Ketahui Jenis-Jenis Masalah Sensori pada Anak yang Harus Diwaspadai
Masalah sensori merupakan masalah yang sering terjadi namun sering disepelekan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masalah sensori adalah kondisi yang sering dialami oleh anak-anak, tetapi sayangnya sering kali tidak disadari atau dianggap remeh oleh orangtuanya. Padahal, gangguan ini bisa memengaruhi perkembangan dan kehidupan sehari-hari si Kecil secara signifikan lho, Ma!
Anak dengan masalah sensori mungkin kesulitan dalam menerima, mengolah, atau merespons rangsangan dari lingkungan mereka, seperti suara, cahaya, tekstur, atau gerakan.
Jenis-jenis masalah sensori pada anak sangat beragam. Beberapa anak mungkin terlalu peka terhadap rangsangan tertentu, sementara yang lain justru kurang peka sehingga membutuhkan lebih banyak stimulasi.
Kali ini Popmama.com akan memberikan informasi tentang jenis-jenis masalah sensori yang harus diwaspadai yang dikutip dari akun Instagram Dokter Spesialis Anak dr.Dwi Dharma Kayika,Sp.A, CBCFF @dr.dede.spa. Simak informasinya di bawah ini.
1. Visual (penglihatan)
Masalah sensori visual terjadi ketika anak kesulitan memproses informasi yang mereka lihat. Anak dengan masalah ini mungkin merasa silau dengan cahaya terang, sulit fokus di ruangan dengan banyak pola atau warna, atau merasa terganggu oleh gerakan cepat di sekitar mereka. Sebaliknya, ada juga anak yang membutuhkan rangsangan visual lebih banyak, seperti menatap terus-menerus pada benda berwarna cerah atau berpola.
Tanda-tanda: Anak sensitif terhadap kemasan atau tampilan makanan, merasa terganggu jika bentuk atau warna makanan tidak sesuai, seperti roti panggang yang harus memiliki warna tertentu.
Tips: Keluarkan makanan dari kemasannya. Fokus pada makanan yang sudah dikenal dan latih secara perlahan.
2. Smell (penciuman)
Masalah sensori penciuman terjadi ketika anak menjadi sangat sensitif terhadap bau tertentu, bahkan yang bagi orang lain terasa biasa saja. Anak dengan sensitivitas ini mungkin menghindari tempat tertentu, seperti dapur atau kamar mandi, karena baunya terlalu menyengat bagi mereka.
Sebaliknya, ada juga anak yang memiliki respons rendah terhadap bau sehingga cenderung mencari aroma-aroma kuat. Bau makanan tertentu, baik dari dapur maupun saat makanan ada di dekat anak, dapat memengaruhi penerimaan mereka.
Tanda-tanda: Anak mungkin menutup hidung, mual, atau mengeluhkan bau-bau tertentu seperti makanan yang terlalu menyengat.
Tips: Gunakan serbet untuk menutupi makanan saat dibawa. Jelaskan bau makanan dengan kata-kata positif. Perlahan dekatkan makanan dari jarak jauh hingga ke ruang anak selama beberapa waktu makan.
3. Touch (sentuhan)
Masalah sensori sentuhan melibatkan reaksi berlebih atau kurang terhadap rangsangan fisik. Contohnya Si Kecil cenderung tidak suka dengan tekstur makanan tertentu di tangan dan mulut (halus, kasar, keras, lunak, dll.).
Tanda-tanda: Anak mungkin hanya mau makanan dengan tekstur tertentu, menolak menyentuh makanan, atau tidak nyaman dengan alat makan tertentu.
Tips: Dorong eksplorasi makanan dengan tangan. Gunakan alat makan plastik jika logam tidak disukai. Hindari menyeka wajah/tangan anak di meja, lakukan di tempat lain.
Gunakan cermin untuk membantu anak melihat mulutnya saat mengunyah makanan untuk membiasakan diri.
4. Movement (gerakan)
Masalah sensori gerakan berkaitan dengan bagaimana anak memproses sensasi dari gerakan tubuh. Anak yang sangat sensitif terhadap gerakan mungkin merasa pusing saat berayun di taman bermain atau takut mencoba aktivitas fisik seperti berlari atau melompat. Yang paling mudah adalah dengan melihat seberapa stabil anak saat makan, khususnya duduk di kursi.
Tanda-tanda:
- Tidak bisa duduk lama di meja makan, lebih sering berlari-lari.
- Gelisah, kaki menggantung, menendang, atau terlipat di bawah tubuh.
Tips:
- Lakukan aktivitas gerak sebelum duduk makan.
- Coba gunakan weighted lap pad (bantal berisi beras atau benda berat).
- Pastikan kaki anak mendapatkan penyangga.
- Gunakan theraband atau alat bantu pada kursi untuk menambah stabilitas.
- Bantal keseimbangan atau bola gym bisa membantu, tetapi hanya untuk anak dengan kekuatan otot inti yang baik.
5. Sound (suara)
Anak dengan masalah sensori suara bisa merasa terganggu oleh suara yang kecil sekalipun, seperti dengung AC atau suara orang mengunyah. Suara keras, seperti petasan atau klakson, dapat membuat mereka panik atau menangis. Di sisi lain, anak yang memiliki respons rendah terhadap suara mungkin tampak tidak mendengar panggilan orang lain, membutuhkan volume yang lebih keras saat menonton TV, atau menikmati suara bising yang berulang-ulang.
Tanda-tanda:
- Menutup telinga atau merasa terganggu dengan suara.
- Tidak nyaman dengan suara makanan yang dikunyah atau piring.
- Tidak menyukai suasana ramai seperti kantin.
Tips:
- Gunakan pelindung telinga jika anak sensitif terhadap kebisingan.
- Putar musik yang menenangkan.
- Pilih ruangan yang lebih tenang dan kecil dibanding aula besar.
6. Taste (rasa)
Masalah sensori rasa dapat membuat anak menolak makanan tertentu karena rasanya terasa terlalu kuat, pedas, pahit, atau asam, meskipun bagi orang lain rasanya normal. Mereka mungkin hanya menyukai makanan dengan rasa yang sangat lembut atau tawar.
Sebaliknya, anak dengan respons rendah terhadap rasa cenderung mencari makanan dengan rasa yang tajam atau tekstur yang unik, seperti makanan pedas atau renyah. Masalah ini sering memengaruhi pola makan anak, yang dapat berdampak pada nutrisi dan kesehatan mereka.
Tanda-tanda:
- Memuntahkan makanan setelah mencicipinya.
- Mengusap lidah atau hanya tertarik makanan dengan rasa kuat.
- Tidak menyukai makanan yang hanya memiliki satu rasa atau saus.
Tips cepat
- Ajarkan anak mencicipi makanan dengan perlahan, seperti menjilat jari terlebih dahulu.
- Tambahkan saus atau perasa seperti sambal jika anak menyukai rasa yang kuat.
- Izinkan anak untuk meludahkan makanan jika tidak suka, berikan tisu sebagai wadah.
Itulah informasi tentang jenis-jenis masalah sensori pada anak yang harus diwaspadai. Memahami jenis-jenis masalah sensori ini sangat penting agar orangtua untuk dapat memberikan dukungan yang tepat bagi perkembangan si Kecil.
Baca juga:
- Kelainan Pertumbuhan Tulang pada Anak, Jangan Diabaikan!
- Berapa Dosis untuk Anak yang Alami Kekurangan Vitamin D?
- Kata Dokter, Ini Tips Membangun Fondasi Kesehatan dan Kecerdasan Anak