Anak Perempuan 1,5 Tahun Tewas Disiksa Ayah Tiri di Pekanbaru
Anak tersebut bahkan belum bisa bicara dengan baik untuk menyampaikan keinginannya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus kekerasan terhadap anak di tengah masa pandemi Covid-19 kembali terjadi.
Sedih dan luka hati yang mendalam, kini sedang dirasakan oleh Reka, seorang ibu rumah tangga yang masih berusia 20 tahun asal Jalan Sidodai, Kelurahan Penghentian Marpoyan, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Ia tentu tidak pernah menyangka, suami yang ia cintai tega menghabiskan nyawa putrinya yang masih sangat kecil.
AN, anak perempuan Reka yang masih berusia 1,5 tahun hasil pernikahannya dengan suami terdahulu kini telah pergi untuk selamanya.
Sebelumnya Reka telah bercerai oleh ayah AN, kemudian ia menikah dengan Harisman yang kini berusia 30 tahun.
Berikut Popmama.com telah merangkum beritanya secara lengkap.
1. Kronologi ayah tiri menyiksa AN hingga tewas
Hari itu AN yang masih sangat kecil tengah rewel sedang berada di rumah pada Rabu (3/6/2020). Langsung saja Harisman sang ayah tiri menggendongnya dan memasukannya ke dalam bak mandi.
AN lantas terus menangis. Harisman merasa emosi dan kembali menenggelamkan anak 1,5 tahun tersebut.
Belum cukup dengan menenggelamkan AN ke dalam bak mandi, setelah itu Harisman membawa AN ke kamar dan membenturkan kepala anak tersebut ke dinding.
Kejadiannya sekitar pukul 13.00 dan suara benturan sempat terdengar oleh tetangga korban.
2. Sang Ibu sempat mencoba selamatkan putrinya
Melihat penyiksaan yang dialami putrinya, Reka tidak tinggal diam. Ia mencoba menyelamatkan anaknya dengan melerai suami dan anaknya yang masih sangat kecil.
Reka terus berusaha.
Upayanya sia-sia, Reka malah dipukul oleh sang suami dan Harisman juga mengancam Reka. Ia meminta istrinya untuk tidak menceritakan kejadian penganiayaan itu pada orang lain.
Menurut penjelasan Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Awaluddin Syam pada Kamis, (4/6/2020) mengatakan, Istri pelaku berusaha melerai, tapi itu tidak dihiraukan. Ia malah memukul wajah isitrinya. Lalu pelaku juga mengancam istrinya agar tidak memberitahukan pada orang lain tentang kejadian itu."
3. Sang ayah tiri masih terus menyiksa AN hingga malam
Harisman tidak kunjung mereda, hingga malam hari ia terus menyiksa AN. Malam itu Harisman juga menginjak dada AN.
Pada jam 20.00 WIB, seketika anak berusia 1,5 tahun itu diam dan tidak menangis lagi. Reka pun panik dan berteriak minta tolong.
Reka meminta pada Harisman untuk membawa anaknya ke rumah sakit. Setelah itu Harisman keluar rumah, ia berdalih ingin mencari pinjaman uang untuk pengobatan AN.
4. Tetangga datang ke rumah korban
Dengan penuh kecurigaan, Andi dan Willy, tetangga korban datang untuk melihat apa yang terjadi di rumah Reka.
Mereka melihat saat itu Harisman pergi meninggalkan rumah. Lalu keduanya masuk ke dalam dan menemukan AN sudah terbaring di ruang tamu dengan kondisi tangan kirinya memar dan memprihatinkan.
"Saksi bertemu dengan istri pelaku, sedangkan pelaku pergi meninggalkan rumah. Saksi juga melihat saat itu korban terbaring," kata Awal.
Setelah dicek, ternyata AN sudah meninggal dunia malam itu.
"Andi dan Willy sebagai saksi melaporkan kejadian itu ke Polsek Bukit Raya. Setelah kita lakukan penyelidikan, pelaku sudah ditangkap," ungkap Awal.
5. Proses penangkapan ayah tiri yang menyiksa anak 1,5 tahun
Polisi mencari Harisman yang ketika itu belum kembali ke rumahnya. Pelaku akhirnya berhasil ditangkap di Kecamatan pangkalan Kuras, kabupaten Pelalawan dengan luka tembak di kaki karena sempat mencoba melarikan diri.
Pelaku dibawa ke RS Bhayangkara Polda Riau di Pekanbaru guna mendapatkan penanganan medis.
Pelaku kini juga sudah diamankan di Polresta Pekanbaru untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kekerasan pada Anak di Masa Pandemi Meningkat
Sudah sepantasnya anak berhak mendapat perlindungan dari orangtuanya. Namun, dalam kondisi pandemi kekerasan pada anak di masa pandemi memang meningkat.
Menurut pemaparan Leny Nurhayati Rosalim, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, nyatanya kekerasan terhadap anak meningkat selama pandemi Covid-19 berlangsung.
"Hanya dalam waktu 3 minggu, dalam periode 2 hingga 2 April 2020, kekerasan pada anak mengalami peningkatan sebanyak 368 kasus kekerasan dialami 407 anak," ujar Leny melalui webinar "Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19: Senergi Sekolah dan Keluarga" yang pernah diadakan oleh PG PAUD UHAMKA, di Jakarta, Sabtu (16/5/2020) lalu.
Perlu kerjasama setiap anggota keluarga untuk bisa menciptakan lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun psikis. Jika orangtua merasa stres dengan keadaan ini, anak juga merasa yang sama bahkan mereka mungkin lebih stres.
Hanya saja anak belum pintar mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi banyak keluarga untuk bisa lebih tenang selama berada di rumah saja karena pandemi Covid-19.
Baca juga:
- Kisah Haru Suami-Istri dan 3 Anak Positif Covid-19 di Surabaya
- 5 Cara Mengajarkan Anak Peduli pada Korban Dampak Covid-19
- Surabaya Jadi Zona Hitam, 86 Balita Terpapar Covid-19