Memukul Anak Bukan Bentuk Pendisiplinan, Ini Alasannya
Meski bisa efektif dalam jangka pendek, memukul bisa berdampak buruk dalam jangka panjang
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selalu ada kontroversi seputar apakah memukul balita boleh atau tidak. Memukul adalah bentuk hukuman fisik yang tampaknya efektif untuk beberapa orangtua, karena bisa merubah perilaku buruk anak dalam sekejap.
Namun sebaliknya, para ahli dari American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa strategi disiplin, tidak boleh termasuk memukul, jenis hukuman fisik lainnya, atau mempermalukan anak secara verbal. Kira-kira, apakah alasannya?
Berikut ini Popmama.com telah merangkum 5 alasan mengapa memukul anak bukan bentuk pendisiplinan. Yuk simak!
1. Membuat perilaku anak menjadi lebih buruk
Menurut sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr. Elizabeth Gershoff, yang bekerja di University of Texas di Austin, memukul membuat perilaku anak-anak menjadi lebih buruk, bukannya lebih baik.
Studi yang lebih lama juga menghubungkan hukuman fisik pada anak-anak dengan timbulnya kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan alkohol dan narkoba. Para peneliti ini percaya bahwa praktik tersebut membuat balita menjadi lebih agresif dan antisosial.
Penelitian ini dilakukan beberapa minggu setelah Skotlandia bergabung dengan negara-negara lain dalam mengeluarkan larangan memukul anak-anak.
2. Memukul hanya mengatasi masalah dalam jangka pendek
Menurut penelitian Dr. Gershoff sebelumnya, taktik pendisiplinan hukuman fisik, membentak, atau mempermalukan anak-anak, dapat efisien dalam jangka pendek. Namun tidak akan berhasil dalam jangka panjang.
Termasuk dalam strategi pendisiplinan adalah hukuman non fisik, seperti menakutkan, memalukan, atau mengancam.
Siaran pers yang menyertai pernyataan kebijakan tersebut juga mengatakan bahwa anak-anak berusia tiga tahun yang dipukul lebih dari dua kali sebulan, dapat menjadi lebih agresif pada saat mereka berusia lima tahun.
Anak-anak yang sama pada usia sembilan tahun masih menunjukkan perilaku negatif dan penurunan nilai kosakata reseptif.
3. Dapat mengganggu hubungan orangtua dan anak
Saat diwawancarai oleh New York Times, Dr. Robert D. Sege, seorang dokter anak, mengatakan bahwa orangtua perlu membatasi atau menghilangkan kekerasan dan ketakutan dalam hubungan yang dimiliki dengan anak-anak, karena itu adalah salah satu hubungan yang paling penting.
Dilansir dari Belly Belly, jika orangtua ingin anaknya mencintai dan menghormati mereka, baik Mama dan Papa harus memperlakukan anak dengan cara yang sama. Sehingga penting untuk bersikap empati, penyayang, dan penuh kasih.
Menurut Ask Dr. Sears ketika memberikan pukulan, orangtua mungkin akan menyadari bahwa anak terkadang takut pada dan bingung, tentang mengapa orangtuanya menyalahgunakan kekuatan atau usia dengan cara ini.
4. Mengikuti kebiasaan orangtuanya yang suka memukul
Bukan rahasia umum lagi bila anak-anak suka meniru, terutama dari seseorang cintai dan hormati. Mereka percaya bahwa tidak apa-apa bagi mereka untuk menyalin apa pun yang orangtuanya lakukan.
Jika orangtua memukul anaknya, maka ia akan menggunakan agresi untuk menangani konflik-konflik, baik saat usianya masih balita maupun sebagai orang dewasa.
Selain itu, memukul menunjukkan bahwa tidak apa-apa untuk memukul orang lain, dan terutama bagi orang yang sudah 'besar' untuk memukul orang yang masih 'kecil'. Atau orang yang 'kuat' untuk memukul orang yang 'lemah'.
Maka bukan hal yang mengherankan bila ketika orangtua memukul balita, maka ia mungkin akan meneruskan cara interaksi ini ke dalam hubungan lain dengan teman sebaya dan saudara kandung, dan akhirnya anak-anak dan pasangan.
Padahal, Mama dan Papa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan anak tentang bagaimana menangani konflik.
5. Dapat menimbulkan rasa sakit pada anak
Ini sebenarnya harus menjadi poin pertama dalam daftar. Dilansir dari Raising Children, tak mengherankan lagi jika ada risiko menyakiti anak ketika seseorang memukulnya.
Memukul dimaksudkan untuk menyakiti atau membuat kapok balita agar tidak melakukan perilaku buruk. Dan dengan demikian, memukul menimbulkan rasa sakit pada anak dan dapat melukainya.
Melihat beberapa alasan di atas, penting bagi para orangtua untuk menjauhi kebiasaan memukul anak sebagai bagian dari pendisiplinan. Sebagai gantinya, ada beberapa strategi disiplin yang bisa dilakukan:
Beberapa Strategi Disiplin Positif untuk Memperbaiki Perilaku Buruk Balita
AAP merekomendasikan untuk mencoba taktik disiplin positif untuk memperbaiki perilaku buruk balita. Karena disiplin positif berfokus untuk mengajari anak untuk mengelola perilakunya, menjaganya dari bahaya, sambil mendorong perkembangan yang sehat.
Menurut Practical Parenting, berikut beberapa strategi disiplin positif untuk memperbaiki perilaku buruk balita:
- Tunjukkan dan beri tahu, ajari si Kecil bagaimana cara yang diterima dan yang tidak diterima dalam hal menggunakan tindakan dan kata-kata.
- Tetapkan batasan, tempatkan aturan yang jelas dan konsisten, dan jelaskan dengan cara yang dapat anak pahami.
- Berikan konsekuensi, jelaskan dengan tegas dan tenang konsekuensi dari perilaku buruk. Misalnya, buat balita mengerti bahwa Mama akan mengambil mainannya selama sehari jika ia tidak belajar berbagi dengan saudara atau teman sebaya.
- Dengarkan anak, penting untuk mendengarkan dan biarkan anak selesai berbicara sebelum Mama membantunya memecahkan masalah.
- Beri mereka perhatian penuh, perhatian adalah alat yang cukup ampuh untuk disiplin yang efisien. Balita selalu mendambakan perhatian orangtuanya, dan Mama dapat dengan mudah memperkuat dan mencegah perilaku dengan memerhatikan.
Itulah beberapa informasi seputar 5 alasan mengapa memukul anak bukan bentuk pendisiplinan. Mama juga telah mengetahui banyak strategi non-memukul lain yang bisa dicoba untuk mendisiplinkan anak.
Mama dapat menerapkan semuanya atau menyesuaikan dengan gaya parenting yang dimiliki serta kepribadian anak.
Baca juga:
- Setop Menghukum Anak! 5 Cara Menggunakan Teknik Disiplin Positif
- 10 Cara Pengasuhan Positif untuk Meningkatkan Disiplin pada Anak
- 10 Alasan yang Membuat Orangtua Gagal saat Mendisiplinkan Anak