Kenali 5 Perbedaan Anak yang Lahir Sebelum dan saat Pandemi
Ada nama generasi terbaru untuk anak yang lahir di masa pandemi
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandemi Covid-19 yang terjadi selama tahun 2019 hingga kini memengaruhi siapa pun, dalam segala kalangan usia, bahkan tak terkecuali anak yang lahir di tahun pandemi.
Anak yang lahir setelah 11 Maret 2020 hanya akan mengenal dunia dalam cengkeraman pandemi. Mereka mungkin belum pernah bertemu orang yang bukan orangtua mereka, atau mereka mungkin hanya pernah melihat kakek-nenek mereka dari kejauhan.
Mereka tentu tidak akan memiliki kesempatan yang sama untuk berinteraksi dengan anak-anak lain. Tak hanya itu saja, perkembangan anak yang lahir di tahun pandemi ini dikatakan berbeda dari mereka yang lahir pada tahun-tahun sebelumnya.
Lantas, seperti apa perbedaannya?
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa perbedaan anak yang lahir sebelum dan saat pandemi di bawah ini.
1. Memiliki nama generasi terbaru
Jika Mama sering mendengar nama Boomer, Gen X, Gen Z, dan Milenial, yang menandakan generasi seseorang, kini ada nama baru untuk anak-anak yang lahir di masa pandemi virus corona.
Beberapa kata tersebut telah terdaftar di antara sejumlah frasa baru, dan ada di dalam kamus The Cambridge Dictionary.
Misalnya, Lockstalgia atau keadaan di mana seseorang melihat kembali memori ketika terjadi lockdown atau pada penguncian nasional pertama. Kemudian juga ada Quaranteen, yaitu remaja yang menghabiskan waktu selama wabah dengan melakukan karantina.
Sedangkan, anak yang lahir pada masa ini, menurut kamus, disebut Coronnials.
2. Mengalami penurunan kinerja verbal, motorik, dan kognitif
Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilansir dari The Guardian mengatakan, anak-anak yang lahir selama pandemi virus corona telah secara signifikan mengalami penurunan kinerja verbal, motorik, dan kognitif keseluruhan, dibandingkan dengan anak-anak yang lahir sebelumnya.
Hal ini karena beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting untuk perkembangan kognitifnya. Tetapi dengan Covid-19 yang memicu penutupan bisnis, sekolah, dan taman bermain, kehidupan balita berubah secara signifikan.
Selain itu, lingkungan terdekat anak seperti orangtua juga mengalami peningkatan stres dan ketegangan ketika mereka mencoba menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan anak.
Menurut penulis utama penelitian, Sean Deoni yang merupakan profesor pediatri di Brown University, dengan stimulasi terbatas di rumah dan lebih sedikit interaksi dengan dunia luar, anak-anak era pandemi mendapat skor yang sangat rendah pada tes yang dirancang untuk menilai perkembangan kognitif.
3. Mengalami perkembangan yang berbeda
Anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan mereka dan otak anak mengalami sejumlah besar pertumbuhan struktural dan fungsional yang didorong oleh faktor genetik dan lingkungan.
Dan pandemi Covid-19 ini sangat mengubah lingkungan anak-anak serta ibu hamil, yang dapat sangat memengaruhi perkembangan anak-anak.
Dilansir dari The Jerusalem Post, sebuah studi yang dilakukan di tahun 202, mengatakan para peneliti mengutip bahwa lockdown adalah faktor yang membatasi pembelajaran anak dan aktivitas khas anak-anak.
Selain itu, penutupan menambahkan stres, yang disebabkan oleh berbagai faktor pandemi yang memengaruhi orangtua dan mungkin berdampak pada anak-anak.
Para peneliti juga menyebutkan ketakutan menghadiri kunjungan prenatal untuk ibu hamil selama pandemi sebagai faktor yang meningkatkan stres, kecemasan, dan depresi calon Mama. Daftar ini menjadi faktor lain yang dapat memengaruhi perkembangan anak.
4. Memiliki berat badan yang lebih rendah
Karena studi perkembangan anak membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk mengumpulkan data, para peneliti baru mulai melihat tren bagaimana pandemi dan pemicu stres yang terkait dengan pangan terbatas, stres, isolasi, penyakit, dan kehilangan.
Dan bagaimana faktor-faktor di atas telah memengaruhi anak yang lahir selama beberapa tahun terakhir.
Dilansir dari North Carolina Health News, Cathi Propper, ilmuwan penelitian lanjutan di Institut Pengembangan Anak UNC Frank Porter Graham, telah memperhatikan beberapa tren awal terkait pandemi.
Bagian dari penelitian ini termasuk mengukur kadar kortisol, hormon stres, pada wanita hamil dan berat lahir bayi. Pengamatan awal menunjukkan kadar kortisol yang lebih tinggi dalam sampel yang diambil dari ibu hamil selama pandemi.
Selain itu, anak dalam penelitian yang lahir selama pandemi memiliki berat lahir lebih rendah daripada mereka yang lahir sebelum pandemi.
5. Memiliki risiko depresi dan kecemasan
Stres orangtua dan masalah kesehatan mental menimbulkan risiko serius bagi perkembangan anak di kemudian hari, memengaruhi kesejahteraan emosional mereka. Ini bahkan juga menempatkan anak pada risiko depresi dan kecemasan itu sendiri.
Dilansir dari News 24, peningkatan kekerasan pada anak selama masa pandemi ini sangat berpengaruh pada perkembangan anak dan dalam jangka waktu yang lama, termasuk cacat fisik jangka panjang, tekanan emosional, dan masalah kesehatan mental.
Sayangnya, sistem dukungan untuk anak dan keluarga, telah sangat terganggu selama pandemi. Seperti yang sering terjadi, anak-anak yang rentan terhadap masalah kesehatan ini paling bergantung pada layanan dan jaringan pendukung.
Itulah beberapa perbedaan pada anak yang lahir sebelum dan saat pandemi. Perlu diingat bahwa tak ada kata terlambat untuk memberikan bimbingan pada anak, mulai dari memberikan perhatian lebih, mengenalkan anak pada dunia sosial lewat permainan peran, dan pemberian nutrisi yang mencukupi.
Ada banyak cara yang dapat Mama lakukan untuk mengatasi atau mencegah penurunan perkembangan pada anak yang lahir di masa pandemi. Karena jika bukan orangtua yang bertindak dengan cepat, maka siapa lagi?
Baca juga:
- Eksklusif: Jadi Orangtua yang Kreatif, Ini Cara Radhini Mengatasi Tantang Mengasuh Toddler saat Pandemi
- Cara Meningkatkan Percaya Diri Anak Setelah Pandemi Berkepanjangan
- Tips Menjaga Pencernaan dan Daya Tahan Tubuh Anak saat Pandemi