah waktu untuk membacakan buku atau menceritakan cerita-cerita sederhana kepada mereka. Gunakan suara yang berbeda-beda, gerakan tubuh, atau mainan sebagai alat bantu untuk membuat cerita menjadi lebih menarik dan interaktif.
Selain memperkenalkan aktivitas yang beragam, penting juga untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk fokus dan konsentrasi dalam waktu yang lebih lama. Cobalah untuk tidak terlalu sering mengalihkan perhatian mereka dari satu hal ke hal lain. Biarkan mereka menyelesaikan satu aktivitas sebelum beralih ke aktivitas berikutnya, bahkan jika itu membutuhkan waktu lebih lama.
Terakhir, ingatlah bahwa setiap anak memiliki rentang perhatian yang berbeda-beda. Beberapa anak mungkin lebih mudah teralihkan daripada yang lain, dan itu adalah hal yang normal. Yang terpenting adalah memberikan dukungan, kesabaran, dan penerimaan kepada anak saat mereka belajar dan berkembang. Dengan memberikan lingkungan yang kaya akan stimulus dan memberikan dukungan yang tepat, orangtua dapat membantu anak mengembangkan kemampuan mereka untuk fokus dan konsentrasi secara bertahap seiring waktu.
6. Perlu menyentuh dan mengguncang segalanya
Anak usia 2 tahun adalah penjelajah yang aktif. Mereka belajar tentang dunia di sekitar mereka melalui sentuhan, gerakan, dan interaksi langsung dengan lingkungan. Dorongan mereka untuk menyentuh dan mengguncang segalanya merupakan bagian alami dari proses belajar mereka, tetapi bagi orangtua, ini bisa menjadi tantangan tersendiri.
Salah satu cara yang efektif untuk mengelola dorongan anak untuk menyentuh dan mengguncang segalanya adalah dengan menciptakan lingkungan yang aman dan sesuai untuk eksplorasi. Pastikan bahwa mainan dan barang-barang di sekitar rumah tidak berbahaya dan mudah dijangkau oleh anak. Orangtua juga dapat menyediakan area khusus di rumah yang aman untuk anak bermain, dengan menyediakan mainan dan benda-benda yang aman untuk disentuh dan digunakan.
Namun, penting juga untuk mengajarkan batasan tentang apa yang boleh disentuh dan apa yang tidak. Ajarkan anak tentang konsep keselamatan dan kehati-hatian, dan berikan penjelasan yang tepat tentang mengapa ada beberapa barang yang tidak boleh disentuh atau diganggu. Misalnya, jelaskan bahwa alat elektronik atau benda-benda berbahaya harus dijauhkan karena bisa menyebabkan cedera.
Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan bimbingan yang tepat, orangtua dapat membantu anak mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitar mereka sambil tetap memastikan keselamatan mereka. Ingatlah bahwa eksplorasi adalah bagian penting dari proses belajar anak, dan dengan memberikan dukungan yang tepat, dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan lebih baik seiring waktu.
7. Selalu siap mengeksplorasi dan antusiasme tanpa batas
Salah satu cara terbaik untuk memanfaatkan antusiasme anak adalah dengan memberikan pengalaman yang mendidik dan bermakna. Misalnya, orangtua dapat membawa mereka mengunjungi museum sains atau sejarah, di mana mereka bisa belajar tentang alam, ilmu pengetahuan, dan sejarah dengan cara yang interaktif dan menyenangkan. Melalui pengalaman ini, anak-anak dapat melihat dan merasakan sendiri berbagai konsep yang diajarkan dalam lingkungan yang menarik dan menginspirasi.
Selain itu, mengenalkan anak pada alam juga merupakan cara yang bagus untuk mengasah keingintahuan mereka. Bawa mereka berjalan-jalan di taman, hutan, atau pantai, di mana mereka dapat menyaksikan keindahan alam dan belajar tentang keanekaragaman hayati. Orangtua dapat mengajari mereka tentang tanaman, binatang, dan lingkungan hidup secara langsung, sambil mengajak mereka untuk merasakan alam dengan semua indra mereka.
Tidak hanya memberikan pengalaman yang mendidik, penting juga untuk memberikan penghargaan dan pujian atas setiap penemuan baru yang mereka buat. Tunjukkan bahwa orangtua menghargai keingintahuan dan usaha mereka untuk belajar. Misalnya, berikan pujian yang positif saat mereka menemukan sesuatu yang menarik di alam atau ketika mereka berhasil menjawab pertanyaan dengan benar di museum.
Selain memberikan pengalaman langsung, orangtua juga dapat membantu mengasah keingintahuan anak dengan membaca buku bersama mereka. Pilihlah buku-buku yang berisi cerita-cerita menarik tentang alam, ilmu pengetahuan, atau sejarah, dan ajaklah anak untuk membaca bersama. Diskusikan cerita-cerita tersebut dan jawablah pertanyaan mereka dengan sabar dan penuh antusiasme.
Dengan menginspirasi keingintahuan anak dan memberikan pengalaman yang mendidik, dapat membantu mereka untuk terus menjelajahi dunia dengan antusiasme yang tak terbatas. Ingatlah bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk belajar, dan dengan memberikan dukungan dan pujian yang tepat, orangtua dapat membantu anak membangun fondasi yang kuat untuk pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang dunia di sekitar mereka.
Nah, itulah tips dan cara orangtua menghadapi perilaku anak usia 2 tahun yang sedang aktif-aktifnya. Meskipun ada momen-momen sulit, melihat anak tumbuh dan berkembang dengan penuh kegembiraan dan penasaran adalah hadiah yang tak ternilai. Dengan kesabaran, pengertian, dan cinta yang tak terbatas, orangtua dapat membimbing anak melalui fase penting ini dengan baik.
Baca juga:
- 5 Penanganan Anak Tantrum sampai Berkata Kasar pada Orangtua
- Bisa Dicontek Ma, 12 Rahasia Orangtua yang Membesarkan Anak Bahagia
- 5 Cara Menjaga Keamanan Balita di Rumah yang Perlu Orangtua Ketahui