Apa itu Alergi Susu Sapi dan Cara Mengatasinya?
Yuk Ma ketahui apa itu alergi susu sapi pada anak dan cara mengatasinya!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Alergi susu sapi (ASS) adalah kondisi yang sering ditemui pada anak. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh anak bereaksi berlebihan terhadap protein yang ditemukan dalam susu sapi.
Reaksi ini bisa bervariasi dari gejala ringan hingga berat, mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan anak. Sebagai orangtua, memahami alergi susu sapi sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan optimal.
Kali ini Popmama.com akan memberikan informasi tentang apa itu alergi susu sapi dan cara mengatasinya? Simak informasinya di bawah ini.
1. Apa itu alergi susu sapi?
Alergi susu sapi adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap kandungan protein dalam susu sapi maupun produk olahan susu sapi. Gejala alergi ini biasanya terdeteksi saat bayi masih berusia di bawah 6 bulan dan dapat membaik setelah anak berusia sekitar 6 tahun.
Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Alergi Imunologi Prof. Dr. Budi Setiabudiawan mengatakan, protein susu sapi merupakan zat yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan seorang anak. Namun, beberapa anak mengalami alergi terhadap susu sapi.
"Seperti yang diketahui, bahwa protein susu sapi itu sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Tetapi di sini respon sistem imun itu berlebihan pada anak-anak tersebut, sehingga menimbulkan alergi susu sapi," kata Prof. Budi dalam sebuah webinar online "Tangani Alergi Susu Sapi (ASS) pada Anak dengan Cepat dan Tepat sebelum Terlambat" yang diselenggarakan oleh PrimaKu.
2. Alergi susu sapi pada anak semakin meningkat
Prof. Budi juga menjelaskan bahwa jumlah anak yang mengalami alergi susu sapi semakin meningkat di setiap tahunnya. Ia mengatakan bahwa protein susu sapi menjadi penyebab alergi terbesar kedua setelah telur kepada anak-anak di Asia. Berdasarkan data dari World Allergy Organization (WAO) sebesar 1,9 - 4,9 % anak-anak di dunia alergi protein susu sapi. Di Indonesia sendiri sebesar 0,5 - 0,7% anak yang mengalami alergi susu sapi.
Ia juga menjelaskan data dari RS Cipto Mangunkusumo tahun 2021 yang menunjukan bahwa, sebesar 31% dari pasien anak mengalami alergi terhadap telur, dan 23,8% alergi susu sapi. Prof. Budi juga mengatakan apabila alergi tersebut tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka dapat mengganggu tumbuh kembang dari seorang anak.
3. Gejala alergi susu sapi
Seorang anak yang mengalami alergi susu sapi biasanya akan menimbulkan beberapa gejala khusus. Berikut adalah gejala-gejala yang ditimbulkan.
Gejala yang Paling Sering Ditemukan
Diare, konstipasi(sembelit), regurgitasi, muntah, darah dalam tinja, ruam kulit, bengkak bibir dan kelopak mata (angiodema) merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada anak yang mengalami alergi susu sapi.
Gejala yang Sering Membuat Orangtua Khawatir
Salah satu gejala yang sering mengkhawatirkan orang tua adalah kolik atau sebuah kondisi dimana bayi menangis selama kurun waktu tertentu tanpa ada alasan yang jelas. Kolik akibat alergi susu sapi dapat menyebabkan bayi menangis berlebihan, sering terlihat kesakitan, dan sulit ditenangkan. Gejala ini tidak hanya mengganggu bayi, tetapi juga membuat orangtua sangat khawatir.
Gejala Berat
Anaphylaxis atau anafilaksis adalah reaksi alergi berat dan dapat berujung pada syok yang dikenal sebagai syok anafilaksis. Syok akibat anafilaksis dapat menyebabkan tekanan darah menurun secara drastis serta penyempitan saluran pernapasan, sehingga perlu mendapatkan penanganan dengan cepat.
Anafilaksis akibat alergi susu sapi dapat menyebabkan berbagai gejala seperti pembengkakan pada wajah, kesulitan bernapas, penurunan tekanan darah yang drastis, dan bahkan kehilangan kesadaran. Anak yang sudah sampai di gejala ini tentunya segera membutuhkan bantuan tenaga medis.
Gejala-gejala yang ditimbulkan tersebut, baik yang paling sering, yang mengkhawatirkan, sampai yang berat sering sekali tumpang tindih dengan permasalahan pada bayi lainnya yang bukan disebabkan oleh alergi. Oleh karena itu orangtua harus selalu dalam kondisi siaga dan tidak boleh panik.
Remisi pada Alergi Susu Sapi
Remisi alergi susu sapi adalah kondisi di mana seorang anak yang sebelumnya memiliki alergi terhadap susu sapi tidak lagi menunjukkan reaksi alergi saat mengonsumsi produk susu sapi. Ini berarti sistem kekebalan tubuh anak telah berhenti bereaksi berlebihan terhadap protein susu sapi, memungkinkan anak untuk mengonsumsi produk susu sapi tanpa mengalami gejala alergi.
Kapan seorang anak mengalami remisi terhadap alergi susu sapi?
- 0-1 Tahun: 45-55 %
- 1-2 Tahun: 60-75 %
- 2-3 Tahun: 90%
4. Apa yang dapat dilakukan?
Pencegahan yang dilakukan untuk alergi susu sapi sama seperti mencegah alergi lainnya. Pencegahan tersebut dapat dilakukan orangtua mulai dari masa kehamilan, dan saat bayi sudah lahir. Selain itu, pencegahan pada lingkungan di sekitar bayi juga dapat dilakukan. Berikut adalah pencegahan alergi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
Masa Kehamilan:
Selama masa kehamilan, calon ibu tidak perlu menghindari makanan tertentu dengan tujuan mencegah alergi pada bayi. Penelitian menunjukkan bahwa menghindari makanan potensial penyebab alergi selama kehamilan tidak terbukti efektif dalam mencegah alergi pada anak di masa depan. Sebaliknya, disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan beragam untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
Sesudah Lahir:
- ASI eksklusif 6 bulan: Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi sangat dianjurkan. ASI mengandung nutrisi yang sempurna untuk perkembangan bayi dan dapat membantu membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat. Beberapa studi menunjukkan bahwa ASI dapat mengurangi risiko perkembangan alergi pada bayi.
- Berikan makanan padat mulai usia 6 bulan: Memperkenalkan makanan padat kepada bayi saat usia mereka mencapai enam bulan adalah langkah penting dalam pencegahan alergi. Penting untuk memperkenalkan makanan satu per satu dan memantau respons bayi terhadap makanan tersebut. Dengan demikian, alergi makanan dapat dideteksi dan dikelola lebih awal.
- Tidak memerlukan pantang makanan: Setelah bayi mulai mengonsumsi makanan padat, tidak ada keharusan untuk menghindari makanan tertentu kecuali bayi menunjukkan reaksi alergi yang jelas terhadap makanan tersebut. Menyajikan berbagai jenis makanan dapat membantu bayi mengembangkan toleransi terhadap berbagai alergen potensial.
Lingkungan
Menghindari paparan asap rokok adalah langkah penting dalam pencegahan alergi. Asap rokok dapat mengiritasi saluran pernapasan dan meningkatkan risiko berkembangnya alergi serta kondisi pernapasan lainnya pada bayi dan anak-anak. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menjaga lingkungan bebas asap rokok, terutama di sekitar bayi dan anak-anak.
Itulah informasi seputar apa itu alergi susu sapi dan cara mengatasinya? Semoga informasi tersebut dapat bermanfaat untuk Mama dan Papa yang memiliki anak yang mengalami alergi susu sapi, atau ingin mengenali gejala awalnya.
Baca juga:
- Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa pada Bayi
- Rhinitis Alergi pada Anak, Kenali Gejala dan Pencetusnya
- 7 Cara Mengatasi Alergi Dingin pada Anak