Ciri-Ciri Anak Stunting dan Cara Mengatasinya
Cek sejak dini yuk, apakah si Kecil alami stunting atau tidak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahukah Mama, stunting pada anak hingga kini masih menjadi masalah kesehatan global, tak terkecuali di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setidaknya sebanyak 162 juta anak berusia di bawah 5 tahun yang alami stunting.
Stunting sendiri merupakan terhambatnya pertumbuhan anak, hal ini menyebabkan perawakan yang jauh lebih pendek dibanding teman-teman seusianya.
Jadi, pertumbuhan anak itu tak hanya dilihat dari berat badannya saja, Ma, tetapi tingginya pun juga dihitung. Seperti penjelasannya, tinggi badan anak menjadi salah satu faktor yang menandai stunting dan menjadi penanda apakah nutrisi anak sudah terpenuhi atau belum.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar stunting pada anak, berikut Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber seputar ciri-ciri anak stunting serta cara mengatasinya!
1. Penyebab stunting pada anak
Tubuh pendek pada anak menjadi permasalahan gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si Kecil, Ma. Terlebih ketika kondisi ini dialami oleh anak yang berusia di bawah 2 tahun. Tentunya harus segera mendapat penanganan yang tepat.
Sebelum mendapat penanganan, ketahui dahulu apa penyebab anak alami stunting. Berikut diantaranya:
- Asupan saat hamil kurang ebrgizi dan berkualitas, yang berdampak pada kondisi pertumbuhan anak ketika lahir. Seperti yang disebutkan WHO, sekitar 20 persen stunting terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
- Kebutuhan gizi anak tak tercukupi juga menjadi penyebab lainnya. Sebab, banyak teori menyebutkan bahwa bahwa kurangnya asupan makanan juga menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Biasanya kurangnya kebutuhan gizi bisa didasari seperti tak mendapat ASI eksklusif serta makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan kurang bergizi atau berkualitas.
- Selain itu, kurangnya pengetahuan ibu hamil terkait gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan juga menjadi pemicu anak alami stunting ketika lahir.
- Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal atau khusus untuk setelah melahirkan.
- Kurangnya akses air bersih dan sanitasi, serta kurangnya akses makanan bergizi yang terglong masih mahal.
2. Ciri-ciri anak stunting
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebutkan, para orangtua bisa mengetahui kondisi anakanya apakah stunting atau tidak dengan melakukan ukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Jadi, tak bisa sembarang menebak ya, Ma. Dibutuhkan pengukuran yang tepat untuk mengetahui apakah si Kecil alami stunting atau tidak.
Untuk mengetahui ciri-ciri anak yang alami stunting, selain tubuh yang berperawakan lebih pendek dari teman seusianya, berikut ciri lain yang bisa Mama ketahui:
- Pertumbuhan melambat, seperti pertumbuhan gigi salah satunya.
- Wajah anak tampak lebih muda dari anak seusianya.
- Alami performa yang buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
- Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun.
- Mudah terserang berbagai penyakit.
- Di usia 8-10 tahun, anak akan menjadi lebih pendiam dan tak mau melakukan banyak kontak mata dengan orang sekitar.
- Perkembangan tubuh anak pun akan terhambat, seperti telat mesntruasi untuk anak perempuan.
3. Penanganan stunting pada balita
Berdampak hingga anak beranjak dewasa, stunting bisa segera ditangani dengan cara yang tepat kok, Ma. Menurut Kemenkes RI melalui Buleting Stunting, kondisi ini dipengaruhi dari pola asuh, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, serta ketahanan pangan.
Jadi, penanganan pertama yang bisa dilakukan ketika anak alami stunting adalah dengan memberikan pola asuh yang tepat. Pola asuh ini meliputi pemberian ASI eksklusif sampai usianya mencapai 6 bulan, serta pemberian MPASI sampai si Kecil berusia 2 tahun.
Ketahui juga jenis makanan yang bisa diberikan pada anak untuk mencukupi gizinya, seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur atau sumber protein lainnya, sayur dan buah yang kaya vitamin A atau lainnya.
Selain itu, ketersediaan pangan di dalam keluarga juga berperan dalam mengatasi stunting, Ma. Dengan meningkatkan kualitas makanan harian yang dikonsumsi anak, maka kondisi stunting pada anak pun bisa segera teratasi.
4. Cara atasi stunting pada balita
Meski kasus stunting menjadi permasalahan global, tetapi stunting sendiri sebenarnya bisa diatasi kok, Ma. Kondisi ini merupakan salah satu program yang diprioritaskan pemerintah agar angka kasusnya bisa turun setiap tahun.
Di usia balita, Mama bisa membantunya mencegah stunting dengan berbagai upaya seperti yang disiapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016, berikut diantaranya
- Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
- Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
- Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.
- Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.
Selain itu, saat anak mulai memasuki usia sekolah, Mama bisa memenuhi asupan gizi hariannya agar gizi anak tetap tercukupi untuk membantu kognitif anak. Mama juga sudah bisa mengajarkan anak perihal gizi dan kesehatannya di usia ini.
Langkah upaya pencegahan stunting di atas bisa Mama diskusikan dengan dokter anak guna menyesuaikan kebiasaan si Kecil sesuai dengan usianya.
Itulah ciri-ciri anak stunting beserta cara mengatasinya. Semoga informasinya bermanfaat ya, Ma!
Baca Juga:
- Penting! Inilah 4 Pilar Utama dalam Prinsip Gizi Seimbang
- Waspada, Kenali 3 Permasalahan Gizi Anak Usia di Bawah Dua Tahun
- Kebutuhan Gizi Balita dan Anak Usia Sekolah yang Perlu Dipenuhi