Infeksi Kulit Impetigo: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya
Jangan anggap remeh penyakit ini ya, Mama
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Impetigo adalah salah satu penyakit kulit berupa bekas kemerahan yang menyisa di permukaan kulit anak yang biasa terjadi setelah selesai bermain atau setelah terpapar benda yang dipakai oleh orang yang mengalami impetigo sebelumnya.
Impetigo sering menyerang kulit anak-anak terutama pada anak balita yang berusia sekitar 2-5 tahun.
Ciri-ciri penyakit kulit Impetigo ini awal mulanya terlihat seperti luka kecil atau seperti ruam eksim. Namun, perlu Mama tahu juga infeksi kulit bisa terjadi di kulit yang kondisinya sehat-sehat saja.
Infeksi yang terjadi di kulit yang sehat disebut dengan impetigo primer, sedangkan infeksi bagian yang rusak disebut dengan impetigo sekunder.
Infeksi ini bisa terjadi akibat adanya sentuhan terhadap benda-benda yang sebelumnya disentuh oleh oran lain yang terinfeksi, misalnya seperti handuk, seprai, pakaian bahkan mainan untuk anak.
Biasanya setelah terinfeksi orang tersebut akan lebih mudah menularkannya kepada orang lain lho, Ma.
Popmama.com kali ini berhasil merangkum dari berbagai sumber mengenai penyakit impetigo ini, berikut fakta-fakta seputar impetigo yang perlu Mama ketahui.
1. Penyebab impetigo
Dilansir dari Medical News Today, bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) atau Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) menjadi penyebab munculnya penyakit impetigo pada anak.
Bakteri S aureus atau S.pyogenes menginfeksi lapisan kulit luar yaitu epidermis. Ada pula bagian-bagian tubuh yang sering terkena infeksi ini, seperti wajah, lengan dan tungkai. Infeksi ini terbagi menjadi dua, yaitu:
- Impetigo Primer: Bakteri menyerang kulit yang normal dan sehat, tanpa adanya tempat masuk.
- Impetigo Sekunder: Bakteri menyerang kulit karena terdapat infeksi atau kondisi kulit lain yang telah mengganggu pelindung kulit. seperti kudis atau eksem.
Hal ini biasanya terjadi pada orang dewasa disebabkan oleh cedera pada kulit, dan sering kali juga disebebakan oleh kondisi kulit lain seperti halnya dermatitis, yakni peradangan pada kulit.
Sementara jika hal ini terjadi kepada anak-anak biasanya terinfeksi setelah terluka ataupun tergore karena gigitan serangga. Impetigo bisa dengan lebih mudah terkena diantara anak-anak. Maka dari itu infeksi ini bisa menularkan bisa pula menginfeksi kembali ke diri sang anak.
Seperti yang tertulis di laman Healthline, anak-anak dan juga orang dewasa berisiko lebih tinggi terserang impetigo jika mereka:
- Menderita diabetes.
- Tinggal di iklim yang hangat atau lembab.
- Memiliki sistem kekebalan yang terganggu seperti HIV.
- Sedang menjalani dialisis.
- Mengalami infeksi gatal seperti cacar air, kutu, kudis, atau herpes simpleks.
- Mempunyai gigitan serangga atau poison ivy.
- Bermain olahraga kontak.
- Mempunyai kondisi kulit seperti dermatitis, eksem, atau psoriasis.
- Mengalami sengatan matahari atau luka bakar lainnya.
Bakteri ini bisa berkembang biak dalam kondisi cuaca yang panas juga dalam kondisi yang lembap, sehingga impetigo cenderung penyakit musiman dan kasusnya akan memuncak disaat cuaca panas dan akan menurun di musim dingin.
2. Jenis-jenis impetigo
Melansir Healthline, terdapat tiga jenis impetigo berdasarkan bakteri penyebabnya dan luka yang terbentuk. Setiap jenis melewati serangkaian tahapan.
Yang pertama adanya Impetigo nonbolusa yang terjadi karena bakteri S. aureus. Jenis ini merupakan bentuk impetigo yang paling umum, yaitu terhitung sekitar 70 persen kasus yang telah terjadi. Tahapannya biasanya dimulai dengan
- Kemerahan, luka gatal di sekitar mulut dan hidung.
- Luka pecah, luka pecah, meninggalkan kulit merah, dan iritasi di sekitarnya
- Bentuk kerak berwarna kuning kecokelatan
- Ketika remah sembuh, terdapat bintik kemerahan yang memudar dan tidak meninggalkan bekas
Kedua, adanya Impetigo Bulosa. Kasus satu ini sebagian besar disebabkan oleh bakteri S.aureus. Tahapan-tahapan Impetigo Bulosa yaitu :
- Biasanya membentuk lepuh atau bola yang lebih besar, berisi cairan bening yang bisa menjadi lebih gelap dan keruh. Lepuh dimulai pada kulit yang tidak pecah serta tidak dikelilingi oleh area kemerahan
- Lepuh menjadi lunak dan juga bening, lalu pecah terbuka
- Bentuk luka kekuningan dan berkerak di area lepuh yang pecah
- Lepuh biasanya tidak meninggalkan bekas luka saat penyakit sudah sembuh
Ketiga adanya ecthyma, yang meskipun kasusnya jarang terjadi namun sekali terjadi infeksinya bisa lebih serius. Ecthyma kadang-kadang terjadi saat penyakit tidak diobati. Jenis Impetigo ini, masuk lebih dalam ke kulit dibanding jenis Impetigo lainnya dan jauh lebih parah. Tahapan-tahapan impetigo ecthyma yaitu :
- Infeksi ini membentuk lecet yang menyakitkan pada kulit pantat, paha, tungkai, pergelangan kaki, dan kaki
- Lepuh berubah menjadi luka yang berisi nanah dengan kerak yang lebih tebal
- Kulit di sekitar luka sering kali menjadi merah
- Luka sembuh secara perlahan dan kemungkinan meninggalkan bekas sesudah penyakit sembuh
Melansir Medical News Today, impetigo bulosa umunya menyerang bayi berusia di bawah 2 tahun. Demam dan juga kelenjar bengkak lebih sering terjadi pada impetigo bulosa dibandingkan dengan impetigo nonbulosa.
3. Gejala-gejala impetigo yang perlu diwaspadai
Impetigo ini biasanya mengeluarkan gejala sampai 4-10 hari, setelah penderitanya terkena paparan awal bakteri.
Dalam jangka waktu tersebut, orang yang terinfeksi sering menularkan pada orang lain karena dirinya tak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi lebih dulu.
Sistem kekebalan anak yang belum berkembang sepenuhnya menjadi salah satu faktor anak-anak lebih rentan terhadap infeksi dan menunjukkan gejala.
Impetigo menyebabkan luka pada kulit dan dapat muncul dalam bentuk lepuh yang dapat tumbuh dengan cepat, lalu kemudian pecah dan meninggalkan area lembap dengan kerak cokelat berada di pinggirnya.
Lepuh dapat membesar hingga beberapa cm dan cukup menimbulkan rasa gatal. Sementara itu, luka tidak akan menular saat berkopeng atau terhitung 24 jam setelah pengobatan dengan antibiotik.
Gejala impetigo yang muncul lainnya yaitu demam, tidak enak badan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Untuk gejala bagi orang dewasa, meliputi luka di sekitar hidung dan mulut, atau bagian tubuh lainnya yang terbuka dan peca, mengeluarkan cairan dan berkerak.
Infeksi yang dialami anak-anak dengan orang dewasa tidak sama ya, Ma. Jika anak-anak ditemukan luka di sekitar hidung dan mulut serta di batang tubuh, tangan, kaki, dan di area popok.
4. Impetigo bisa menyebabkan selulitis dan kerusakan ginjal
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan luka dalam bentuk infeksi yang ringan biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut. Namun, impetigo bisa menyebabkan komplikasi penyakit lainnya jika terlambat ditangani lho.
Melansir Mayo Clinic dan Medical News Today, beberapa komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
- Selulitis: jika bakteri S. aureus sudah berkembang dan menyebar ke dalam lapisan kulit, ini bukan lagi impetigo. Hal ini bisa dikatakan penyakit selulitis yang dapat mempengaruhi jaringan di bawah kulit, dan bisa menyebar ke kelenjar getih bening serta aliran darah. Jika selulitis tidak diobati, maka dapat mengancam nyawa penderitanya.
- Psoriasis guttate: bercak merah dan bersisik pada kulit yang meradang berkembang di seluruh bagian tubuh. Namun, ini tidak menular, dan bisa terjadi pada anak-anak dan remaja sesudah terinfeksi bakteri, terutama infeksi tenggorokan.
- Demam Scarlet: merupakan infeksi bakteri langka yang disebabkan oleh S. pyogenes. Gejalanya berupa ruam halus berwarna merah muda di seluruh tubuh, dan kemungkinan disertai mual, muntah, dan nyeri.
- Bakteremia atau sepsis: infeksi bakteri pada darah yang bisa mengakibatkan demam, kemungkinan napas cepat, muntah, kebingungan, dan pusing. Karena bisa mengancam nyawa, penderitanya harus dirawat inap.
- Glomerulonefritis pasca streptokokus: infeksi pada pembuluh darah kecil di ginjal yang bisa berakibat fatal bagi orang dewasa. Komplikasi sangat jarang terjadi. Gejalanya berupa urine yang berwarna gelap dan hipertensi. Rawat inap biasanya dibutuhkan untuk memantau tekanan darah pasien.
- Masalah ginjal: salah satu dari dua bakteri penyebab impetigo bisa merusak ginjal.
- Jaringan parut: bisul yang terkait dengan ecthyma dapat meninggalkan bekas.
5. Diagnosis impetigo
Untuk mendiagonosis impetigo, biasanya dokter akan bertanya pada penderita, orangtua, atau pengasuh mengenai luka atau gigitan serangga yang baru pada bagian yang terkena.
Tak hanya itu, dokter akan mencari tahu kondisi tersebut timbul apakah dengan disertai kondisi kulit lain seperti kudis. Mungkin akan dilakukan beberapa tes agar mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit ini jika pasien:
- Mengalami gejala yang parah dan telah menyebar ke banyak bagian tubuh.
- Pasien tidak merespons pengobatan.
- Mengalami infeksi yang terus berulang.
Pastinya dokter akan membersihkan bagian luka yang berkerak agar terlihat kuman mana yang menyebabkan impetigo, dan antibiotik mana yang akan berhasil mengobati luka tersebut.
Selain itu, tes usap juga bisa membantu menentukan apakah terdapat infeksi lain seperti kurap atau herpes zoster. Jika pasien berulang kali terinfeksi impetigo, dokter mungkin akan mengambil sampel usap dari hidung untuk menentukan apakah bakteri penyebab infeksi ada pada hidung.
6. Impetigo bisa diobati dengan antibiotik topikal atau antibiotik oral
Pengobatan yang dilakukan ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, memperbaiki tampilan kulit yang sempat rusak, dan mencegah komplikasi dan penyebaran infeksi lainnya.
Jika pasien mengalami infeksi yang ringan, dokter biasanya hanya menyaranakan untuk menjaga kebersihan kulit. Tapi jika pasien yang mengalami infeksi parah, mungkin perlu antibiotik untuk pengobatannya.
Dokter akan memberikan resep antibiotik sesuai dengan luka yang ada pada kulit pasien. Tak hanya itu, seelum mengoleskan antibiotek diwajibkan untuk membersihkan area kulit dengan air sabun hangat.
Jika memungkinkan, gunakan sarung tangan lateks saat mengoleskan krim antibiotik tersebut agar tetap steril. Dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelah mengoleskan krim tersebut. Biasanya dokter akan meresepkan antibiotik oral seperti amoksisilin atau klavulanat, sefalosporin tertentu, atau klindamisin.
Obat-obatan tersebut bisa bekerja lebih cepat daripada antibiotik topikal, tetapi tidak ada jaminan bahwa obat-obatan tersebut akan melawan infeksi dengan lebih baik. Selain itu, dibandingkan dengan antibiotik topikal, antibiotik oral menyebabkan efek samping yang lebih besar seperti mual.
Setelah 24 jam pengobatan antibiotik atau lukanya mengeras dan sembuh, anak-anak baru bisa kembali bertemu dengan banyak orang. Pasien yang menerima pengobatan biasanya sembuh dalam 7-10 hari.
Namun, jika pasien mempunyai infeksi atau penyakit kulit yang mendasari, maka kemungkinan infeksi memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
7. Pencegahan impetigo
Menjaga kebersihan adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko menyebarnya impetigo. Segera bersihkan luka, goresan dan gigitan serangga. Menjaga kebersihan dapat membantu mengurangi risiko impetigo.
Selain itu, penderita impetigo harus menjaga barang-barangnya dengan baik untuk mencegah disentuh oleh orang lain dan mengambil tindakan kebersihan yang sesuai.
Melansir Medical News Today, langkah-langkah untuk membantu mencegah penularan ke orang lain dan/atau ke bagian tubuh lain yaitu:
- Cuci area yang terkena dengan sabun netral dan air mengalir, kemudian tutupi area tersebut dengan kain kasa.
- Tidak menyentuh luka dan cegah pasien untuk melakukannya.
- Memisahkan pakaian pasien, selimut, handuk, dan perlengkapan mandi lainnya, dan mencucinya setiap hari dengan suhu 60 derajat Celcius atau lebih tinggi.
- Saat mengoleskan salep antibiotik, gunakan sarung tangan dan cuci tangan sampai bersih setelahnya.
- Menjaga kuku pasien agar tetap pendek untuk mengurangi goresan.
- Memastikan kedua tangan pasien dan pengasuh sering dicuci.
- Mengisolasi pasien agar tidak sampai menular.
Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pastikan agar semua kondisi kulit seperti eksim, mendapat penanganan yang benar. Berikan pelembap yang tepat agar kulit anak tidak kering.
Mama itulah penjelasa mengenai penyakit impetigo, cara mengatasinya dan gejala apa yang muncul. Jika si Kecil menunjukkan salah satu gejala yang sudah dijelaskan diatas, Mama bisa langsung periksa ke dokter ya.
Baca juga:
- 10 Rekomendasi Dokter Spesialis Anak di Jakarta Selatan
- Penting! 7 Peran Papa Dalam Tumbuh Kembang Anak
- 7 Manfaat Mandi Garam Epsom untuk Kesehatan Anak