Penjelasan Stunting Menurut WHO dan Cara Mengatasinya
Jangan menyerah untuk mengejar pertumbuhan anak agar tetap sehat dan optimal!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua tentu ingin memiliki buah hati yang sehat, dan diikuti dengan tumbuh kembang yang optimal. Namun sayangnya, tak sedikit orangtua yang memahami tentang mencukupi asupan gizi, sehingga stunting pada anak menjadi salah satu masalah kesehatan dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) stunting pada anak adalah salah satu hambatan paling signifikan bagi perkembangan manusia, secara global mempengaruhi sekitar 162 juta anak di bawah usia 5 tahun.
Untuk menginformasikan seputar bahaya dan pencegahan stunting pada anak, kali ini Popmama.com akan membahas penjelasan stunting menurut WHO dan cara mengatasinya.
Simak informasinya lebih lanjut di bawah ini!
1. Apa itu stunting menurut WHO?
Dilansir dari WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Seorang anak didefinisikan sebagai stunting jika tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, di bawah ketetapan Standar Pertumbuhan Anak WHO.
Stunting adalah akibat dari nutrisi yang tidak memadai, dan serangan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan seorang anak, sejak pembuahan sampai usia dua tahun.
2. Apa dampak stunting bagi kehidupan anak?
Gangguan pertumbuhan memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak. Ini termasuk penurunan perkembangan kognitif, fisik, bahasa dan sensorik-motorik. Kemudian juga penurunan kapasitas produktif dan kesehatan yang buruk, berat badan yang berlebihan di masa kanak-kanak.
Tak hanya itu, stunting juga memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah orang dewasa yang rendah, kehilangan produktivitas dan, peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa seperti diabetes.
3. Apa penyebab stunting pada anak?
Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi pada anak, dan kebanyakan stunting terjadi selama periode 1.000 hari mulai dari konsepsi hingga ulang tahun kedua anak. Ada tiga penyebab utama stunting di Asia Selatan, yaitu:
Kurangnya nutrisi pada ibu hamil
Gizi Mama yang buruk selama kehamilan dan menyusui dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan anak. Nutrisi yang tepat untuk Mama selama periode prenatal dan postnatal penting untuk memastikan berat badan lahir yang sehat dan untuk pertumbuhan anak yang sehat.
Indeks Massa Tubuh atau Body mass index (BMI) Calon Mama yang rendah, memengaruhi janin untuk pertumbuhan yang buruk yang menyebabkan retardasi pertumbuhan intrauterin, yang sangat terkait dengan berat dan ukuran lahir rendah.
Kurangnya nutrisi pada MPASI
Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak memadai dan kurangnya nutrisi penting selain asupan kalori murni merupakan salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan.
Anak-anak perlu diberi makanan yang memenuhi persyaratan minimum dalam hal frekuensi dan keragaman untuk mencegah kekurangan gizi.
Kebersihan atau sanitasi yang buruk
Ada hubungan antara pertumbuhan anak-anak dan praktik sanitasi rumah tangga. Misalnya ketika anak menelan bakteri dalam jumlah besar melalui memasukkan jari atau barang-barang rumah tangga yang kotor ke dalam mulut, ini dapat menyebabkan infeksi usus.
Infeksi usus dapat memengaruhi kebutuhan gizi anak, dengan mengurangi nafsu makan, mengurangi penyerapan zat gizi, dan meningkatkan kehilangan zat gizi.
Penyakit diare berulang dan infeksi cacing usus (helminthiasis), keduanya terkait dengan sanitasi yang buruk terbukti berkontribusi terhadap stunting pada anak.
4. Apa ciri-ciri anak yang terkena stunting?
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebutkan, bahwa setiap orangtua dapat mengetahui kondisi anaknya apakah stunting atau tidak, dengan melakukan ukur panjang atau tinggi badannya, dan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Jadi, dibutuhkan pengukuran yang tepat untuk mengetahui apakah si Kecil alami stunting atau tidak ya Ma!
Selain tubuh yang berperawakan lebih pendek dari teman seusianya, ada beberapa ciri lain yang bisa Mama ketahui, yaitu sebagai berikut:
- Pertumbuhan melambat, seperti pertumbuhan gigi salah satunya.
- Wajah anak tampak lebih muda dari anak seusianya.
- Alami performa yang buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
- Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun.
- Mudah terserang berbagai penyakit.
- Di usia 8-10 tahun, anak akan menjadi lebih pendiam dan tak mau melakukan banyak kontak mata dengan orang sekitar.
- Perkembangan tubuh anak pun akan terhambat, seperti telat mesntruasi untuk anak perempuan.
5. Bagaimana cara mencegah stunting?
Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.
Dilansir dari Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, jumlah penderita stunting di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2018 memang terus menurun. Tetapi langkah pencegahan stunting sangat perlu dilakukan.
Berikut beberapa langkah pencegahan stunting:
Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Penting bagi ibu hamil untuk memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar Calon Mama selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Kemudian rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, Mama disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada ASI dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika anak menginjak usia 6 bulan ke atas, maka Mama sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
WHO merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya Mama berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut dan konsultasikan dulu dengan dokter.
Terus memantau tumbuh kembang anak
Orangtua perlu terus memantau tumbuh kembang anak, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi MAma untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Selalu rutin membersihkan lingkungan, mengawasi anak saat bermain di dalam dan di luar rumah, mencegah anak memasukkan tangan atau mainan ke mulut, dan membiasakan cuci tangan, dapat menghindarkan anak dari diare.
Beberapa Cara untuk Mengatasi Stunting
Walau membutuhkan proses yang tidak instan untuk bisa membuat anak menjadi tumbuh sehat dan normal seperti anak-anak lainnya, anak yang stunting masih memiliki harapan untuk hidup lebih baik dengan memperbaiki pertumbuhannya dengan cara di bawah ini.
1. Mengejar pertumbuhan saat anak berusia di bawah tiga tahun
Memperbaiki kondisi anak yang dianggap memiliki gangguan stunting dapat dilakukan ketika si Kecil masih berusia di bawah tiga tahun. Hal ini karena, masa pertumbuhan dan daya serap tubuh anak terhadap vitamin dan mineral sedang optimal.
Selain usia di bawah tiga tahun, ada satu kesempatan lagi untuk anak stunting mengejar pertumbuhannya. Yaitu pada masa sebelum pubertas. Pada masa itu, anak bisa diajak untuk aktif berolahraga dan makan-makanan bergizi.
Jangan lupa untuk memberikan suplemen dan vitamin peninggi badan agar pertumbuhan tinggi badannya bisa maksimal
2. Mengatur pola makan yang bergizi seimbang
Menangani gangguan pertumbuhan seperti stunting harus disiplin dalam mengatur pola makannya. Anak stunting harus diatur pola makan yang bergizi seimbang untuk mengejar ketertinggalannya selama dari di dalam kandungan.
Gizi seimbang adalah memenuhi 50 persen karbohidrat, 10 persen protein, dan maksimal 40 persen lemak. Hitungan ini berlaku untuk anak usia di bawah 2 tahun. Sedangkan untuk anak di atas 2 tahun lemak maksimal 30 persen.
Pemberian MPASI yang sehat dibsa didapatkan dalam makanan yang mengandung protein banyak di dapat dari wortel, brokoli, tahu tempe, daging, ikan, susu dan telur. Makanan ini akan melengkapi kebutuhan gizi dan optimalkan pertumbuhan anak stunting.
3. Melakukan aktivitas fisik dan rutin berolahraga
Selain memperbaiki makanan yang bergizi dan bernutrisi, balita juga harus melakukan aktivitas fisik. Karena dengan melakukan aktivitas tubuh anak akan mengeluarkan energi dan akan menjadikan tidur malamnya lebih nyenyak dan berkualitas.
Anak yang rajin beraktivitas dan berolahraga, cenderung akan memiliki tubuh lebih tinggi daripada yang tidak bergerak. Dengan begitu anak yang terkena stunting harus melakukan aktivitas atau olahraga agar tubuh bugar dan sehat.
4. Istirahat yang cukup dan tidur berkualitas
Istirahat yang cukup, terutama tidur pada malam hari harus nyenyak dan berkualitas. Cegah anak untuk tidur larut malam, karena hormon pertumbuhan bekerja dengan maksimal saat anak tidur dengan nyenyak. Dengan begitu anak yang terkena stunting bisa mengejar pertumbuhannya.
5. Menjaga lingkungan agar tetap bersih
Lingkungan yang sehat sangat berpengaruh bagi anak yang sedang mengejar pertumbuhannya. Anak yang sedang mengejar pertumbuhan umumnya akan berhasil, ketika lingkungannya tumbuh baik karena dapat memperpanjang masa pertumbuhan.
Sementara itu, mengejar pertumbuhan bisa jadi gagal jika anak tetap berada di lingkungan yang sama dengan lingkungan ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan.
Lingkungan yang bersih ini juga erat kaitannya dengan sanitasi yang harus dijaga kebersihannya. Mulailah rutinitas seperti membersihkan mainan anak, mensterilkan alat makan anak, membiasakan anak untuk cuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan kamar mandi, dan lain-lain
Itulah beberapa informasi seputar penjelasan stunting menurut WHO dan cara mengatasinya. Ketika anak mengalami stunting, penting bagi orangtua agar tidak putus asa dalam mengejar pertumbuhan anak. Karena jika Mama pantang menyerah, ini adalah pembuka jalan anak untuk tumbuh lebih baik, sehat, dan optimal.