TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Apa Kenyataan Sulit Orangtua yang Punya Balita?

Mama wajib tahu!

Balita umumnya memiliki kesulitan dalam mengekspresikan perasaan dan emosi mereka dengan kata-kata. Ini karena kemampuan bahasa mereka masih berkembang dan belum sepenuhnya matang. Seperti saat si Kecil berusia 12 sampai 36 bulan, mereka mengalami masa toddler yang sangat penting, sensitif, dan kritis yang tidak dapat diulang.

Sebagai gantinya, mereka cenderung menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan perilaku untuk mengkomunikasikan perasaan dan kebutuhan mereka. Contohnya, jika si Kecil tidak dapat mengungkapkan keinginannya, mereka mungkin akan berteriak, melempar barang, atau bahkan memukul Mama.

Beberapa Mama mungkin pernah mengalami dan merasa sulit menerimanya. Serta bertanya-tanya mengapa si Kecil suka tantrum dan sulit diberi tahu. Nah, kali ini Popmama.com akan membahas tentang kenyataan sulitorangtua yang punya balita. Simak terus ya, Ma!

1. Bahasa perilaku balita berbeda dengan orang dewasa

Unsplash/Tanaphong Toochinda

Tahukah Mama, bahwa perilaku yang terlihat seperti memukul, menendang, melempar, berteriak, menangis, dan menggaruk adalah cara tipikal bagi balita untuk mengkomunikasikan perasaan, emosi, atau kebutuhan mereka?

Ini berarti bahwa ketika balita menunjukkan perilaku tersebut, mereka sebenarnya mencoba menyampaikan sesuatu kepada kita. Jadi, perilaku itu bukanlah hanya tindakan random dari anak ya, Ma.

Balita sering mengekspresikan perasaan dan kebutuhan mereka melalui perilaku yang berbeda dari orang dewasa. Saat mereka menangis, merangkak, atau melempar mainan, sebenarnya mereka sedang mencoba berkomunikasi dengan kita. Ini merupakan cara balita berkomunikasi karena mereka belum mampu menggunakan kata-kata dengan baik.

Jadi, ketika anak berusia 12 sampai 36 bulan, perkembangan bahasa mereka itu masih dalam tahap awal, mereka cenderung menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan perilaku untuk berkomunikasi.

Mereka akan menyebutkan kata-kata yang belum sepenuhnya jelas, tetapi masih bisa Mama mengerti. Seperti kata ”makan” menjadi ”mam”, ”susu” menjadi ”tutu” dan lainnya. Anak juga lebih sering menggunakan mimik dan gerakan tubuhnya saat berbicara saat ingin meminta sesuatu. 

2. Pesan yang tersembunyi dalam perilaku balita

Freepik

Setelah memahami bahasa perilaku balita, Mama harus melihat dari sisi yang berbeda, bahwa aksi mereka memiliki pesan tersembunyi yang coba disampaikan.

Misalnya, ketika balita menangis, itu bisa jadi karena mereka merasa lapar, lelah, atau butuh pelukan. Mereka belum bisa bilang, "Aku lapar," seperti orang dewasa. Jadi, mereka menangis untuk mengatakan, "Aku mau makan!".

Ketika balita memukul atau menendang, itu bisa jadi karena mereka merasa frustrasi atau takut. Mereka belum bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata, jadi mereka menggunakan tubuh mereka untuk menyampaikan pesan.

Lagi-lagi, Mama perlu belajar membaca "bahasa" balita untuk memahami apa yang mereka coba sampaikan. Dengarkan dengan penuh perhatian ketika balita berbicara atau menangis. Beri mereka kesempatan untuk menyelesaikan kalimat mereka sendiri. Tunjukkan kepada mereka bahwa kamu memahami dan peduli dengan cara yang positif.

Jadi, ketika balita melakukan sesuatu yang mungkin terlihat "nakal" atau "aneh", ingatlah bahwa mereka mungkin hanya berusaha menyampaikan pesan kepada Mama. Mari kita dengarkan dengan hati dan memahami pesan yang mereka coba sampaikan melalui perilaku mereka.

3. Peran orangtua dalam membantu balita merasa dipahami dan didukung

Freepik/stockking

Orangtua memiliki peran penting dalam membantu balita mereka, yang berusia antara 1 hingga 3 tahun, merasa dipahami dan didukung saat mereka berkomunikasi. Pada usia ini, balita sedang aktif belajar bagaimana menyampaikan perasaan, keinginan, dan kebutuhan mereka, meskipun belum mampu menggunakan kata-kata dengan lancar. Di sinilah orangtua dapat membantu.

Pertama-tama, orangtua perlu memberikan perhatian penuh saat balita mereka berbicara atau menunjukkan ekspresi wajahnya. Ini membantu balita merasa didengar dan dipahami.

Kedua, orangtua perlu memberikan respons yang positif dan hangat terhadap setiap upaya komunikasi balita. Ini bisa berupa senyuman, anggukan kepala, atau pelukan untuk memberikan dukungan dan menguatkan rasa aman balita.

Terakhir, orangtua bisa mempraktikkan kesabaran dan empati saat berinteraksi dengan balita. Mereka perlu mengingat bahwa balita masih dalam proses belajar, dan kadang-kadang mereka mungkin frustasi atau kesulitan mengungkapkan diri.

Dengan mempraktikkan peran ini secara konsisten, orang tua dapat membantu balita mereka merasa dipahami, didukung, dan dicintai dalam setiap interaksi komunikasi mereka. Bagaimana pun juga orangtua berperan penting dalam memahami dan mendukung proses komunikasi balita.

Itu dia fakta tentang kenyataan sulit orangtua yang punya balita. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, trantrum pada anak adalah bentuk mereka berkomunikasi. Semoga bisa membantu Mama menghadapi perilaku si Kecil ya!

Baca juga:

The Latest