10 Dongeng Panjang tentang Hewan yang Seru untuk Dibacakan kepada Anak
Semua dongeng ini seru dan penuh pelajaran berharga
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dongeng merupakan sebuah cerita khayalan atau cerita yang tidak benar-benar terjadi. Pada umumnya dongeng memiliki sifat menghibur dan mengandung nilai pendidikan. Dongeng ini sendiri dikarang dan diceritakan kembali secara berulang-ulang oleh orang.
Membacakan dongeng sebelum tidur adalah kegiatan yang biasa dilakukan orangtua untuk anak, terutama bagi mereka yang berusia 1-3 tahun.
Kegiatan mendongeng ini ternyata bisa membuat anak tidur lebih nyenyak dan meningkatkan ikatan emosional antara orangtua dan anak.
Selain itu, mendongeng dapat menumbuhkan minat baca serta mengembangkan imajinasi si Kecil lho, Ma. Nah, di antara berbagai jenis dongeng, cerita tentang hewan menjadi favorit anak-anak karena kehadiran karakter-karakternya yang lucu dan menggemaskan mampu menghibur mereka.
Berikut ini, Popmama.com telah merangkum beberapa dongeng panjangtentang hewan yang seru untuk dibacakan ke anak.Bacakan dongeng ini ke anak yuk, Ma!
1. Dongeng Burung Bangau yang Angkuh
Pada suatu hari, seekor Bangau berjalan dengan anggun di tengah hutan. Ia menghampiri sebuah sungai kecil dan menatap airnya yang sangat jernih.
Dengan leher dan paruhnya yang panjang, ia siap menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya. Pagi itu, sungai dipenuhi oleh ikan-ikan kecil yang berenang riang.
Ikan-ikan itu terlihat sangat lezat di mata Bangau, tetapi ia tidak mau memakannya karena ikan-ikan itu berukuran kecil.
“Ah, aku tak mau memakan ikan-ikan kecil ini. Ikan kecil tidak pantas dimakan oleh Bangau yang cantik dan anggun seperti aku,” kata Bangau kepada dirinya sendiri.
Tanpa disadarinya, muncullah seekor ikan yang sedikit lebih besar lewat di dekat Bangau.
“Tidak! Aku juga tidak mau merepotkan diri untuk membuka paruh dan memakan ikan yang sebesar itu,” ucap Bangau dengan angkuh.
Tak terasa hari pun sudah siang, ikan-ikan yang berada di air dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin.
Bangau yang angkuh pun bingung karena dia tidak lagi melihat ikan-ikan tadi di tepian.
Sang Bangau yang mulai kelaparan akhirnya terpaksa harus puas memakan siput-siput kecil dan ulat di pinggiran sungai.
Dari kisah Bangau ini, kita bisa belajar untuk tidak bersikap angkuh karena sifat ini hanya akan merugikan kita sendiri. Bahkan, bisa juga sampai merugikan orang lain.
2. Dongeng si Kelinci dan Kura-Kura
Di sebuah hutan yang damai dan penuh persahabatan, hiduplah berbagai hewan yang hidup rukun.
Namun, ada satu hewan yang selalu membuat kehebohan di tengah hutan. Hewan itu adalah si Kelinci, yang terkenal dengan langkah kakinya yang cepat dan suaranya yang berisik saat berlari mengelilingi hutan setiap hari.
Kelinci ini sangat suka menantang hewan lain untuk lomba lari, dan tak ada satu pun yang bisa mengalahkannya.
"Ah, lama sekali kau, Rubah! Aku sampai mengantuk menunggumu!" seru Kelinci dengan nada mengejek.
Karena selalu menang, si Kelinci menjadi sombong dan merasa dirinya paling hebat di seluruh hutan.
Suatu pagi, Kelinci mengumpulkan semua hewan untuk membuat pengumuman besar.
"Aku akan memberikan sebuah kalung emas bagi siapa pun yang bisa mengalahkanku dalam lomba lari sampai ke ujung telaga!" katanya dengan penuh percaya diri.
Rubah, Monyet, Semut, dan hewan lainnya enggan menerima tantangan itu, hingga tiba-tiba Kura-kura yang tenang mengangkat suaranya, "Aku akan menerima tantanganmu, Kelinci."
"Hahaha, tak kusangka Kura-kura yang lamban berani menantang raja lari di hutan ini!" jawab Kelinci sambil tertawa. "Baiklah, persiapkan dirimu untuk besok pagi, Kura-kura."
Keesokan harinya, semua hewan berkumpul untuk menyaksikan pertandingan antara Kelinci dan Kura-kura.
Begitu bendera diangkat tanda dimulai pertandingan, Kelinci langsung melesat dengan kecepatan penuh, meninggalkan Kura-kura jauh di belakang.
Namun, Kura-kura tetap fokus dan berlari dengan semangat meskipun langkahnya pelan.
Ketika hampir sampai di garis finish, Kelinci merasa terlalu percaya diri dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon yang teduh.
Dia menunggu Kura-kura datang. Namun, angin sepoi-sepoi membuatnya tertidur lelap.
Sementara itu, Kura-kura terus berlari dengan sabar dan penuh tekad. Sorakan hewan-hewan lainnya akhirnya membangunkan Kelinci dari tidurnya, tapi terlambat!
Saat Kelinci mulai berlari lagi, Kura-kura sudah lebih dulu menyentuh garis finish.
Cerita ini mengajarkan kita bahwa meskipun kita memiliki keunggulan, jangan pernah meremehkan orang lain atau menjadi sombong.
Justru sikap tenang dan rendah hati seperti Kura-kura bisa membawa kita menuju kemenangan.
3. Si Kancil dan Buaya
Di sebuah hutan yang luas dan penuh kehidupan, tinggal berbagai macam hewan. Salah satunya adalah seekor kancil. Kancil ini dikenal cerdik dan ramah terhadap semua hewan di hutan.
Setiap kali berjalan-jalan, ia selalu menyapa teman-temannya, seperti suatu pagi ketika ia melihat seekor induk bebek yang sedang berenang bersama anak-anaknya.
"Hai, Bebek! Seru sekali kamu berenang," sapa Kancil dengan senyum ramah. Semua hewan di hutan menyukai kancil karena sifatnya yang baik dan bersahabat.
Namun, tidak hanya ramah, Kancil juga terkenal cerdik dan sering membantu hewan-hewan lain yang sedang menghadapi masalah.
Suatu hari, saat sedang berjalan, Kancil mendengar suara anak-anak ayam yang terjebak di dalam lubang yang cukup dalam.
Kancil segera berlari menuju lubang itu dan melihat tiga ekor anak ayam yang sedang kesulitan keluar.
Kancil dengan cepat turun ke dalam lubang dan membungkukkan badannya.
"Ayo, naik ke punggungku! Aku akan membantu kalian keluar dari sini dan kembali ke ibu kalian," kata Kancil dengan lembut.
Anak-anak ayam dengan hati-hati naik ke punggung Kancil, dan dengan satu lompatan, Kancil berhasil membawa mereka keluar dari lubang.
Setelah itu, Kancil membawa anak-anak ayam kembali kepada induk mereka yang sedang khawatir.
Sang induk ayam sangat berterima kasih kepada Kancil karena telah menyelamatkan anak-anaknya.
Anak-anak ayam juga dengan riang berkata, "Terima kasih, Tuan Kancil!"
Setelah berkeliling hutan, Kancil mulai merasa lapar. Ia pun berhenti sejenak untuk makan rumput di sekitarnya. Namun, setelah makan rumput, perutnya masih terasa lapar.
Kancil lalu melanjutkan perjalanan hingga tiba di sebuah sungai di tengah hutan. Ia pun minum air sungai untuk menghilangkan dahaganya.
Ketika sedang minum, Kancil melihat di seberang sungai ada pohon yang penuh dengan buah-buahan yang lezat.
Kancil sangat ingin memakan buah-buahan itu, tapi air sungai yang deras membuatnya tidak mungkin menyeberang.
Kancil mulai berpikir, bagaimana caranya agar bisa menyeberangi sungai tanpa terkena bahaya?
Tiba-tiba, Kancil mendapatkan ide cerdik. Ia melihat seekor buaya mendekat ke tepi sungai. "Hei, Buaya! Ada kabar baik untukmu dan teman-temanmu.
Aku mendapat perintah dari Raja untuk menghitung jumlah buaya di sungai ini. Setelah dihitung, kalian akan mendapat hadiah berupa daging segar," kata Kancil.
Buaya merasa senang mendengar kabar itu dan segera memanggil semua buaya di sungai untuk berjajar membentuk jembatan. "Kami sudah siap!" teriak buaya-buaya dengan semangat.
Kancil pun mulai melompati punggung buaya satu per satu, sambil berpura-pura menghitung mereka.
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil melompat ke tanah dan berkata, "Terima kasih, Buaya! Berkat kalian, aku bisa menyeberang."
Setelah itu, Kancil segera berlari cepat menuju pohon buah-buahan dan mulai makan dengan lahap, sementara buaya-buaya menyadari bahwa mereka telah ditipu.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa meskipun Kancil berhasil menipu buaya, perbuatannya membuat buaya marah.
Ini mengajarkan kita bahwa menggunakan kecerdikan untuk hal yang buruk hanya akan menambah musuh.
Lebih baik menggunakan kecerdasan untuk hal-hal baik agar kita lebih dihormati dan disayangi oleh orang lain.
4. Persahabatan Singa dan Tikus
Singa dikenal sebagai raja hutan yang kuat dan mengesankan, sedangkan tikus adalah hewan kecil yang penakut dan suka bersembunyi.
Di hutan belantara, Singa sangat ditakuti oleh semua makhluk karena tubuhnya yang besar dan suaranya yang menggelegar, membuat hewan-hewan lain ketakutan.
Singa adalah hewan yang sombong dan angkuh, merasa sebagai penguasa utama di hutan.
Hidupnya sehari-hari dihabiskan dengan berburu dan tidur. Setengah harinya dihabiskan berburu hewan-hewan kecil, sementara setengah hari lainnya dihabiskan tidur di gua.
Suatu hari, ketika Singa pergi berburu, Tikus yang penasaran memutuskan untuk menjelajahi gua Singa. Begitu Tikus masuk ke dalam gua, Singa baru saja pulang dan tertidur lelap.
Tikus, yang merasa takut karena Singa sudah pulang, segera mencari tempat bersembunyi.
Dengkuran Singa yang keras membuat Tikus tahu bahwa Singa sedang tidur pulas, sehingga ia merasa ini adalah kesempatan untuk melarikan diri.
Namun, saat Tikus mencoba keluar, ekornya mengenai kaki Singa dan membangunkannya. Singa yang terbangun langsung merasa ada kehadiran lain dan segera waspada.
Melihat Tikus di dekatnya, Singa mencengkramnya, berniat menjadikannya santapan malam.
Namun, Tikus menangis dan memohon untuk dibiarkan hidup. Ia menawarkan kesepakatan, yaitu jika dibiarkan hidup, Tikus akan membantu Singa di masa depan.
Singa tertawa, menganggap tawaran Tikus tidak masuk akal, tetapi akhirnya melepaskannya.
Tikus yang bebas segera berlari menjauh, berterima kasih pada Singa yang membiarkannya pergi, dan bertekad untuk membalas budi Singa.
Beberapa waktu kemudian, saat Singa sedang berburu, kakinya terjebak dalam perangkap pemburu.
Singa berusaha keras namun tidak bisa melepaskan diri dari jaring. Ia mengaung meminta pertolongan, tetapi semua hewan takut mendekat.
Suara auman Singa didengar oleh Tikus, yang langsung berlari menuju sumber suara.
Melihat Singa terperangkap, Tikus segera mulai menggigit tali perangkap. Dengan sabar, Tikus menggigit hingga semua tali terputus dan Singa akhirnya bebas.
Singa sangat berterima kasih kepada Tikus karena telah menyelamatkannya.
Tanpa bantuan Tikus, Singa mungkin akan dibawa oleh pemburu. Singa terharu dengan keberanian Tikus yang menolongnya ketika yang lain takut mendekat.
Tikus menjelaskan bahwa ini adalah balasan kebaikan karena Singa telah membebaskannya di gua. Mendengar hal itu, Singa merasa sangat tersentuh dan mengakui kebaikan Tikus.
Sejak saat itu, Singa dan Tikus menjadi sahabat dekat. Sifat Singa yang dulu angkuh berubah menjadi lebih ramah dan bersahabat.
Dongeng Singa dan Tikus mengajarkan tentang kekuatan persahabatan antara makhluk yang berbeda dan pentingnya berbuat kebaikan.
Ini juga mengingatkan kita bahwa dengan saling menolong, kita akan mendapatkan bantuan di kemudian hari.
5. Dongeng Kawanan Semut dan Seekor Belalang
Di sebuah ladang yang subur, hiduplah keluarga Semut yang rajin dan seekor Belalang yang malas.
Meskipun berbeda sifat, mereka tetap menjalin hubungan baik dan sering menyapa satu sama lain saat bertemu.
Keluarga Semut bekerja keras setiap hari, mengumpulkan makanan untuk persediaan musim dingin.
Mereka menyimpan makanan di sarang agar tetap bisa bertahan hidup meskipun cuaca buruk dan tumbuhan mati.
Suatu hari yang cerah, saat keluarga Semut melintas, Belalang terlihat santai sambil bernyanyi di bawah pohon.
Belalang bertanya kepada mereka, “Hai, keluarga Semut! Kenapa kalian tidak beristirahat saja di sini bersama aku? Bukankah lebih menyenangkan?”
Keluarga Semut berhenti sejenak dan menjawab, “Kami harus bekerja keras sekarang.
Musim dingin akan segera tiba dan saat itu datang, kami tidak bisa mencari makanan karena semua tumbuhan akan mati. Kami perlu persediaan yang cukup.”
Meskipun dijelaskan, Belalang tetap tidak peduli. “Jangan terlalu khawatir! Nikmati saja hari ini dan biarkan musim dingin menjadi masalah nanti!” kata Belalang sambil melanjutkan bernyanyi.
Beberapa bulan kemudian, musim dingin pun tiba. Belalang, yang tidak mempersiapkan apa pun, merasa kelaparan karena tidak ada makanan dan cuaca saat itu sangat dingin.
Sementara itu, keluarga Semut sudah siap dengan persediaan makanan dan bahan untuk menghangatkan diri.
Belalang yang kelaparan dan kedinginan akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan.
Ia bergegas ke rumah Semut dan memohon agar diperbolehkan tinggal di sana hingga musim dingin berlalu.
Keluarga Semut, meski merasa bahwa ini adalah akibat dari kemalasan Belalang, akhirnya memutuskan untuk menolongnya.
"Belalang, ingatlah, lain kali kamu harus bekerja keras dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Jangan hanya bersenang-senang tanpa memikirkan apa yang akan terjadi,” ujar salah satu Semut.
Belalang pun mengangguk dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dongeng ini mengajarkan bahwa kita perlu mempersiapkan diri untuk masa depan dengan bekerja keras dan merencanakan segala sesuatu dengan baik.
6. Monyet dan Kura-kura
Pada suatu hari, di sebuah hutan yang indah dengan pohon-pohon hijau rimbun dan bunga-bunga berwarna-warni, hiduplah seekor Monyet dan Kura-kura.
Walaupun mereka sangat berbeda, mereka telah lama bersahabat. Monyet yang sangat nakal, sering kali memanfaatkan kebaikan hati Kura-kura.
"Haha, hari ini aku akan melakukan hal yang sama seperti kemarin!" kata Monyet sambil tertawa kecil.
"Aduhh, tolong aku Kura-kura!" teriak Monyet sambil berpura-pura terjatuh.
Kura-kura yang melihat hal itu, menghampiri Monyet dan berkata, "Kamu jatuh lagi? Kamu harus lebih berhati-hati."
"Maaf, kakiku sakit sekali, aku tidak bisa berjalan. Kamu boleh pulang dulu, aku akan istirahat di sini sebentar," jawab Monyet dengan penuh tipu daya.
"Kalau begitu, naiklah ke punggungku. Kita harus cepat pulang sebelum malam datang," kata Kura-kura dengan penuh belas kasihan.
"Terima kasih banyak, Kura-kura! Maafkan aku yang terus-menerus merepotkanmu," ucap Monyet sambil menaiki punggung Kura-kura.
"Tak apa, kita sahabat. Aku senang bisa membantumu," kata Kura-kura sambil berjalan pulang.
Monyet terus-menerus memanfaatkan kebaikan Kura-kura dan tidak merasa kasihan sedikit pun pada sahabatnya yang kelelahan.
Pada keesokan harinya, Monyet datang dengan rencana baru. "Kura-kura, lihat apa yang aku bawa!" serunya sambil menunjukkan sebuah bibit pisang.
"Bibit pisang? Apa bedanya?" tanya Kura-kura penasaran.
"Jika kita menanam pisang, kita tidak perlu capek-capek mencari makanan lagi. Ayo kita tanam!" usul Monyet.
"Bagus sekali, kita bisa menghemat tenaga. Lagipula, kamu sering terjatuh saat mencari makanan," kata Kura-kura setuju.
Mereka mulai menanam bibit pisang, tetapi cara mereka berbeda. Monyet menanam dengan sembarangan, sedangkan Kura-kura melakukannya dengan teliti.
Kura-kura rajin merawat bibitnya setiap hari, sementara Monyet malas dan lebih suka tidur.
Akibatnya, bibit pisang milik Monyet layu dan mengering, sedangkan bibit milik Kura-kura tumbuh subur dan berbuah lebat.
Saat buah pisang sudah siap dipanen, Kura-kura dan teman-teman hutan merayakannya.
"Pohon pisangmu berbuah lebat, Kura-kura! Terima kasih sudah mengundang kami," kata Kelinci.
Namun, pohon pisang milik Monyet tidak tumbuh. Monyet merasa iri dan berniat memanfaatkan situasi.
Dia menawarkan bantuan untuk memetik pisang dari pohon Kura-kura dengan alasan dia jago memanjat.
Monyet mulai memanjat pohon pisang milik Kura-kura. Namun, dia malah memetik dan makan sebagian besar buah pisang tanpa izin, sambil berpura-pura bahwa pisangnya tidak enak.
Ketika Kura-kura dan teman-teman menyadari kalau monyet berbohong, mereka merasa marah.
"Monyet, kamu tidak seharusnya memanfaatkan kami. Persahabatan berarti saling menolong, bukan memanfaatkan!" kata Kura-kura.
Kelinci dan teman-teman lain membantu Kura-kura merobohkan pohon pisang milik Monyet sebagai balasan. Monyet jatuh tertimpa pohon, dan semua pisang yang jatuh rusak.
Akhirnya, Monyet merasa malu dan kesakitan. Tidak ada yang menolongnya, dan dia kehilangan buah pisangnya.
Pelajaran dari dongeng Monyet dan Kura-Kura ini adalah, kita harus menyayangi teman-teman kita.
Jangan berbuat curang atau usil, karena itu bisa membuat teman kita sedih dan marah. Kalau terus berbuat begitu, persahabatan bisa hancur, dan teman kita mungkin akan pergi meninggalkan kita.
7. Itik Buruk Rupa
Pada suatu hari, seekor ibu Itik sedang mengerami telur-telurnya dengan sabar. Satu per satu telur itu mulai menetas. Namun, ibu Itik terkejut ketika melihat salah satu anaknya berbeda dari yang lain.
Anak Itik ini berbulu abu-abu dan berbadan lebih besar, tidak seperti saudara-saudaranya yang lain. Meski begitu, ibu itik tetap menyambutnya dengan kasih sayang.
Ketika mereka berenang bersama, hewan-hewan lain mulai memperhatikan dan berbisik-bisik. "Siapa itu? Dia sangat jelek, tidak seperti saudaranya," kata mereka.
Bahkan, saudara-saudaranya sendiri ikut mengejek si Itik yang berbeda ini. Merasa sedih dan tidak diterima, si Itik memutuskan untuk pergi sendiri.
Dalam perjalanannya, si Itik bertemu dengan seekor Anjing. Namun, bukannya berteman, Anjing itu malah menjauhinya.
Si Itik yang kesepian melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya kelelahan dan tertidur di depan sebuah rumah.
Ketika terbangun, seekor Kucing dan Ayam mendekatinya, namun bukannya menyambut, mereka malah mengusir si Itik. Dengan perasaan yang semakin sedih, ia pun terus berjalan.
Di tepi sungai, si Itik melihat sekelompok Angsa yang sangat cantik. Ia merasa iri melihat kecantikan mereka. "Mengapa kamu bersedih?" tanya salah satu Angsa.
"Aku sedih karena aku jelek dan tidak bisa seperti kalian," jawab si Itik dengan air mata yang hampir jatuh.
Namun, Angsa-angsa itu hanya tertawa. "Siapa yang bilang kamu jelek? Kamu sangat cantik, seperti kami," jawab Angsa itu.
Dengan penasaran, si Itik mendekati tepi sungai dan melihat pantulannya di air. Ia terkejut melihat bahwa dirinya bukan lagi Itik buruk rupa, tetapi seekor Angsa putih yang sangat cantik.
Dengan hati yang penuh kebahagiaan, ia pun terbang bersama Angsa-angsa lainnya, siap untuk memulai hidup barunya yang penuh dengan kebahagiaan dan teman-teman baru.
Pesan moral dari dongeng "Itik Buruk Rupa" adalah bahwa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya.
Terkadang, sesuatu yang tampak berbeda atau tidak sesuai dengan harapan sebenarnya memiliki keindahan dan potensi yang luar biasa.
Selain itu, dongeng ini juga mengajarkan pentingnya menerima diri sendiri dan tidak membiarkan penilaian orang lain menentukan nilai diri kita. Setiap individu unik dan berharga dengan caranya sendiri.
8. Kisah Gajah dan Semut
Di sebuah hutan yang rimbun, hiduplah seekor Gajah besar yang sangat kuat dan sering kali mudah marah terhadap hal-hal kecil. Gajah ini juga gemar meremehkan hewan-hewan kecil di sekitarnya.
Di tempat yang sama, seekor Semut kecil tinggal bersama keluarganya di lubang pohon. Semut itu terkenal karena sifatnya yang baik dan rajin.
Setiap hari, Semut kecil dan keluarganya pergi mencari makanan, dan sering kali mereka bertemu dengan Gajah yang sedang berjalan.
Setiap kali bertemu dengan keluarga Semut, Gajah besar ini selalu mengejek dan mengganggu mereka. Gajah merasa sangat bangga dengan kekuatan dan tubuh besarnya.
Sehingga, ia terus-menerus menggunakan kekuatannya untuk membuat semut-semut kecil marah dan takut. Keluarga semut merasa cemas dan khawatir setiap kali bertemu dengan gajah.
Suatu pagi, saat keluarga semut sedang mencari makanan, gajah menyemprotkan air dari belalainya ke arah mereka. Hal ini membuat keluarga semut terkejut, dan semut kecil mulai menangis.
Semut kecil bertanya kepada gajah, "Mengapa kamu selalu menyusahkan kami? Apa yang kami lakukan salah?" Namun, gajah dengan marah membalas, "Berhenti menangis atau aku akan menginjakmu sampai mati."
Semut kecil yang malang berhenti menangis, tetapi ia memutuskan untuk memberi pelajaran kepada gajah besar tersebut.
Teman-temannya memperingatkan agar ia tidak melawan gajah, karena gajah sangat kuat dan berbahaya.
Namun, semut kecil tetap teguh dengan keputusannya. Keesokan harinya, ketika gajah sedang tidur, semut kecil diam-diam naik ke tubuh gajah dan masuk ke dalam belalainya. Di dalam belalai, semut mulai menggigit gajah.
Gajah terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa dan berteriak, "Aaah! Sakit sekali! Hentikan!" Gajah mencoba segala cara untuk mengeluarkan semut dari belalainya, tetapi tidak berhasil.
Merasa tidak tahan, gajah akhirnya memohon, "Tolong, hentikan! Aku tidak akan mengganggu siapa pun lagi, aku berjanji!"
Semut kecil akhirnya berhenti menggigit dan keluar dari belalai Gajah. Gajah yang lega kemudian meminta maaf kepada Semut dan berjanji untuk tidak pernah lagi mengganggu makhluk lain di hutan.
Sejak hari itu, Gajah benar-benar berubah dan hidup damai bersama hewan-hewan lainnya.
Kisah Gajah dan Semut ini mengajarkan bahwa tidak seharusnya kita meremehkan atau mengejek orang lain, terutama mereka yang lebih kecil atau lebih lemah. Setiap makhluk, sekecil apa pun, memiliki hak untuk dihormati.
9. Anak Gembala dan Serigala
Di sebuah desa, hiduplah seorang anak yang bertugas menggembalakan domba milik tuannya.
Setiap hari, dia membawa domba-dombanya ke padang rumput di dekat hutan yang gelap.
Di sana, dia menghabiskan waktu dengan bermain bersama anjingnya dan memainkan serulingnya.
Suatu hari, karena merasa bosan, anak gembala ini mendapat ide untuk menghibur dirinya.
Dia ingat bahwa jika ada serigala yang datang, dia harus berteriak minta tolong, dan orang-orang desa akan segera datang untuk membantunya.
Maka, untuk bersenang-senang, dia memutuskan untuk berpura-pura melihat serigala dan berteriak, "Serigala! Serigala!"
Mendengar teriakan itu, orang-orang desa langsung berlari meninggalkan pekerjaan mereka dan datang bergegas untuk membantu.
Namun, ketika mereka sampai di sana, mereka hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai mereka. Warga desa pun kecewa dan kembali ke desa dengan perasaan marah.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali mengulangi lelucon yang sama. "Serigala! Serigala!" teriaknya.
Sekali lagi, warga desa bergegas datang untuk menolongnya, tetapi mereka lagi-lagi hanya menemukan anak gembala yang tertawa karena berhasil mengelabui mereka. Warga desa semakin marah dan merasa ditipu.
Suatu petang menjelang malam, serigala sungguhan datang dan menyerang kawanan domba. Anak gembala sangat ketakutan dan segera berteriak, "Serigala! Serigala!" Namun kali ini, tidak ada seorang pun dari desa yang datang menolong.
Mereka mengira anak gembala itu hanya bercanda lagi. Akhirnya, serigala memakan banyak domba milik tuannya dan lari kembali ke dalam hutan.
Dari cerita ini, kita bisa belajar bahwa jika seseorang sering berbohong, orang lain tidak akan percaya lagi kepadanya, meskipun dia berkata jujur. Itulah pentingnya selalu berkata jujur agar kita selalu dipercaya oleh orang lain.
10. Persahabatan Bebek dan Tupai
Di suatu hari yang cerah, hutan dipenuhi oleh suasana yang sejuk dan menyenangkan. Semua hewan tampak menikmati kedamaian ini, termasuk Bebek dan Tupai yang sudah lama bersahabat.
"Selamat pagi, Tupai! Kamu tampak ceria hari ini. Apakah ada kabar baik yang ingin kamu sampaikan?" tanya Bebek.
"Hehe, benar sekali! Aku dengar saat ini sedang musim jambu air. Bagaimana kalau kita memetiknya bersama-sama?" ajak Tupai dengan gembira.
"Wah, tentu saja! Jambu air pasti segar sekali dinikmati, terutama di cuaca panas seperti ini," jawab Bebek dengan antusias.
Namun, Tupai pun menghela napas, "Tapi sayangnya, pohon jambu itu berada di seberang sungai, dan aku tidak bisa menyeberanginya."
Bebek pun merasa kecewa dan berkata, "Aku pun tidak berani menyeberang sendiri, apalagi setelah itu aku tidak bisa memanjat pohon seperti kamu."
Keduanya terdiam sejenak, merenungkan bagaimana mereka bisa mencapai pohon jambu air tersebut dengan selamat. Tiba-tiba, Tupai berseru, "Aha! Aku punya ide!"
"Bagaimana jika kamu mengajak teman-teman bebekmu ke tepi sungai?" lanjut Tupai dengan semangat.
Tanpa ragu, Bebek setuju dan segera mengajak teman-temannya. Tak lama kemudian, Tupai dan para Bebek berkumpul di tepi sungai.
"Sekarang, ayo para bebek masuk ke sungai dan saling berpegangan untuk membuat jembatan," kata Tupai.
Para Bebek pun dengan hati-hati berjajar membentuk jembatan yang kokoh di atas air. "Bagus sekali! Sekarang aku bisa menyeberang untuk memetik jambu bagi kita semua," ujar Tupai dengan penuh semangat.
Dengan lincah, Tupai melompat dari satu punggung bebek ke punggung lainnya, hingga berhasil sampai di seberang sungai.
"Tunggu sebentar ya, aku akan memetikkan jambu untuk kalian," kata Tupai sambil memanjat pohon jambu dengan gesit.
Matanya berbinar saat melihat banyaknya jambu air yang segar di hadapannya. "Wow, jambunya benar-benar segar!" seru Tupai sembari mulai memetik satu per satu. "Pilihkan yang terbaik ya," pinta Bebek.
"Tenang saja, aku sudah memilih yang terbaik untuk kamu dan teman-temanmu. Sekarang, tangkap ya!" jawab Tupai sambil melemparkan jambu air dari atas pohon.
Satu per satu, Bebek dan teman-temannya menangkap jambu yang dilemparkan oleh Tupai. "Ambil lagi, Tupai!" seru Bebek dengan semangat.
Sedikit demi sedikit, tumpukan jambu mulai terbentuk di bawah pohon. Akhirnya, Tupai dan para Bebek bisa menikmati jambu air yang lezat berkat kerja sama mereka yang solid. Mereka pun tidak lupa membagikan jambu tersebut kepada hewan-hewan lain di hutan.
Pesan moral dari cerita ini adalah pentingnya gotong royong dan kerja sama dalam mencapai sesuatu yang baik.
Dengan saling membantu, kekurangan bisa diatasi dan tugas pun menjadi lebih mudah diselesaikan.
Nah, itu dia beberapa dongeng panjang tentang hewan yang seru untuk anak usia 1-3 tahun.Yuk, bacakan dongeng-dongeng ini untuk menemani waktu tidur si Kecil sekaligus belajar pesan moralnya, Ma!
Baca juga:
- 5 Metode Mendongeng untuk Anak Usia Dini, Bisa Mama Coba!
- 10 Dongeng Populer untuk Anak 2 Tahun
- 7 Dongeng Hewan Sebelum Tidur, Banyak Pesan Moral di Dalamnya