Kenali, Ciri-Ciri Anak Kekurangan Gizi dan Penanganannya
Gizi buruk menjadi masalah yang paling umum menimpa anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pemberian nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan anak, khususnya demi mencegah gizi buruk di umurnya yang masih muda tersebut. Namun, terkadang sulit untuk mengetahui tanda-tanda anak mengalami malnutrisi.
Malnutrisi adalah kondisi ketika anak tidak menerima nutrien, mineral, dan kalori yang cukup untuk membantu perkembangan organ vitalnya. Gizi buruk selanjutnya akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak.
Dalam hal ini, kelebihan asupan nutrisi juga ternyata dapat menyebabkan balita gizi buruk, Ma. Oleh karena itu, memberikan diet gizi seimbang untuk menjaga kadar nutrien yang cukup di dalam tubuh sangat penting untuk dilakukan terhadap anak.
Berikut ini telah Popmama.com rangkum ciri-ciri anak kekurangan gizi dan penanganannya untuk membantu Mama semakin memerhatikan gizi si Kecil. Yuk, dibaca.
1. Kapan anak dikatakan gizi buruk?
Gizi buruk biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan balita yang jauh di bawah rata-rata. Oleh karena itu, indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan status gizi adalah grafik berat badan menurut tinggi badan.
Selain itu, lingkar lengan atas juga biasanya diperiksakan pada anak dan balita untuk menentukkan apakah ia mengalami gizi buruk secara klinis.
Biasanya anak yang masuk ke dalam kategori gizi buruk sudah mengalami kekurangan berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Jika diukur menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) yang mengacu pada WHO dengan berbagai indikator pendukung, anak dikatakan mengalami gizi buruk ketika hasil pengukuran indikator BB/TB untuk status gizinya kurang dari 70 persen nilai median.
2. Ciri anak gizi buruk tanpa komplikasi
Berikut ini merupakan ciri anak-anak dengan gizi buruk, tetapi tidak memiliki komplikasi lain:
- Terlihat sangat kurus dengan kulit kering.
- Mengalami edema atau pembengkakan.
- Memiliki kulit pantat keriput.
- Indikator penilaian status gizi BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD.
- Lingkar lengan atas kurang dari 11,5 cm untuk anak usia 6—59 bulan.
- Nafsu makan baik.
- Sel iga terlihat dengan jelas.
- Tidak disertai dengan komplikasi medis.
3. Ciri anak gizi buruk dengan komplikasi
Berikut ini merupakan ciri anak-anak dengan gizi buruk yang memiliki komplikasi:
- Terlihat sangat kurus.
- Mengalami endema atau pembengkakan pada seluruh tubuh.
- Indikator penilaian status gizi BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD
- Lingkar lengan atas kurang dari 11,5 cm untuk anak usia 6—59 bulan
- Memiliki satu atau lebih komplikasi medis, misalnya anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi, dan penurunan kesadaran.
4. Permalasahan gizi buruk pada anak
Secara klinis, permasalahan gizi buruk pada anak balita terbagi menjadi beberapa kategori, antara lain:
- Marasmus, kondisi kekurangan gizi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya asupan energi harian anak.
- Kwashiorkor, kondisi kekurangan gizi yang disebabkan karena rendahnya asupan protein. Anak gizi buruk karena kwashiorkor memiliki ciri-ciri tubuh membengkak karena mengalami penumpukan cairan (edema).
- Marasmik-kwashiorkor, bentuk lain dari gizi buruk yang menggabungkan kondisi dan gejala marasmus dan kwashiorkor.
5. Dampak gizi buruk pada anak
Anak-anak yang mengalami gizi buruk biasanya berpotensi mengalami komplikasi serta gangguan kesehatan jangka panjang. Berikut dampak dari gizi buruk terhadap anak:
- Mengalami gangguan kesehatan mental dan emosional.
- Menjadi lemas, lesu, dan tidak dapat bergerak aktif.
- Memiliki tingkat IQ rendah.
- Rentan mengalami risiko penyakit infeksi.
- Pertumbuhan dan perkembangan terhambat sehingga tidak tumbuh secara optimal.
6. Penanganan gizi buruk pada anak
Kementerian Kesehatan RI membagi penanganan gizi buruk pada anak dibagi atas 3 fase, yaitu sebagai berikut:
1. Fase stabilisasi
Fase stabilisasi dilakukan ketika kondisi klinis dan metabolisme anak belum sepenuhnya stabil dan butuh sekitar 1-2 hari untuk memulihkannya.
Tujuannya adalah untuk memulihkan fungsi organ-organ yang terganggu serta pencernaan anak agar kembali normal. Anak akan diberikan formula khusus berupa F 75 atau modifikasinya.
Fase stabilisasi dilakukan dengan cara ini:
- Pemberian susu formula sedikit tapi sering
- Pemberian susu formula setiap hari
- ASI diberikan setelah susu formula khusus
2. Fase transisi
Fase transisi terjadi saat perubahan pemberian makanan tidak menimbulkan masalah bagi kondisi anak. Biasanya fase ini berlangsung selama 3-7 hari dengan pemberian susu formula khusus berupa F 100 atau modifikasinya.
Fase transisi dilakukan dengan cara berikut:
- Pemberian formula khusus dengan frekuensi sering dan porsi kecil. Paling tidak setiap 4 jam sekali.
- Jumlah volume yang diberikan pada 2 hari pertama (48 jam) tetap menggunakan F 75.
- ASI tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi formulanya.
- Jika volume pemberian formula khusus tersebut telah tercapai, tandanya anak sudah siap untuk masuk ke fase rehabilitasi.
3. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi terjadi ketika nafsu makan anak sudah kembali normal dan sudah bisa diberikan makanan agak padat melalui mulut atau oral.
Namun, jika si Kecil belum sepenuhnya bisa makan secara oral, pemberiannya bisa dilakukan melalui selang makanan (NGT).
Fase ini biasanya berlangsung selama 2-4 minggu sampai indiktor status gizi BB/TB-nya mencapai -2 SD dengan memberikan F 100.
Secara bertahap, nantinya porsi menu makanan anak bertekstur padat bisa mulai ditambah dengan mengurangi pemberian F 100.
Demikian ciri anak kekurangan gizi dan penanganannya. Semoga membantu ya, Ma.
Baca juga:
- 12 Resep Masakan Bernutrisi Pencegah Stunting untuk si Kecil
- 10 Jenis Vitamin untuk Anak Stunting
- 10 Rekomendasi Susu Formula untuk Anak Gizi Buruk