5 Tanda Anak Takut Buang Air Besar, Mama Harus Lebih Waspada!
Kenali dan sadari gejalanya pada si Kecil!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama, pernah mengalami momen dimana anak takut ke toilet?
Atau Mama pernah merasakan bahwa Anak hanya diam saja walaupun dia terlihat mulas?
Bisa jadi itu tanda bahwa anak takut untuk buang air besar, lho, Ma!
Ketakutan untuk BAB dapat timbul apabila sebelumnya anak mengalami kejadian buruk yang membuat trauma. Biasanya terjadi karena anak merasa tertekan dan kesulitan saat mengeluarkan tinja.
Anak mungkin akan mengingat bagaimana sakitnya hal tersebut, sehingga ia memilih untuk menghindari BAB.
Faktor lainnya, anak bisa jadi pernah merasakan ketidaknyamanan saat berada di toilet. Seperti, pernah merasakan kondisi toilet yang kotor, melihat hewan tertentu di toilet, atau bahkan anak takut merasakan sendiri karena membayangkan hal-hal menyeramkan lainnya.
Ketakutan anak ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama, ya, Ma!
Yuk, mulai sadari gejalanya dengan menyimak informasi yang telah Popmama.com rangkum untuk Mama seputar tanda anak takut buang air besar supaya Mama lebih waspada!
1. Menghindar saat harus ke toilet
Anak akan menyangkal reaksi tubuhnya sendiri untuk buang air besar. Ketika sedang sakit perut, ia akan menjauh dari pandangan Mama agar terhindar dari perintah untuk segera ke toilet. Hal ini merupakan respons dari anak untuk menghindari rasa sakit dari proses buang air besar yang membuatnya trauma.
Mama dapat mendatanginya dengan perasaan yang tenang dan hindari penggunaan nada tinggi ketika sudah menemukannya dari tempat persembunyiannya.
Marah hanya akan menambah tekanan anak untuk semakin menghindari penggunaan toilet dan tertutup dengan Mama.
2. Menyilangkan kaki sebagai upaya untuk menahan buang air besar sembari membungkukkan badan
Perilaku seperti ini apabila dilakukan secara berulang akan membentuk refleks pada tubuh anak sehingga jika ia melakukannya pada saat sakit perut, maka akan mampu menekan rasa untuk ingin buang air besar.
Jika anak mulai menunjukkan perilaku ini, bahkan sudah menjadi kebiasaan, Mama harus melakukan pemeriksaan, apakah ada gumpalan yang terasa di bagian kiri bawah perut?
Karena apabila iya, itu artinya Mama harus segera menyiapkan dan memberikan obat pencahar kepada anak sebagai langkah pertama evakuasi sembelit.
Kebiasaan anak yang selalu menahan buang air besar akan membuat feses menumpuk. Sehingga, inilah awal mula dari munculnya konstipasi atau sembelit pada anak.
3. Menangis apabila diminta untuk ke toilet
Anak biasanya akan lebih menyukai sesuatu hal yang sesuai dengan kondisi hatinya. Apabila si Kecil ‘dipaksa’ untuk melakukan yang tidak sesuai, maka ia akan mengutarakannya dengan tindakan yang tidak menyenangkan.
Lalu, apabila sudah terpojok dan tidak mampu lagi menghindar, biasanya anak akan menangis.
Dalam menghadapinya, Mama harus tetap sabar. Ketahuilah bahwa menangis adalah respons anak untuk meminta validasi atas perasannya.
Sebagai orangtua, tentu kita harus mendengar alasan anak menangis. Lalu saat anak sudah terbuka dan siap menerima masukan, berikan pemahaman padanya bahwa pergi ke toilet bukanlah hal yang menyeramkan. Terutama ketika ingin buang air, toilet adalah tempat yang harus dituju supaya feses tidak menumpuk.
Mama mungkin juga dapat memberitahukan padanya akibat dari tertumpuknya feses di dalam perut akan menyebabkan rasa yang lebih sakit apabila semakin ditunda untuk keluar.
4. Anak merasa cemas dengan toilet
Tanda selanjutnya adalah anak mengalami kecemasan saat harus buang air besar.
Di benaknya, mungkin saja ia memikirkan hal-hal menakutkan yang akan ia temui saat berada di toilet. Biasanya, anak memang akan sendirian saat berada di toilet. Terutama ketika BAB, butuh waktu yang lebih lama untuk mengeluarkannya daripada buang air kecil.
Anak mama bisa saja juga memikirkan rasa sakit ketika mengejan. Untuk membantu anak menghilangkan rasa cemasnya, Mama harus selalu mendorong dan memberikan pandangan positif pada si Kecil!
Di awal-awal ketika kecemasan anak masih tinggi, Mama bisa menemaninya dulu di kamar mandi dan mengajaknya berbicara untuk mengalihkan rasa cemasnya. Walaupun sembari berbincang, jangna lupa pastikan juga anak tetap fokus mengejan ya, Ma!
5. Frekuensi buang air besar kurang dari dua kali seminggu
Tanda yang satu ini tidak dilihat dari bagaimana sikap si anak, namun mengharuskan Mama untuk lebih perhatian terhadap pola buang air besar pada anak.
Apabila anak mengalami tanda ini, Mama harus waspada! Bisa jadi anak telah mengalami sembelit.
Kondisi sembelit dapat membuat feses menjadi keras. Anak pun akan lebih merasakan nyeri dari biasanya.
Sembelit bisa disebabkan oleh pola makan yang kurang baik. Misalnya, si Kecil jarang mengonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat.
Untuk mengatasinya, Mama dapat memberikan obat pencahar.kepada anak dan pastikan anak mama mengonsumsi makanan-makanan sehat.
Dari kelima tanda-tanda tersebut, apakah anak mama sedang mengalaminya?
Si Kecil harus mulai memahami siklus buang air besar pada manusia. Karena itu adalah proses pencernaan yang tidak bisa dihindari.
Mama bisa membiasakan si Kecil untuk menggunakan toilet dan tidak takut buang air besar lewat segenap cara yang dinamakan Potty Training.
Saat melatih, jangan lupa siapkan ukuran toilet yang memang sesuai dengan ukuran tubuhnya, ya, Ma! Karena mungkin, si Kecil belum nyaman dengan ukuran toilet yang biasa digunakan orang dewasa.
Pastikan juga si Kecil menerapkan pola hidup sehat, ya, Ma supaya terhindar dari penyakit!
Baca juga:
- 10 Obat Tradisional Susah Buang Air Besar untuk Balita
- 7 Cara Alami Mengatasi Susah Buang Air Besar setelah Melahirkan
- Anak Susah Buang Air Besar, Ini 7 Cara Efektif Mengatasinya