Peran Orangtua dalam Membantu Perkembangan Anak dengan Penyakit Kronis
Perkembangan tak akan tertinggal jauh dengan anak yang memiliki kondisi normal
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap bayi yang baru lahir pasti belum bisa melakukan apapun selain menangis. Namun, mereka akan terus tumbuh dan berkembang.
Contohnya pada bagian motorik kasar, anak akan bertumbuh dari bagian atas lalu ke bawah. Jadi, pada saat usia satu sampai tiga bulan anak akan memperkuat bagian leher dengan berguling lalu mengangkat kepala.
Lalu naik ketahap berikutnya, belajar kekuatan punggung dengan berlatih duduk sendiri. Setelah itu, baru dia belajar berdiri kemudian belajar koordinasi kaki dengan merangkak dan akhirnya berjalan.
Contoh lainnya, pada usia empat bulan anak biasanya mulai berceloteh "ba ba ba". Kemudian, di usia delapan bulan, bayi sudah mulai mengucapkan kata dengan lebih jelas seperti "Mama" dan "Papa".
Namun, perkembangan-perkembangan tersebut bisa saja tidak terjadi pada anak yang mengalami penyakit kronis. Sebab, bisa jadi penyakit yang diderita membuat perkembangan anak diam di tempat. Bahkan bisa saja menurun.
Lalu apa yang perlu dilakukan oleh orangtua yang memiliki anak dengan penyakit kronis agar perkembangan anak tidak tertinggal dengan anak normal lainnya?
Berikut ini, Popmama.com telah merangkum bagaimana cara merawat anak dengan kondisi kronis. Simak yuk, Ma!
1. Pemantauan perkembangan
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu memantau perkembangan anak. Hal ini harus dilakukan, agar perkembangan anak dengan kondisi kronis tidak terlalu tertinggal dengan anak pada umumnya.
Salah satu caranya, Mama dan Papa dapat melakukan screening secara rutin pada anak. Screening tersebut dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan instrumen penilaian perkembangan.
Pada umumnya, screening perkembangan anak dilakukan saat ia berumur 9, 18, 24, dan 30 bulan.
Namun, pada anak dengan kondisi kronis, Mama dan Papa tidak harus berpatokan dengan waktu tersebut. Orangtua dapat melakukan screening sebelum dan sesudah melakukan pengobatan atas kondisi kronis anak.
Hal tersebut guna mengetahui apakah anak mengalami masalah perkembangan atau tidak. Jika ya, dapat diketahui apakah keterlambatan perkembangan tersebut terjadi akibat pengobatan atau dari awal ia menderita penyakit tersebut.
Nah, ada juga seorang anak yang terlahir normal lalu tiba-tiba terkena penyakit kronis sehingga perkembangannya mengalami arrest (tidak bertambah). Namun, tak menutup kemungkinan hambatan perkembangan terjadi pasca pengobatan penyakit tersebut.
Jadi, penting sekali untuk para orangtua melakukan screening perkembangan anak.
2. Stimulasi perkembangan kognitif dan Sosio-Adaptif
"Sesedih apapun kita sebagai orangtua dalam merawat anak dengan kondisi kronis, tentu kita tidak boleh meninggalkan stimulasi," ucap dr. Pandu Caesaria Lestari, SpA.
Anak yang mendapatkan stimulasi dengan baik, maka serabut syaraf dalam otaknya bekerja dengan efektif. Maka dari itu, baik anak dengan keadaan normal ataupun memiliki kondisi yang krodin, keduanya sama-sama membutuhkan stimulan untuk perkembangan saraf-saraf dalam tubuhnya, terutama saraf pada otaknya.
Pada umumnya, anak dengan kondisi normal akan berkembang setiap harinya. Ia pasti memiliki peningkatan kemampuan motorik melalui eksplorasi lingkungan. Hal tersebut meningkatkan kemandirian dan percaya diri pada anak.
Namun, anak dengan kondisi kronis memiliki hambatan dalam bertindak dan mengambil keputusan. Sehingga anak menjadi pasif, apatis, tidak mandiri, dan tidak mau lepas dari pengasuhan. Selain itu, di usia prasekola akan muncul perilaku agresif pada anak.
Namun, Mama dan Papa tak perlu bersedih. Sebagai orangtua, Mama dan Papa dapat mengatasi hal tersebut dengan cara menstimulan anak.
"Kita harus tetap melakukan stimulasi. Sekecil apapun usaha kita memberi stimulasi, usahakan bersikap konsisten. Usahakan mempunyai jadwal yang sudah pasti. Misalnya, pukul segini waktunya mandi, pukul segini waktunya makan, dan lainnya," tutur dr. Pandu.
"Selain itu penerapan disiplin yang sama dengan anak lainnya sebaiknya diterapkan. Walaupun mungkin bisa sedikit dikurangi," lanjutnya.
Cara menstimulan lainnya Mama dan Papa dapat memberikan anak tugas-tugas yang ringan.
Misalnya, saat minum obat, minta anak mama untuk membuka tutup botol obat. Selanjutnya, Mama yang melanjutkan tugasnya, yakni menuang obat kesendok dan membantunya minum obat.
"Hal tersebut akan membuat anak merasa berguna," kata dr. Pandu.
Kemudian, saat anak memasuki usia prasekolah, Mama dan Papa dapat melibatkan teman-teman anak. Sebab, kemungkinan teman-temannya akan lebih banyak membantu.
Selain itu, penting diingat oleh para orangtua, tak hanya anak dengan kondisi kronis yang memerlukan dukungann tetapi para orangtua pun perlu dukungan. Mama dan Papa dapat mencari dan bergabung dengan kelompok orangtua untuk saling memberi dukungan.
"Selama ini memberikan dukungan kepada anak, jangan lupa diri sendiri juga perlu dukungan," pesan dr. Pandu untuk pada orangtua.
3. Melengkapi imunisasi
Adapun hal penting lainnya yang perlu Mama dan Papa lakukan untuk anak dengan kondisi kronis yaitu melengkapi imunisasinya.
Untuk hal imunisasi, Orangtua dapat berkonsultasi dan berdiskusi dengan dokter, imunisasi apa yang cocok dan harus diberikan kepada anak Mama dan Papa dengan penyakit yang sedang dialami.
Selain jenis imunisasi, Mama dan Papa juga harus menanyakan kapan waktu yang tepat untuk anak dengan kondisi kronis ini mendapatkan imunisasi.
4. Penanganan komprehensif
Adapun penanganan komprehensif yang harus orangtua lakukan, yakni:
- Berdiskusi dengan dokter. Diskusikan apa saja hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari.
- Membuat rencana. Apa saja ya hal-hal yang cocok untuk anak dengan kondisi kronis seperti ini.
- Penentuan masalah hubungan dan menentukan tujuan terapi.
- melibatkan tim psikolog. Jika merasa perlu, tak apa melibatkan tim psikolog untuk anak.
Jadi, anak dengan kondisi kronis memiliki risiko yang besar dalam mengalami gangguan perkembangan. Dalam hal ini orangtua memiliki peranan yang penting seperti melakukan screening, stimulasi, dan selalu memberinya dukungan. Semangat terus ya, Ma, Pa!
Baca juga:
- Pantau Terus Si Kecil, Ini 5 Perkembangan Motorik yang Harus Dikuasai
- Perkembangan Keterampilan Fungsi Eksekutif pada Anak 1-5 Tahun
- Anak Mulai Sering Usil, Simak Perkembangannya Anak Usia 1 Tahun Yuk Ma