Balita di Medan Meninggal Dunia usai Disuntik Bius saat Operasi
Balita itu meninggal setelah dibius saat operasi bibir sumbing
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang balita berusia 2 tahun di Medan, Sumatra Utara, diduga menjadi korban malapraktik di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan.
Dugaan itu muncul karena setelah disuntik bius saat akan menjalani operasi bibir sumbing kedua, korban langsung mengalami kebiruan. Sayangnya, balita itu meninggal dunia pada Jumat (28/6/2024) lalu.
Informasi lebih lengkap tentang balita di Medan meninggal dunia usai disuntik bius saat operasi sudah Popmama.com rangkumkan secara detail dalam artikel kali ini.
1. Tubuh balita itu mengalami kebiruan setelah mendapat suntikan bius
Rika Lidyawati, mama dari Attaraska Kenzi Hamizan, mengatakan bahwa dirinya membawa anaknya ke Rumah Sakit Mitra Sejati Medan untuk menjalani proses operasi bibir sumbing yang kedua, setelah beberapa bulan menjalani operasi pertama.
Akan tetapi, tubuh anaknya mengalami kebiruan tak berselang lama setelah mendapatkan suntikan bius saat akan menjalani operasi. Balita dua tahun itu kemudian meninggal dunia sesaat kemudian.
Kini, balita itu diduga meninggal karena mengalami gangguan pada paru-paru dan jantungnya. Namun, menurut Rika, anaknya dalam keadaan sehat. Anaknya bahkan sudah menjalani pemeriksaan darah hingga paru-paru sebelum operasi. Hasilnya, tak ada masalah.
"Sebelum dioperasi, diinfus terlebih dahulu, masuklah kami ke ruang operasi. Habis itu dibius anak saya. Satu setengah jam saya dipanggil bahwasanya anak saya itu biru. Dijelaskanlah, kata mereka ada kemungkinan anak saya terkena (gangguan) paru-paru sama jantung," ujar Rika, Senin (1/7/2024).
2. Rumah Sakit Mitra Sejati Medan sebut penyuntikan bius sudah sesuai prosedur
Erwinsyah Lubis selaku Humas dan Legal Rumah Sakit Mitra Sejati Medan membenarkan bahwa Attaraska Kenzi Hamizan menjalani operasi bibir sumbing. Namun, Erwin mengatakan kalau penyuntikan bius kepada balita itu sudah sesuai dengan prosedur.
Selain itu, pihak rumah sakit kabarnya juga sudah memberikan edukasi lebih dulu kepada keluarga atau orangtua pasien mengenai dampak yang ditimbulkan dari suntikan bius seperti berhenti napas dan kematian.
Mengenai proses penyuntikan bius kepada balita itu, pihaknya mengaku sudah menanyakan kepada ibu kandung korban soal ada atau tidaknya riwayat penyakit jantung atau paru-paru pada korban.
"Dia (ibu kandung korban) mengatakan tidak, terus ada. Terus kata dokter, 'Ada atau tidak ibu?' tidak tahu katanya. Edukasi kedua setelah suntik ditanya juga, 'Kenapa kuku dia biru-biru?' tidak tahu katanya," kata Erwin.
"Sudah disampaikan juga kepada ibu pasien ini akibat terdampak suntikan obat tadi bisa berhenti napas dan juga bisa kematian karena anak bayi kalau disuntik bius tadi itu akan rentan," sambungnya.
3. Duga ada kecerobohan dokter, keluarga bawa kasus ini ke polisi untuk dapat keadilan
Kini, keluarga menduga kalau ada kecerobohan yang dilakukan dokter atau tenaga medis saat menangani balita itu sebelum melaksanakan operasi bibir sumbing yang kedua. Keluarga akan melaporkan kasus tersebut ke Mapolda Sumatra Utara untuk mendapatkan keadilan.
Di sisi lain, pihak rumah sakit telah mempersilakan pihak keluarga untuk menempuh jalur hukum, apabila merasa prosedur penyuntikan obat bius kepada korban dianggap sebagai bentuk malapraktik.
Sementara itu, jenazah balita tersebut sudah dimakamkan di pekuburan Muslim yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya yang berada di kawasan Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.
Lantas, Berapakah Seharusnya Dosis Suntikan Bius untuk Anak yang Tepat?
Berangkat dari berita di atas, tidak sedikit orang awam yang penasaran dengan dosis pemberian suntikan bius kepada anak-anak, terutama yang masih berusia balita. Lalu, berapakah seharusnya dosis suntikan bius untuk anak yang tepat?
Dikutip dari situs Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Dokter Spesialis Anestesi bernama dr Yusmalinda Sp.An menjelaskan kalau ada perbedaan antara pemberian bius kepada orang dewasa dan anak-anak.
Menurutnya, pemberian anestesi (pembiusan) kepada anak harus didampingi orangtua. Sementara pada orang dewasa pemberian anestesi tidak didampingi karena dia dapat sendirian di kamar operasi.
"Kita memulai anestesi atau induksi pada anak itu harus didampingi orangtua, dia pasti dengan kondisi takut menangis, makanya perlu didampingi orangtua," jelasnya.
Selain itu, pemberian dosis anestesi kepada anak-anak dan orang dewasa juga sangat berbeda. Pemberian bius atau anestesi kepada anak harus betul-betul diukur secara tepat miligram per kilogram berat badannya.
Anak-Anak Punya Risiko yang Lebih Besar saat Mendapatkan Anestesi
Dikutip dari Medical Xpress, Asisten Profesor Anestesiologi di University Illinois College of Medicine AS, dr Helen Lee menjelaskan bahwa anak-anak memiliki risiko yang lebih besar saat mendapatkan anestesi.
Hal itu dikarenakan ada beberapa anak yang tidak memiliki cadangan oksigen fisiologis yang besar seperti orang dewasa untuk menahan oksigen rendah pada saat anestesi berlangsung.
Di sisi lain, anak-anak juga memiliki kebutuhan metabolisme yang lebih besar terhadap oksigen daripada orang dewasa. Dengan demikian, oksigen rendah itulah dapat menyebabkan konsekuensi serius pada anak, termasuk kerusakan otak.
Demikianlah rangkuman informasi tentang balita di Medan meninggal dunia usai disuntik bius saat operasi. Semoga kasus yang telah terjadi tersebut tidak lagi terulang di kemudian hari ya, Ma.
Baca juga:
- Kisah Pilu Park Bomi, Anaknya Usia 15 Bulan Meninggal karena Covid-19
- Seorang Balita Meninggal Dunia karena Neuroblastama, Penyakit Apa itu?
- Anak Lelaki Meninggal Dunia karena Alat Tes Swab Patah saat Dipakai