Cara Efektif Cegah Anemia Defisiensi Besi pada Anak di Bawah 5 Tahun
Tips ampuh cegah anemia defisiensi besi pada anak, penting untuk Mama ketahui
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anemia defisiensi besi menjadi tantangan kesehatan serius di Indonesia, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 3 anak Indonesia dalam kelompok usia ini mengalami anemia. Kondisi ini tidak hanya mengancam kesehatan masa kecil mereka tetapi juga perkembangan jangka panjang yang memengaruhi potensi bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam rangka memperingati World Iron Deficiency Day pada Selasa (26/11/2024), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bersama Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia meluncurkan inisiatif kolaborasi untuk skrining dan pencegahan anemia defisiensi besi.
Dihadiri oleh ahli-ahli ternama seperti Prof. DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), Dokter Anak Ahli Tumbuh Kembang Pediatri Sosial​, Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG, Subsp. KFM - Dokter Kandungan, Ahli Fetomaternal, Dr. Ade Jubaedah, S.SiT, MM, MKM - Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH - Medical Science Director, Danone Indonesia, program ini menekankan pentingnya edukasi dan peran bidan serta kontribusi seluruh pihak seperti keluarga dalam mencegah anemia pada ibu dan anak.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH., selaku Expert Community Medicine dan Medical and Scientific Affairs Director Danone SN Indonesia mengatakan, “Anemia merupakan permasalahan yang perlu dicegah sedini mungkin. Kami melihat bahwa skrining anemia defisiensi besi merupakan kunci untuk mengurangi prevalensi anemia di Indonesia terutama bagi Ibu dan anak. Karenanya, skrining non-invasif berupa pemantauan asupan zat besi berbasis kuesioner dapat menjadi pilihan solusi identifikasi awal risiko anemia defisiensi besi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk Bidan dalam fasilitas pelayanan kesehatan primer."
Berikut Popmama.com telah merangkum cara efektif mencegah anemia defisiensi besi pada anak.
Penyebab Anemia Defisiensi Besi pada Anak
Anemia defisiensi besi terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi untuk menghasilkan hemoglobin. Berikut beberapa faktor penyebabnya:
- Kehilangan darah secara signifikan, akibat cedera kehamilan, menstruasi dini, atau infeksi tertentu.
- Malabsorpsi zat besi, tubuh tidak mampu menyerap zat besi dengan baik.
- Infeksi cacing tambang, umum terjadi di wilayah tropis dengan kondisi sanitasi buruk.
- Kurangnya asupan zat besi, diet yang minim makanan kaya zat besi.
- Rendahnya kandungan zat besi dalam ASI, terutama jika ibu kekurangan zat besi.
- Kurangnya edukasi gizi, ibu kurang memahami pentingnya zat besi dalam makanan anak.
Pentingnya sinergi yang kuat dengan berbagai pihak untuk menekan angka kejadian Anemia Defisiensi Besi pada anak. Dengan deteksi yang cepat, intervensi dapat dilakukan lebih awal, seperti pemberian suplementasi zat besi atau perubahan diet yang tepat bagi ibu dan anak.
Dr. Ade Jubaedah, S.SiT, MM, MKM - Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menambahkan, “Skrining faktor risiko sebaiknya terintegrasi dengan layanan kesehatan ibu dan anak yang dilakukan Bidan sehingga mendukung pencegahan ADB lebih optimal. Tentunya, untuk menjangkau sebanyak mungkin orangtua dana anak dibutuhkan kolaborasi multipihak agar keberhasilan intervensi lebih menyeluruh dan anak tidak ada yang mengalami anemia.”
Pada masa kehamilan hingga anak berusia sampai 23 bulan atau pada MPASI, risiko Anemia Defisiensi Besi dapat meningkat, karena meningkatnya kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan yang cepat dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dengan makanan pendamping.
Risiko ADB pada periode kehamilan dan menyusui disebabkan oleh faktor, diantaranya karena asupan yang tidak adekuat, konsumsi makanan atau minuman yang menghambat penyerapan zat besi, mengabaikan pentingnya nutrisi seimbang, tidak teratur minum suplementasi besi serta mengalami infeksi.
Gejala Anemia Defisiensi Besi dan Peran Zat Besi
Anemia sering tidak disadari hingga muncul gejala signifikan. Berikut beberapa gejala umum:
- Kelelahan ekstrem
- Kulit pucat
- Nafas pendek
- Denyut jantung cepat
- Nafsu makan menurun
- Kesulitan berkonsentrasi
Hal inilah yang dapat menjadikan fakta bahwa zat besi sangat dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi, apakah Mama tahu seberapa berperannya zat besi untuk kehidupan? Fungsinya untuk apa saja sih?
Zat besi memiliki fungsi vital bagi tubuh, yakni:
- Transpor oksigen, melalui hemoglobin.
- Sintesis DNA, mendukung pembelahan dan pertumbuhan sel.
- Respirasi mitokondria, menghasilkan energi sel.
- Pembentukan hormon, seperti hormon tiroid yang penting untuk metabolisme.
Pencegahan Anemia dengan Pola Makan Seimbang
Untuk mengatasi anemia secara alami, konsumsi makanan yang kaya akan nutrisi penting seperti zat besi, vitamin B12, asam folat, dan vitamin C sangat dianjurkan. Berikut adalah beberapa pilihan makanan yang dapat membantu meningkatkan produksi sel darah merah:
Sumber Zat Besi
Zat besi adalah nutrisi utama dalam pembentukan hemoglobin.
- Daging merah seperti sapi atau kambing.
- Hati ayam atau sapi, karena kaya akan zat besi heme yang mudah diserap tubuh.
- Sayuran hijau gelap seperti bayam, brokoli, dan kale.
- Kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hitam, dan lentil.
Sumber Vitamin B12
Vitamin B12 membantu pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
- Telur dan produk susu seperti keju dan yogurt.
- Daging unggas, ikan seperti salmon dan tuna.
- Sereal yang difortifikasi dengan vitamin B12.
Sumber Asam Folat (Vitamin B9)
Asam folat membantu pembentukan DNA dan RNA, yang penting untuk regenerasi sel darah merah.
- Alpukat, jeruk, dan buah-buahan sitrus lainnya.
- Kacang hijau, buncis, dan edamame.
- Gandum utuh dan roti yang difortifikasi dengan asam folat.
Sumber Vitamin C
Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati.
- Jeruk, stroberi, kiwi, dan mangga.
- Paprika merah dan hijau, serta tomat.
- Sayuran seperti kembang kol dan kubis.
Kombinasikan makanan-makanan ini dalam menu harian Mama dan anak untuk memastikan kebutuhan gizi terpenuhi. Selain itu, jangan lupa untuk terus mengecek keadaan tubuh serta hal-hal yang berkaitan dengan ADB kepada dokter!
Gejala Ketika Anemia Sudah Parah dan Harus Dibawa ke Dokter
Anemia yang tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan memengaruhi kualitas hidup. Berikut beberapa gejala anemia parah yang membutuhkan perhatian medis segera:
- Merasa kesulitan bernapas bahkan saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan atau menaiki tangga.
- Palpitasi atau detak jantung tidak normal, jantung berdebar-debar atau detaknya terasa sangat cepat meskipun tidak sedang berolahraga.
- Kulit tampak sangat pucat atau kuku menunjukkan tanda kebiruan karena kekurangan oksigen dalam darah.
- Kelelahan yang tidak hilang meskipun sudah beristirahat, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Mengalami pusing berat, sulit berkonsentrasi, atau bahkan kehilangan kesadaran.
Anemia Defisiensi Besi berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak. Jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya dapat menjadi permanen. Hal ini dapat terjadi karena zat besi tidak hanya penting untuk membawa oksigen dalam darah, tetapi juga memiliki peran krusial dalam sistem kekebalan tubuh.
“Salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan anemia defisiensi besi pada anak di Indonesia adalah kurangnya zat gizi mikro dan konsumsi makanan kaya zat besi. Faktor risiko lainnya adalah tidak ada pedoman atau peraturan untuk skrining rutin status zat besi, terutama pada anak sehingga perlu intervensi dari bidan sebagai pelayan kesehatan dasar untuk ibu dan anak. Zat besi sangat berperan dalam metabolisme energi, sistem oksidasi, perkembangan dan fungsi syaraf, koneksi sistem jaringan, dan sintesis hormon. Untuk itu, pemeriksaan kadar Hb penting dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila ditemukan anemia, dicari penyebab dan bila perlu dirujuk.” jelas Prof. DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K)​, Dokter Anak - Ahli Tumbuh Kembang Pediatri Sosial
Kapan Harus ke Dokter?
Segera temui dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, terutama jika disertai dengan:
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Nyeri dada atau sulit bernapas.
- Perdarahan hebat (seperti haid sangat berat atau perdarahan pada pencernaan).
Langkah ini penting untuk mencegah komplikasi serius seperti kerusakan organ akibat kekurangan oksigen yang berkepanjangan.
Anemia defisiensi besi dapat dicegah dengan skrining rutin, edukasi gizi, dan pola makan sehat. Mama, pastikan si Kecil mendapat nutrisi optimal agar tumbuh sehat dan cerdas.
Baca juga:
- Penting! Nutrisi di 1000 Hari Pertama untuk Cegah Stunting dan Anemia
- 7 Manfaat Buah Bit untuk Anak, Bantu Kurangi Anemia
- Dampak Buruk saat Anak Mengalami Anemia Defisiensi Besi