Kenali Apa Itu Stunting dan Cara Mencegahnya pada Anak
Cegah stunting sejak dini untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak yuk Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesehatan serta tumbuh kembang anak yang optimal adalah prioritas penting bagi seluruh orangtua. Setiap orangtua tentu menginginkan anak yang tumbuh sehat, dan disertai dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Namun, belum semua orangtua memahami bagaimana pemberian asupan nutrisi yang diperlukan balita. Sehingga stunting kini masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun di Indonesia.
Stunting, atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan, mengancam hampir 25 persen anak-anak di seluruh dunia.
Kenali apa itu stunting dan bagaimana Mama dapat mencegahnya pada anak dengan membaca informasi yang Popmama.com rangkum di bawah ini!
1. Apa itu stunting?
Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama, dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak, demikian dilansir dari laman BKKBN.
Stunting ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Namun perlu diingat, walaupun stunting itu pasti bertumbuh pendek, anak yang memiliki tubuh pendek belum tentu stunting.
Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal, adalah akibat dari kondisi kurangnya gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal ini kemudian membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat, dan mengakibatkan dirinya tergolong stunting.
2. Apa sajakah gejala stunting?
Menurut Kemenkes RI, anak balita bisa diketahui mengalami stunting bila ia sudah diukur panjang atau tinggi badannya, dan dibandingkan dengan standar. Dari hasil pengukurannya tersebut lah, anak yang stunting berada pada kisaran di bawah normal.
Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak tanpa hasil pemeriksaan.
Selain tubuh yang lebih pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri stunting lainnya yakni:
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Kesulitan pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
- Tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
- Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
- Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Untuk mengetahui apakah tinggi badan anak normal atau tidak, penting bagi orangtua untuk secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Misalnya Mama bisa membawa si Kecil ke dokter, bidan, posyandu, atau puskesmas setiap bulannya.
3. Apa penyebab stunting?
Dilansir dari Concern Worldwide US, ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap stunting pada masa kanak-kanak. Beberapa faktor umum yang terkait dengan stunting meliputi:
- Kurangnya asupan gizi Mama saat hamil
- Gizi buruk dan kurangnya akses ke beragam makanan
- Sanitasi yang buruk dan tidak ada akses ke air minum bersih
- Kurangnya perawatan kesehatan yang layak untuk anak-anak dan Mama
- Stimulasi psikososial yang tidak memadai dalam ikatan orangtua-bayi
Tak hanya itu saja, konflik, masalah finansial, harga pangan, dan peristiwa iklim, dapat memengaruhi ketersediaan pangan, dan pada gilirannya berkontribusi pada kekurangan gizi atau malnutrisi.
Akhirnya, stunting sering terjadi antargenerasi. Anak-anak yang terhambat juga lebih mungkin untuk memiliki anak-anak yang stunting di masa depan. Selain itu, anak yang stunting juga lebih rentan mengalami kelebihan berat badan saat dewasa, sehingga menimbulkan lebih banyak risiko kesehatan.
4. Apa dampak dari stunting bagi kehidupan anak?
Stunting merupakan kondisi di mana seorang balita gagal tumbuh, akibat kurangnya zat gizi yang berlangsung dari kandungan sampai usia 24 bulan. Maka itu, kondisi ini bisa memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan.
Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme.
Tak hanya itu saja, stunting juga memiliki dampak jangka panjangnya. Stunting yang tidak ditangani dengan baik sedini bisa berdampak pada:
- Menurunkan kemampuan perkembangan kognitif otak anak
- Memiliki IQ yang 5-10 poin lebih rendah dari anak normal
- Kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit
- Risiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan
- Penyakit jantung
- Penyakit pembuluh darah
- Kesulitan belajar
Anak yang memiliki stunting dan cenderung bertubuh pendek ini mungkin akan memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja pada masa depan nanti.
Selain itu, anak perempuan yang mengalami stunting, dapat berisiko mengalami masalah kesehatan dan perkembangan pada keturunannya saat sudah dewasa. Ini biasanya terjadi pada perempuan dewasa dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, karena mengalami stunting sejak kecil.
5. Bagaimana cara mengatasi stunting?
Walaupun stunting bisa memengaruhi perkembangan anak hingga usia dewasa, Mama tak perlu khawatir karena kondisi ini dapat ditangani. Menurut Kemenkes RI, stunting bisa diatasi dengan pola asuh, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, serta ketahanan pangan.
Salah satu penanganan pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan tinggi badan di bawah normal yang didiagnosis stunting, yaitu dengan memberikannya pola asuh yang tepat.
Dalam hal ini meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), yaitu pemberian ASI Eksklusif sampai usia enam bulan, dan pemberian ASI bersama dengan MPASI hingga anak berusia dua tahun.
Ketentuan pemberian MPASI tersebut juga sebaiknya mengandung minimal empat atau lebih dari tujuh jenis makanan, meliputi serealia atau umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur atau sumber protein lain, dan asupan kaya Vitamin A atau lainnya.
Tak hanya itu saja, ketersediaan pangan juga turut berperan dalam mengatasi stunting. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan meningkatkan kualitas makanan harian yang dikonsumsi.
Beberapa Cara Mencegah Stunting
Masalah kesehatan seperti stunting bukan isu baru di lingkup kesehatan dunia. Sehingga ada beberapa upaya yang dapat orangtua lakukan untuk mencegah stunting pada anak. Berikut adalah beberapa cara mencegah stunting pada anak:
1. Selalu perhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak
Orangtua didorong untuk selalu memantau kondisi balita secara teratur, mulai dari dari tinggi hingga berat badannya. Selain itu, Mama juga dihimbau untuk membawa anak secara rutin mengunjungi pelayanan kesehatan, seperti posyandu, klinik, atau dokter anak setempat agar dapat mengetahui gejala awal stunting dan juga cara pencegahannya.
2. Berikan ASI Eksklusif bersamaan dengan MPASI sehat
Dilansir dari Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, ketika anak menginjak usia 6 bulan ke atas, maka Mama sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI.
Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
World Health Organization (WHO) pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Namun agar semakin yakin, penting bagi Mama berkonsultasi dengan dokter anak untuk menentukan produk tambahan tersebut.
3. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Ketika si Kecil bermain di luar rumah, anak cenderung tidak memperhatikan tingkat kebersihan lingkungan. Di sisi lain, anak-anak balita masih sangat rentan terhadap penyakit.
Dalam hal ini Mama harus aktif untuk selalu membersihkan area bermain anak dan selalu memantau anak ketika bermain di dalam dan luar rumah.
Salah satu pemicu stunting adalah diare yang disebabkan oleh paparan produk limbah yang masuk ke dalam tubuh. Maka penting untuk selalu membersihkan area bermain anak secara rutin.
Itulah beberapa informasi seputar apa itu stunting dan bagaimana cara mencegahnya yang perlu Mama ketahui. Semoga informasi di atas dapat membantu para Mama untuk mencegah stunting dan meningkatkan kesehatan agar menjaga tumbuh kembang si Kecil tetap optimal.
Baca juga:
- Remaja Ternyata Memiliki Peran Penting dalam Mencegah Stunting
- Penting, Kenali 5 Cara Cegah Stunting sejak Bayi Lahir!
- Cara Mendeteksi Stunting pada Anak Sejak Dini